AS Ingin Jet Tempur F-35 Bisa Tembakkan Senjata Nuklir
A
A
A
WASHINGTON - Dokumen Nuclear Posture Review (NPR) Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang resmi dirilis hari Jumat merekomendasikan pesawat jet tempur F-35 memiliki kemampuan untuk menembakkan senjata nuklir.
”Memodernisasi (pesawat) tempur pembom dual-capable kami dengan pesawat tempur F-35 generasi mendatang akan mempertahankan kekuatan postur pencegahan NATO dan mempertahankan kemampuan kita untuk terus menggunakan senjata nuklir, jika situasi keamanan menuntutnya,” bunyi dokumen yang disusun oleh kantor Kementerian Pertahanan AS.
Dokumen tersebut menjelaskan bahwa Washington hanya akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir dalam keadaan ekstrem untuk mempertahankan kepentingan vital AS, sekutu dan mitranya.
Baca Juga: Waswas Senjata Rusia, Dalih AS Ekspansi Kemampuan Nuklirnya
Namun, lanjut dokumen NPR, keadaan ekstrem tersebut bisa mencakup serangan strategis non-nuklir terhadap AS atau kepentingannya.
Pada awal pekan ini, Pentagon kembali melaporkan bahwa serangan siber yang menghancurkan bisa diimbangi oleh serangan nuklir di bawah kebijakan baru tersebut.
F-35 memiliki sejarah kesulitan teknis yang panjang dengan anggaran yang membengkak. Sekadar diketahui, jet tempur generasi kelima itu pada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk menembakkan senjata nuklir.
Baca Juga: Rusia Kembangkan Torpedo Hipersonik Nuklir Juga Diusik AS
Namun para komandan yang terlibat dalam Kantor Program F-35 memperkirakan kemampuannya untuk menembakkan senjata nuklir akan terjadi antara tahun 2020 dan 2022.
“Pasti memungkinkan untuk mempercepat timeline guna menerapkan senjata nuklir di pesawat jika kebutuhan itu muncul,” kata pejabat Angkatan Udara AS, Jenderal Scott Pleus, seperti dikutip Sputnik, Sabtu (3/2/2018).
Menurut dokumen NPR, secara khusus, F-35 akan mengambil tanggung jawab dari pesawat tempur F-15E untuk membawa bom gravitasi B-6.
“Kekuatan nuklir non-strategis saat ini terdiri dari bom B61 yang relatif kecil yang dibawa oleh F-15E dan pesawat berkemampuan ganda (DCA),” lanjut dokumen NPR, merujuk pada ketergantungan terhadap jet tempur F-15 untuk melakukan misi pemboman.
”Amerika Serikat menggabungkan kemampuan nuklir pada F-35, dapat digunakan sebagai pengganti DCA yang sedang menua,” imbuh dokumen NPR. ”Bersamaan dengan program life extension untuk bom B-6, ini akan menjadi kontributor utama stabilitas pencegahan regional yang terus berlanjut dan memberi kepastian (keamanan) bagi sekutu.”
”Memodernisasi (pesawat) tempur pembom dual-capable kami dengan pesawat tempur F-35 generasi mendatang akan mempertahankan kekuatan postur pencegahan NATO dan mempertahankan kemampuan kita untuk terus menggunakan senjata nuklir, jika situasi keamanan menuntutnya,” bunyi dokumen yang disusun oleh kantor Kementerian Pertahanan AS.
Dokumen tersebut menjelaskan bahwa Washington hanya akan mempertimbangkan penggunaan senjata nuklir dalam keadaan ekstrem untuk mempertahankan kepentingan vital AS, sekutu dan mitranya.
Baca Juga: Waswas Senjata Rusia, Dalih AS Ekspansi Kemampuan Nuklirnya
Namun, lanjut dokumen NPR, keadaan ekstrem tersebut bisa mencakup serangan strategis non-nuklir terhadap AS atau kepentingannya.
Pada awal pekan ini, Pentagon kembali melaporkan bahwa serangan siber yang menghancurkan bisa diimbangi oleh serangan nuklir di bawah kebijakan baru tersebut.
F-35 memiliki sejarah kesulitan teknis yang panjang dengan anggaran yang membengkak. Sekadar diketahui, jet tempur generasi kelima itu pada saat ini tidak memiliki kemampuan untuk menembakkan senjata nuklir.
Baca Juga: Rusia Kembangkan Torpedo Hipersonik Nuklir Juga Diusik AS
Namun para komandan yang terlibat dalam Kantor Program F-35 memperkirakan kemampuannya untuk menembakkan senjata nuklir akan terjadi antara tahun 2020 dan 2022.
“Pasti memungkinkan untuk mempercepat timeline guna menerapkan senjata nuklir di pesawat jika kebutuhan itu muncul,” kata pejabat Angkatan Udara AS, Jenderal Scott Pleus, seperti dikutip Sputnik, Sabtu (3/2/2018).
Menurut dokumen NPR, secara khusus, F-35 akan mengambil tanggung jawab dari pesawat tempur F-15E untuk membawa bom gravitasi B-6.
“Kekuatan nuklir non-strategis saat ini terdiri dari bom B61 yang relatif kecil yang dibawa oleh F-15E dan pesawat berkemampuan ganda (DCA),” lanjut dokumen NPR, merujuk pada ketergantungan terhadap jet tempur F-15 untuk melakukan misi pemboman.
”Amerika Serikat menggabungkan kemampuan nuklir pada F-35, dapat digunakan sebagai pengganti DCA yang sedang menua,” imbuh dokumen NPR. ”Bersamaan dengan program life extension untuk bom B-6, ini akan menjadi kontributor utama stabilitas pencegahan regional yang terus berlanjut dan memberi kepastian (keamanan) bagi sekutu.”
(mas)