Akhiri Penutupan Pemerintah AS, Trump Serukan 'Opsi Nuklir'
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Donald John Trump menyerukan penerapan konstitusi baru atau dikenal sebagai “nuclear option” (opsi nuklir) untuk mengakhiri penutupan (shutdown) pemerintah Amerika Serikat (AS).
“Opsi nuklir” alias opsi konstitusional adalah prosedur parlementer yang memungkinkan Senat AS untuk mengesampingkan sebuah peraturan yang mengharuskan suara supermayoritas 60 suara untuk meloloskan sebuah undang-undang.
Trump mengatakan, jika penutupan pemerintah terus berlanjut, Partai Republik harus mendanai pemerintah dengan mengubah peraturan Senat—yang saat ini membutuhkan suara mayoritas—untuk membayar tagihan atau pendanaan berbagai layanan pemerintah federal.
Baca Juga: Pemerintah AS Tutup, Gedung Putih: Senator Demokrat Pecundang!
“Besar untuk melihat betapa kerasnya Partai Republik berjuang untuk militer dan keselamatan kita di perbatasan. Demkorat hanya ingin imigran ilegal datang ke negara kita tanpa dicentang. Jika jalan buntu terus berlanjut, Partai Republik harus mencapai 51 persen (Opsi Nuklir) dan memberi suara pada anggaran jangka panjang yang nyata,” tulis Trump via akun Twitter-nya, @realDonaldTrump, yang dikutip Senin (22/1/2018).
Namun, seruan Trump itu dengan cepat ditolak oleh Pemimpin Senat Partai Republik Mitch McConnell.
Senat Republik menentang perubahan peraturan untuk mendanai pemerintah AS dan mengakhiri shutdown saat ini dengan suara mayoritas yang sederhana.
”Konferensi Partai Republik menentang perubahan peraturan tentang undang-undang,” kata seorang juru bicara Pemimpin Senat Partai Republik dalam sebuah email, seperti dikutip vox.com.
Baca Juga: Jika Shutdown, Operasi Militer AS di Seluruh Dunia Ngadat
Aturan Senat saat ini mewajibkan supermayoritas, yakni tiga per lima suara senat untuk meloloskan sebuah undang-undang. Suara supermayoritas itu biasanya 60 dari 100 suara legislator.
Seperti diberitakan sebelumnya, pendanaan untuk layanan pemerintah federal habis pada hari Sabtu pekan lalu. Perpanjangan pendanaan dihentikan setelah Presiden Trump dan senat dari kubu Demokrat gagal mencapai kesepakatan, di mana kubu Demokrat menjadikan penolakan kebijakan imigrasi Trump yang kontroversial sebagai daya tawar.
Baca Juga: Pemerintah Trump Tutup dan Artinya bagi 14 Layanan AS
Kubu Demokrat mengatakan undang-undang pendanaan jangka pendek harus mencakup perlindungan bagi imigran ilegal yang dibawa ke AS sebagai anak-anak, yang dikenal sebagai ”pemimpi”. Kubu oposisi pemerintah itu telah mengusulkan rancangan undang-undang yang dikenal sebagai “Dream Act” untuk membela anak-anak imigran yang lahir di AS.
“Opsi nuklir” alias opsi konstitusional adalah prosedur parlementer yang memungkinkan Senat AS untuk mengesampingkan sebuah peraturan yang mengharuskan suara supermayoritas 60 suara untuk meloloskan sebuah undang-undang.
Trump mengatakan, jika penutupan pemerintah terus berlanjut, Partai Republik harus mendanai pemerintah dengan mengubah peraturan Senat—yang saat ini membutuhkan suara mayoritas—untuk membayar tagihan atau pendanaan berbagai layanan pemerintah federal.
Baca Juga: Pemerintah AS Tutup, Gedung Putih: Senator Demokrat Pecundang!
“Besar untuk melihat betapa kerasnya Partai Republik berjuang untuk militer dan keselamatan kita di perbatasan. Demkorat hanya ingin imigran ilegal datang ke negara kita tanpa dicentang. Jika jalan buntu terus berlanjut, Partai Republik harus mencapai 51 persen (Opsi Nuklir) dan memberi suara pada anggaran jangka panjang yang nyata,” tulis Trump via akun Twitter-nya, @realDonaldTrump, yang dikutip Senin (22/1/2018).
Namun, seruan Trump itu dengan cepat ditolak oleh Pemimpin Senat Partai Republik Mitch McConnell.
Senat Republik menentang perubahan peraturan untuk mendanai pemerintah AS dan mengakhiri shutdown saat ini dengan suara mayoritas yang sederhana.
”Konferensi Partai Republik menentang perubahan peraturan tentang undang-undang,” kata seorang juru bicara Pemimpin Senat Partai Republik dalam sebuah email, seperti dikutip vox.com.
Baca Juga: Jika Shutdown, Operasi Militer AS di Seluruh Dunia Ngadat
Aturan Senat saat ini mewajibkan supermayoritas, yakni tiga per lima suara senat untuk meloloskan sebuah undang-undang. Suara supermayoritas itu biasanya 60 dari 100 suara legislator.
Seperti diberitakan sebelumnya, pendanaan untuk layanan pemerintah federal habis pada hari Sabtu pekan lalu. Perpanjangan pendanaan dihentikan setelah Presiden Trump dan senat dari kubu Demokrat gagal mencapai kesepakatan, di mana kubu Demokrat menjadikan penolakan kebijakan imigrasi Trump yang kontroversial sebagai daya tawar.
Baca Juga: Pemerintah Trump Tutup dan Artinya bagi 14 Layanan AS
Kubu Demokrat mengatakan undang-undang pendanaan jangka pendek harus mencakup perlindungan bagi imigran ilegal yang dibawa ke AS sebagai anak-anak, yang dikenal sebagai ”pemimpi”. Kubu oposisi pemerintah itu telah mengusulkan rancangan undang-undang yang dikenal sebagai “Dream Act” untuk membela anak-anak imigran yang lahir di AS.
(mas)