Keinginan Perempuan Bekerja di Tempat Publik Meningkat
A
A
A
RIYADH - Di negara konservatif di Saudi, perempuan yang bekerja di tempat publik bisa dihitung dengan jari. Tapi seiring dengan reformasi yang digelorakan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salam, kini mulai banyak perempuan yang bekerja dan tidak hanya berpangku tangan di rumah.
Angin segar reformasi itu telah dirasakan Manal Ghazwan, 30. Perempuan yang meraih master manajemen keamanan makanan itu kini bisa bekerja sebagai manajer di gerai Starbuck di Alshaya Company, Riyadh. “Banyak gadis lulus sarjana ingin mendapatkan tantangan bekerja di perusahaan multinasional seperti Starbuck,” ungkap Ghazwan dilansir Reuters.
Para perempuan tersebut ingin mengubah pola pikir dan keluar dari zona nyaman di mana kebanyakan perempuan tidak bekerja. Mereka juga ingin mengambil kesempatan yang diberikan pemerintah melalui reformasi yang digaungkan pemerintah Saudi. Para perempuan itu juga ingin mendapatkan tantangan gender dengan bekerja di sektor swasta.
Selama bertahun-tahun, undang-undang di Arab Saudi mencegah pencampuran lelaki dan perempuan di tempat kerja. Tapi, Ghazwan dan timnya justru melayakni pelanggan tanpa membedakan gender, baik lelaki dan perempuan.
Banyak bisnis menerima perempuan untuk bekerja bersama laki-laki. Kedai kopi 12 Ciups yang terkenal di Riyadh juga menerima pekerja perempuan. “Secara implisit dan tidak resmi memang diperbolehkan percampuran gender yang bekerja di sini,” kata Bader Aljalajel, pendiri 12 Cups.
Namun, saat ini kafenya dijalankan lima barista dan beberapa ekspatriat. Aljalajel kini berencana membuka gerai kedua yang nantinya akan diisi barista perempuan. “Beberapa perempuan telah mengirimkan lamaran ke kita dan mereka tahu kalau mereka akan bekerja dengan lelaki,” ujarnya.
Visi Saudi 2030 disusun oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman untuk meningkatkan partisipasi perempuan di tempat kerja dari 22% menjadi 30% di berbagai sektor pada 2030. “Saat ini, sekitar 600.000 perempuan Saudi bekerja di sektor swasta. Sekitar 30.000 perempuan bergabung dengan perusahaan pada September dan Oktober lalu,” kata Khaled Abalkhail, juru bicara Menteri Tenaga Kerja dan Pembangunan Sosial.
Tingkat pengangguran di Saudi mencapai 12,8%. Untuk menurunkan angka pengangguran Mohammed pun berencana untuk menciptakan lapangan pekerjaan di sektor swasta dan menurunkan tingkat pengangguran hingga 7% pada 2030. Rata-rata gaji yang diterima perempuan Saudi mencapai USD2.670.
Sementara itu, mengajak perempuan Saudi bekerja di sektor swasta memang mudah. Tapi, tantangan terberat adalah bagaimana membujuk mereka tetap bertahan bekerja. “Dari pengalaman kita, empat dari 10 perempuan Saudi meninggalkan pekerjaan karena diminta mengundurkan diri,” ungkap Redwan Aljelwah, pendiri Mada, konsultan sumber daya manusia.
Aljelwah mengungkapkan permintaan pekerja perempuan juga masih rendah. Ketika perempuan menikah, menurut dia, banyak suami tidak mengizinkan istinya bekerja. (Andika Hendra)
Angin segar reformasi itu telah dirasakan Manal Ghazwan, 30. Perempuan yang meraih master manajemen keamanan makanan itu kini bisa bekerja sebagai manajer di gerai Starbuck di Alshaya Company, Riyadh. “Banyak gadis lulus sarjana ingin mendapatkan tantangan bekerja di perusahaan multinasional seperti Starbuck,” ungkap Ghazwan dilansir Reuters.
Para perempuan tersebut ingin mengubah pola pikir dan keluar dari zona nyaman di mana kebanyakan perempuan tidak bekerja. Mereka juga ingin mengambil kesempatan yang diberikan pemerintah melalui reformasi yang digaungkan pemerintah Saudi. Para perempuan itu juga ingin mendapatkan tantangan gender dengan bekerja di sektor swasta.
Selama bertahun-tahun, undang-undang di Arab Saudi mencegah pencampuran lelaki dan perempuan di tempat kerja. Tapi, Ghazwan dan timnya justru melayakni pelanggan tanpa membedakan gender, baik lelaki dan perempuan.
Banyak bisnis menerima perempuan untuk bekerja bersama laki-laki. Kedai kopi 12 Ciups yang terkenal di Riyadh juga menerima pekerja perempuan. “Secara implisit dan tidak resmi memang diperbolehkan percampuran gender yang bekerja di sini,” kata Bader Aljalajel, pendiri 12 Cups.
Namun, saat ini kafenya dijalankan lima barista dan beberapa ekspatriat. Aljalajel kini berencana membuka gerai kedua yang nantinya akan diisi barista perempuan. “Beberapa perempuan telah mengirimkan lamaran ke kita dan mereka tahu kalau mereka akan bekerja dengan lelaki,” ujarnya.
Visi Saudi 2030 disusun oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed Bin Salman untuk meningkatkan partisipasi perempuan di tempat kerja dari 22% menjadi 30% di berbagai sektor pada 2030. “Saat ini, sekitar 600.000 perempuan Saudi bekerja di sektor swasta. Sekitar 30.000 perempuan bergabung dengan perusahaan pada September dan Oktober lalu,” kata Khaled Abalkhail, juru bicara Menteri Tenaga Kerja dan Pembangunan Sosial.
Tingkat pengangguran di Saudi mencapai 12,8%. Untuk menurunkan angka pengangguran Mohammed pun berencana untuk menciptakan lapangan pekerjaan di sektor swasta dan menurunkan tingkat pengangguran hingga 7% pada 2030. Rata-rata gaji yang diterima perempuan Saudi mencapai USD2.670.
Sementara itu, mengajak perempuan Saudi bekerja di sektor swasta memang mudah. Tapi, tantangan terberat adalah bagaimana membujuk mereka tetap bertahan bekerja. “Dari pengalaman kita, empat dari 10 perempuan Saudi meninggalkan pekerjaan karena diminta mengundurkan diri,” ungkap Redwan Aljelwah, pendiri Mada, konsultan sumber daya manusia.
Aljelwah mengungkapkan permintaan pekerja perempuan juga masih rendah. Ketika perempuan menikah, menurut dia, banyak suami tidak mengizinkan istinya bekerja. (Andika Hendra)
(nfl)