PM Israel Ingin Badan PBB untuk Pengungsi Palestina Lenyap
A
A
A
TEL AVIV - Perdana Menteri (pm) Israel Benjamin Netanyahu menginginkan badan PBB yang melayani pengungsi Palestina lenyap. Dia yakin keturunan para pengungsi Palestina menjadi ancaman bagi keberadaan Israel.
Netanyahu mendukung ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump untuk menghentikan bantuan dana kepada badan bernama United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) tersebut.
“Saya sepenuhnya setuju dengan kritik kuat Presiden Trump terhadap UNRWA,” kata Netanyahu pada pertemuan kabinet Israel pada hari Minggu.
”Saya memberikan saran sederhana, bahwa dana untuk UNRWA harus diserahkan secara bertahap kepada Komisaris Tinggi untuk Pengungsi PBB, dengan kriteria yang jelas untuk mendukung pengungsi nyata, dan bukan pengungsi fiktif, itulah yang terjadi hari ini di bawah UNRWA,” ujar Netanyahu.
Bantuan kemanusiaan UNRWA disalurkan untuk layanan pendidikan, perawatan kesehatan, dan sosial kepada lima juta orang Palestina di Yordania, Lebanon, Suriah, Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Bantuan melalui UNRWA itu menjadi harapan bahwa suatu hari nanti orang-orang Palestina dapat kembali ke tanah mereka yang sekarang diduduki oleh Israel.
Namun, Netanyahu melihat adanya ancaman dalam prinsip ”hak untuk kembali” yang diberikan kepada lebih dari 5 juta pengungsi Palestina yang terdaftar dan keturunan orang-orang yang melarikan diri dari tanah kelahiran mereka setelah eksodus Palestina 1962 dan Perang Enam Hari 1967.
”Cucu-cucu pengungsi, yang bukan pengungsi, tapi yang dirawat oleh UNRWA, seharusnya tidak menerima bantuan,” kata Netanyahu, seperti dikutip dari i24news.tv, Senin (8/1/2018). ”Situasi absurd ini harus diakhiri,” imbuh dia.
”UNRWA adalah organisasi yang mengabadikan masalah pengungsi Palestina,” lanjut Netanyahu. ”(Badan) ini juga melanggengkan narasi dari apa yang disebut 'hak kembali' dengan tujuan untuk menghapuskan Negara Israel, dan oleh karena itu UNRWA harus lenyap.”
Sementara itu, juru bicara UNRWA, Chris Gunness, menolak tuduhan Netanyahu. Menurutnya, masalah pengungsi disebabkan oleh konflik bukan oleh UNRWA.
”Ini perlu diselesaikan oleh para pihak dalam konflik dalam konteks perundingan damai, berdasarkan pada resolusi PBB dan hukum internasional, dan memerlukan keterlibatan aktif masyarakat internasional,” kata Gunness.
”UNRWA diberi mandat oleh Majelis Umum PBB untuk melanjutkan jasanya sampai solusi yang adil dan abadi ditemukan untuk pengungsi Palestina,” ujarnya.
UNRWA sepenuhnya bergantung pada kontribusi sukarela dari negara-negara anggota PBB.
Pada tahun 2016, AS mendanai hampir 30 persen anggaran UNRWA dengan menyediakan lebih dari USD368 juta. Jumlah total yang telah diterima dari AS sejak tahun 1994 telah mencapai USD5 miliar. Namun, Trump telah mengancam akan menghentikan bantuan tersebut.
Netanyahu mendukung ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump untuk menghentikan bantuan dana kepada badan bernama United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) tersebut.
“Saya sepenuhnya setuju dengan kritik kuat Presiden Trump terhadap UNRWA,” kata Netanyahu pada pertemuan kabinet Israel pada hari Minggu.
”Saya memberikan saran sederhana, bahwa dana untuk UNRWA harus diserahkan secara bertahap kepada Komisaris Tinggi untuk Pengungsi PBB, dengan kriteria yang jelas untuk mendukung pengungsi nyata, dan bukan pengungsi fiktif, itulah yang terjadi hari ini di bawah UNRWA,” ujar Netanyahu.
Bantuan kemanusiaan UNRWA disalurkan untuk layanan pendidikan, perawatan kesehatan, dan sosial kepada lima juta orang Palestina di Yordania, Lebanon, Suriah, Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Bantuan melalui UNRWA itu menjadi harapan bahwa suatu hari nanti orang-orang Palestina dapat kembali ke tanah mereka yang sekarang diduduki oleh Israel.
Namun, Netanyahu melihat adanya ancaman dalam prinsip ”hak untuk kembali” yang diberikan kepada lebih dari 5 juta pengungsi Palestina yang terdaftar dan keturunan orang-orang yang melarikan diri dari tanah kelahiran mereka setelah eksodus Palestina 1962 dan Perang Enam Hari 1967.
”Cucu-cucu pengungsi, yang bukan pengungsi, tapi yang dirawat oleh UNRWA, seharusnya tidak menerima bantuan,” kata Netanyahu, seperti dikutip dari i24news.tv, Senin (8/1/2018). ”Situasi absurd ini harus diakhiri,” imbuh dia.
”UNRWA adalah organisasi yang mengabadikan masalah pengungsi Palestina,” lanjut Netanyahu. ”(Badan) ini juga melanggengkan narasi dari apa yang disebut 'hak kembali' dengan tujuan untuk menghapuskan Negara Israel, dan oleh karena itu UNRWA harus lenyap.”
Sementara itu, juru bicara UNRWA, Chris Gunness, menolak tuduhan Netanyahu. Menurutnya, masalah pengungsi disebabkan oleh konflik bukan oleh UNRWA.
”Ini perlu diselesaikan oleh para pihak dalam konflik dalam konteks perundingan damai, berdasarkan pada resolusi PBB dan hukum internasional, dan memerlukan keterlibatan aktif masyarakat internasional,” kata Gunness.
”UNRWA diberi mandat oleh Majelis Umum PBB untuk melanjutkan jasanya sampai solusi yang adil dan abadi ditemukan untuk pengungsi Palestina,” ujarnya.
UNRWA sepenuhnya bergantung pada kontribusi sukarela dari negara-negara anggota PBB.
Pada tahun 2016, AS mendanai hampir 30 persen anggaran UNRWA dengan menyediakan lebih dari USD368 juta. Jumlah total yang telah diterima dari AS sejak tahun 1994 telah mencapai USD5 miliar. Namun, Trump telah mengancam akan menghentikan bantuan tersebut.
(mas)