Pemberontak Houthi Ancam Blokir Jalur Pengiriman Laut Merah
A
A
A
SANAA - Kelompok bersenjata Yaman, Houthi, mengancam memblokir jalur pelayaran Laut Merah yang strategis jika koalisi yang dipimpin Arab Saudi terus mendorong kelompok itu ke arah pelabuhan Hodeidah yang dikontrolnya. Begitu bunyi laporan kantor berita SABA yang dikelola oleh Houthi.
Yaman terletak di sebelah selatan mulut Laut Merah, salah satu rute perdagangan terpenting di dunia untuk kapal tanker minyak, yang melewati pantai dekat Yaman saat menuju dari Timur Tengah melalui Terusan Suez ke Eropa.
Sementara SABA tidak memberikan rincian tentang bagaimana Houthi dapat melakukan tindakan semacam itu, selat Bab al-Mandab, di mana Laut Merah bertemu dengan Teluk Aden di Laut Arab, yang luasnya hanya 20 km, membuat ratusan kapal berpotensi menjadi sasaran empuk.
"Jika para penyerang terus mendorong Hodeidah dan jika solusi politiknya menyentuh tembok, ada beberapa pilihan strategis yang akan dijadikan titik balik, termasuk menghalangi navigasi internasional di Laut Merah," kata kepala dewan politik Ansarullah Houthi, Saleh al-Samad, dilansir dari Reuters, Rabu (10/1/2018).
"Kapal mereka melewati perairan kami sementara orang-orang kita kelaparan," kata Samad saat bertemu dengan pejabat PBB.
Pejabat PBB telah berusaha mengembalikan kedua belah pihak kembali ke meja perundingan setelah perundingan ambruk 2016. Samad mengatakan bahwa kelompoknya siap memberikan konsesi dalam setiap perundingan politik untuk menghentikan pertumpahan darah tersebut.
Yaman, salah satu negara termiskin di dunia Arab, terlibat dalam perang proxy antara gerakan bersenjata Houthi, bersekutu dengan Iran, dan koalisi militer yang didukung Amerika Serikat (AS) pimpinan Arab Saudi.
Sekitar 8 juta orang berada di ambang kelaparan, lebih dari 10.000 orang terbunuh dan puluhan ribu lainnya menderita kolera, difteri dan penyakit lainnya.
Koalisi yang dipimpin Saudi telah mencoba sejak dimulainya perang pada Maret 2015 untuk merebut Hodeidah, pelabuhan terbesar di Yaman, yang menerima 80 persen impor Yaman, dan dalam beberapa pekan terakhir telah meluncurkan sebuah kampanye darat dan serangan udara yang intensif.
Pada hari Selasa, menteri luar negeri Uni Emirat Arab (UEA) untuk urusan luar negeri, Anwar Gargash, mengatakan di Twitter, ancaman tersebut merupakan bukti lain dari "sifat teroris milisi Houthi", terutama saat Samad bertemu dengan delegasi PBB. UEA adalah mitra utama koalisi militer yang memerangi kaum Houthi.
"Houthi yang menghancurkan tanaman dan biji-bijian, menghancurkan Yaman, mengkhianati sekutunya dan mitranya, sekarang mengancam navigasi internasional, kita menghadapi geng teroris bahwa akhir keberadaannya di Yaman sudah dekat," kata Gargash.
Yaman terletak di sebelah selatan mulut Laut Merah, salah satu rute perdagangan terpenting di dunia untuk kapal tanker minyak, yang melewati pantai dekat Yaman saat menuju dari Timur Tengah melalui Terusan Suez ke Eropa.
Sementara SABA tidak memberikan rincian tentang bagaimana Houthi dapat melakukan tindakan semacam itu, selat Bab al-Mandab, di mana Laut Merah bertemu dengan Teluk Aden di Laut Arab, yang luasnya hanya 20 km, membuat ratusan kapal berpotensi menjadi sasaran empuk.
"Jika para penyerang terus mendorong Hodeidah dan jika solusi politiknya menyentuh tembok, ada beberapa pilihan strategis yang akan dijadikan titik balik, termasuk menghalangi navigasi internasional di Laut Merah," kata kepala dewan politik Ansarullah Houthi, Saleh al-Samad, dilansir dari Reuters, Rabu (10/1/2018).
"Kapal mereka melewati perairan kami sementara orang-orang kita kelaparan," kata Samad saat bertemu dengan pejabat PBB.
Pejabat PBB telah berusaha mengembalikan kedua belah pihak kembali ke meja perundingan setelah perundingan ambruk 2016. Samad mengatakan bahwa kelompoknya siap memberikan konsesi dalam setiap perundingan politik untuk menghentikan pertumpahan darah tersebut.
Yaman, salah satu negara termiskin di dunia Arab, terlibat dalam perang proxy antara gerakan bersenjata Houthi, bersekutu dengan Iran, dan koalisi militer yang didukung Amerika Serikat (AS) pimpinan Arab Saudi.
Sekitar 8 juta orang berada di ambang kelaparan, lebih dari 10.000 orang terbunuh dan puluhan ribu lainnya menderita kolera, difteri dan penyakit lainnya.
Koalisi yang dipimpin Saudi telah mencoba sejak dimulainya perang pada Maret 2015 untuk merebut Hodeidah, pelabuhan terbesar di Yaman, yang menerima 80 persen impor Yaman, dan dalam beberapa pekan terakhir telah meluncurkan sebuah kampanye darat dan serangan udara yang intensif.
Pada hari Selasa, menteri luar negeri Uni Emirat Arab (UEA) untuk urusan luar negeri, Anwar Gargash, mengatakan di Twitter, ancaman tersebut merupakan bukti lain dari "sifat teroris milisi Houthi", terutama saat Samad bertemu dengan delegasi PBB. UEA adalah mitra utama koalisi militer yang memerangi kaum Houthi.
"Houthi yang menghancurkan tanaman dan biji-bijian, menghancurkan Yaman, mengkhianati sekutunya dan mitranya, sekarang mengancam navigasi internasional, kita menghadapi geng teroris bahwa akhir keberadaannya di Yaman sudah dekat," kata Gargash.
(ian)