Duterte Nasihati Suu Kyi: Abaikan Aktivis HAM, Mereka Berisik
A
A
A
NEW DELHI - Presiden Filipina Rodridgo Duterte merasa kasihan dengan pemimin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi yang dihujat para aktivis pembela hak asasi manusia (HAM) terkait krisis Rohingya. Duterte menasihati Suu Kyi agar mengabaikan aktivis HAM yang dia sebut berisik.
Sepanjang menjabat sebagai presiden selama 18 bulan ini, Duterte cenderung mengabaikan pendapat para aktivis HAM. Dia secara terus-menerus menghadapi kritik atas pembunuhan di luar hukum dalam perang anti-narkoba yang dia kobarkan.
Sedangkan Suu Kyi yang saat ini berposisi sebagai Penasihat Negara Myanmar dihujat para aktivis HAM karena dianggap tidak berbuat banyak untuk menghentikan kekerasan militer terhadap etnis minoritas Rohingya yang memicu krisis kemanusiaan yang disorot dunia. Padahal, Suu Kyi merupakan pemimpin Myanmar, peraih Nobel Perdamaian dan ikon pro-demokrasi.
Berbicara di sebuah forum bisnis di Ibu Kota India, New Delhi, Duterte mengatakan, "Kami sedang membicarakan negara kita, kepentingan negara kita dan saya berkata 'jangan pedulikan (aktivis) hak asasi manusia, mereka hanya benar-benar berisik'.”
Baik Duterte maupun Suu Kyi termasuk di antara beberapa pemimpin Asia yang diundang oleh Perdana Menteri India Narendra Modi untuk perayaan Hari Republik di negara itu pada hari Jumat, 26 Januari.
”Saya mengasihani dia karena dia tampaknya tertangkap di tengah predikat menjadi pemenang Hadiah Nobel untuk perdamaian dan ini, sekarang ribut, dia sangat dikritik,” kata Duterte dalam pidatonya, seperti dikutip IB Times, Senin (29/1/2018).
Sebelumnya, Duterte mengkritik peran PBB dalam beberapa satu dekade terakhir.”(Badan) ini tidak mencegah perang, tidak mencegah pembantaian. Dan di sini, saya berusaha melindungi negara saya,” ujarnya.
Suu Kyi sendiri pernah mengklaim bahwa masyarakat global disesatkan oleh informasi berlebihan yang disodorkan kelompok HAM terkait krisis di negara bagian Rakhine.
Sepanjang menjabat sebagai presiden selama 18 bulan ini, Duterte cenderung mengabaikan pendapat para aktivis HAM. Dia secara terus-menerus menghadapi kritik atas pembunuhan di luar hukum dalam perang anti-narkoba yang dia kobarkan.
Sedangkan Suu Kyi yang saat ini berposisi sebagai Penasihat Negara Myanmar dihujat para aktivis HAM karena dianggap tidak berbuat banyak untuk menghentikan kekerasan militer terhadap etnis minoritas Rohingya yang memicu krisis kemanusiaan yang disorot dunia. Padahal, Suu Kyi merupakan pemimpin Myanmar, peraih Nobel Perdamaian dan ikon pro-demokrasi.
Berbicara di sebuah forum bisnis di Ibu Kota India, New Delhi, Duterte mengatakan, "Kami sedang membicarakan negara kita, kepentingan negara kita dan saya berkata 'jangan pedulikan (aktivis) hak asasi manusia, mereka hanya benar-benar berisik'.”
Baik Duterte maupun Suu Kyi termasuk di antara beberapa pemimpin Asia yang diundang oleh Perdana Menteri India Narendra Modi untuk perayaan Hari Republik di negara itu pada hari Jumat, 26 Januari.
”Saya mengasihani dia karena dia tampaknya tertangkap di tengah predikat menjadi pemenang Hadiah Nobel untuk perdamaian dan ini, sekarang ribut, dia sangat dikritik,” kata Duterte dalam pidatonya, seperti dikutip IB Times, Senin (29/1/2018).
Sebelumnya, Duterte mengkritik peran PBB dalam beberapa satu dekade terakhir.”(Badan) ini tidak mencegah perang, tidak mencegah pembantaian. Dan di sini, saya berusaha melindungi negara saya,” ujarnya.
Suu Kyi sendiri pernah mengklaim bahwa masyarakat global disesatkan oleh informasi berlebihan yang disodorkan kelompok HAM terkait krisis di negara bagian Rakhine.
(mas)