Rezim Kim Jong-un: Buku 'Fire and Fury' Buat Trump Dihina Besar-besaran

Minggu, 14 Januari 2018 - 05:36 WIB
Rezim Kim Jong-un: Buku...
Rezim Kim Jong-un: Buku 'Fire and Fury' Buat Trump Dihina Besar-besaran
A A A
PYONGYANG - Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korea Utara (Korut) memanfaatkan buku “Fire and Fury” untuk menyerang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Pyongyang menyatakan, buku itu membuat Trump dihina secara besar-besaran di seluruh dunia.

Buku dengan judul ”Fire and Fury: Inside the Trump White House” karya Michael Wolff’s berisi berbagai “aib” Trump dan keluarganya. Salah satu isi buku menyebut Ibu Negara Melania Trump menangis sebagai reaksi kesedihannya saat suaminya menang pemilu presiden 2016.

Seperti senjata makan tuan, “fire and fury” atau “api dan amarah” sejatinya adalah istilah yang dibuat oleh Trump sendiri ketika mengancam akan menghancurkan total Korut. Tapi, siapa sangka istilah itu kini digunakan Pyongyang untuk menyerang balik Trump melalui buku tersebut.

Rezim Kim Jong-un melalui surat kabar pemerintah mengatakan bahwa buku tersebut sebagai bukti sentimen anti-Trump yang melonjak cepat di masyarakat internasional.

”Buku anti-Trump disapu di seluruh dunia sehingga Trump sedang dihina besar-besaran di seluruh dunia,” tulis media pemerintah Korut yang dilansir AP, Minggu (14/1/2018). Surat kabar itu juga meramalkan buku tersebut menjadi kematian politik Trump.

Buku ini menyebar di seluruh dunia, setelah situs antikerahasiaan WikiLeaks membocorkan link digital buku itu sehingga bisa diunduh secara gratis, meski ilegal.

Selain Korut, Iran juga memanfaatkan buku tersebut untuk menyerang presiden AS. Kantor berita negara Iran, IRNA, dalam editorialnya menyatakan bahwa buku tersebut menunjukkan kasus Trump yang tidak seimbang, sehingga dunia harus menolak niat Washington untuk menghancurkan kesepakatan nuklir Teheran 2015.

”Janji dan upaya yang dilakukan oleh presiden AS pada tahun pertama kepresidenannya telah semakin mendorong gagasan bahwa dia memiliki semacam masalah mental,” bunyi editorial IRNA.

”Niat Trump untuk merobek kesepakatan nuklir Iran pada bulan Juli 2015 adalah sebuah contoh,” lanjut editorial itu.

Gedung Putih telah dibuat marah oleh buku karya Wolff’s tersebut. Juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders menyebutnya sebagai buku sampah yang penuh kebohongan. Menurut Sanders, buku itu tidak hanya merusak presiden tapi juga untuk kepentingan nasional Amerika.

Presiden Trump pun ikut terusik. Dia berniat mengusulkan amandemen Undang-Undang tentang Pencemaran Nama Baik di AS.

”Jika seseorang mengatakan sesuatu yang benar-benar salah dan dengan sengaja salah. Bahwa orang yang telah disalahgunakan, dicemarkan nama baiknya, akan mendapat jalan yang berarti,” kata Trump pada hari Kamis.

”UU tentang Pencemaran Nama Baik kita saat ini adalah tipuan dan aib, dan tidak mewakili nilai-nilai Amerika atau keadilan Amerika, jadi kita akan melihatnya dengan kuat. Kami menginginkan keadilan.”

Kepala Staf Gedung Putih John Kelly kini sedang menindak staf yang menggunakan ponsel pribadi di dalam Gedung Putih untuk membocorkan rahasia yang menjadi bahan buku itu dan amunisi bagi musuh Amerika.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6861 seconds (0.1#10.140)