Sawit Indonesia Terancam di Uni Eropa, Menlu Retno Minta Bantuan Italia
A
A
A
JAKARTA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi menerima kunjungan Menlu Italia Angelino Alfano di Gedung Pancasila, Jakarta, Rabu (7/2/2018). Dalam pertemuan tersebut, Retno membahas kebijakan Uni Eropa (UE) yang akan melarang penggunaan minyak kelapa sawit.
Retno mengatakan, Italia merupakan mitra dagang terbesar ketiga Indonesia di UE. Nilai dagang kedua negara terus mengalami peningkatan.
Indonesia dan Italia, ujar dia, ingin menggunakan tren positif ini untuk terus meningkatkan ekonomi dan hubungan perdagangan kedua negara.Pada tahun depan, kedua negara akan merayakan 70 tahun hubungan diplomatik.
Menurut Retno, tema perayaan yang disepakati adalah mengusung isu UMKM dan ekonomi kreatif. Alasannya, Italia memiliki kekuatan ekonomi kreatif dan Indonesia juga memiliki talenta yang banyak untuk ekonomi kreatif.
”Kami membahas upaya untuk terus menjalani hubungan bilateral, misalnya mengenai masalah kelapa sawit Indonesia, ekspor kelapa sawit Indonesia ke Eropa, kemudian ekonomi kreatif seperti yang saya sampaikan tadi dan juga mengenai dialog lintas agama,” ujar Retno.
”Tekait dengan produk minyak kelapa sawit Indonesia, saya juga menyampaikan keprihatinan Indonesia terhadap putusan Parlemen UE yang melarang penggunaan minyak kelapa sawit dalam biofeul pada 2021,” sambung dia.
“Saya sampaikan kembali isu ini kepada Menteri Alfano. Kelapa sawit adalah isu yang penting bagi kepentingan nasional Indonesia dan isu kelapa sawit dapat diartikan demi pertumbuhan ekonomian sosial bangsa,” imbuh dia.
Retno menambahkan, Indonesia terus melakukan pendekatan yang cukup siembang antara perkembangan ekonomi dan juga isu lingkungan.
Italia sendiri, kata Retno menjadi negara terpenting ketiga tujuan ekspor sawit Indonesia ke Eropa. Dengan demikian, kelapa sawit di Indonesia juga memiliki kontribusi ekonomi bagi Italia.
”Oleh karena itu Indonesia meminta bantuan pemerintahan Italia pada saat terjadinya atau berlangsungnya diskusi dialog antara Parlemen Eropa dan Komisi Eropa (mengenai sawit),” papar Retno.
Retno mengatakan, Italia merupakan mitra dagang terbesar ketiga Indonesia di UE. Nilai dagang kedua negara terus mengalami peningkatan.
Indonesia dan Italia, ujar dia, ingin menggunakan tren positif ini untuk terus meningkatkan ekonomi dan hubungan perdagangan kedua negara.Pada tahun depan, kedua negara akan merayakan 70 tahun hubungan diplomatik.
Menurut Retno, tema perayaan yang disepakati adalah mengusung isu UMKM dan ekonomi kreatif. Alasannya, Italia memiliki kekuatan ekonomi kreatif dan Indonesia juga memiliki talenta yang banyak untuk ekonomi kreatif.
”Kami membahas upaya untuk terus menjalani hubungan bilateral, misalnya mengenai masalah kelapa sawit Indonesia, ekspor kelapa sawit Indonesia ke Eropa, kemudian ekonomi kreatif seperti yang saya sampaikan tadi dan juga mengenai dialog lintas agama,” ujar Retno.
”Tekait dengan produk minyak kelapa sawit Indonesia, saya juga menyampaikan keprihatinan Indonesia terhadap putusan Parlemen UE yang melarang penggunaan minyak kelapa sawit dalam biofeul pada 2021,” sambung dia.
“Saya sampaikan kembali isu ini kepada Menteri Alfano. Kelapa sawit adalah isu yang penting bagi kepentingan nasional Indonesia dan isu kelapa sawit dapat diartikan demi pertumbuhan ekonomian sosial bangsa,” imbuh dia.
Retno menambahkan, Indonesia terus melakukan pendekatan yang cukup siembang antara perkembangan ekonomi dan juga isu lingkungan.
Italia sendiri, kata Retno menjadi negara terpenting ketiga tujuan ekspor sawit Indonesia ke Eropa. Dengan demikian, kelapa sawit di Indonesia juga memiliki kontribusi ekonomi bagi Italia.
”Oleh karena itu Indonesia meminta bantuan pemerintahan Italia pada saat terjadinya atau berlangsungnya diskusi dialog antara Parlemen Eropa dan Komisi Eropa (mengenai sawit),” papar Retno.
(mas)