Lakukan Demonstrasi, Sebelas Pangeran Saudi Ditahan
A
A
A
RIYADH - Pihak berwenang Saudi telah menahan 11 pangeran setelah mereka berkumpul di sebuah istana kerajaan di Riyadh dalam sebuah demonstrasi langka. Para pangeran protes terkait langkah-langkah penghematan yang mencakup penundaan pembayaran tagihan listrik mereka.
Arab Saudi, eksportir minyak utama dunia, telah memperkenalkan reformasi yang mencakup pemotongan subsidi, memperkenalkan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pemotongan fasilitas kepada anggota keluarga kerajaan. Hal itu dilakukan untuk mengatasi penurunan harga minyak mentah yang menyebabkan defisit anggaran yang diperkirakan mencapai 195 miliar riyal di tahun 2018.
Situs berita online sabq.org mengatakan para pangeran telah berkumpul di Qasr a-Hokm, sebuah istana kerajaan yang bersejarah, menuntut pembatalan sebuah keputusan kerajaan yang menghentikan pembayaran negara atas tagihan air dan listrik untuk anggota keluarga kerajaan.
"Mereka juga menuntut kompensasi atas hukuman mati yang dikeluarkan terhadap seorang kerabat," seperti dikutip Reuters dari Sabq.org, Minggu (7/1/2018).
"Mereka diberitahu tentang kesalahan tuntutan mereka, namun mereka menolak untuk meninggalkan Qasr al-Hokm," sambung Sabq.
"Perintah kerajaan dikeluarkan bagi para penjaga kerajaan untuk campur tangan dan mereka ditahan dan dimasukkan ke dalam penjara al-Hayer untuk mempersiapkan mereka dalam persidangan," sambung laporan itu mengutip sumber tak dikenal.
Laporan ini tidak memberikan rincian identitas para pangeran namun mengatakan bahwa pemimpin kelompok tersebut telah diidentifikasi dengan inisial S.A.S.
"Semua orang sama di depan hukum dan siapapun yang tidak menerapkan peraturan dan instruksi akan dimintai pertanggungjawaban, tidak peduli siapa dia," tambah situs itu.
Situs berbahasa Arab, Okaz, juga menurunkan laporan serupa. Meski begitu Reuters tidak bisa segera memverifikasi laporan tersebut. Pejabat Saudi tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari laporan itu.
Arab Saudi tahun lalu mengumpulkan puluhan anggota keluarga kerajaan, mantan pejabat senior dan saat ini dalam tindakan keras terhadap korupsi yang juga memperkuat kekuatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Mereka ditahan di Ritz Hotel bintang lima di ibukota Riyadh sementara pejabat pemerintah menegosiasikan permukiman keuangan.
Arab Saudi, eksportir minyak utama dunia, telah memperkenalkan reformasi yang mencakup pemotongan subsidi, memperkenalkan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pemotongan fasilitas kepada anggota keluarga kerajaan. Hal itu dilakukan untuk mengatasi penurunan harga minyak mentah yang menyebabkan defisit anggaran yang diperkirakan mencapai 195 miliar riyal di tahun 2018.
Situs berita online sabq.org mengatakan para pangeran telah berkumpul di Qasr a-Hokm, sebuah istana kerajaan yang bersejarah, menuntut pembatalan sebuah keputusan kerajaan yang menghentikan pembayaran negara atas tagihan air dan listrik untuk anggota keluarga kerajaan.
"Mereka juga menuntut kompensasi atas hukuman mati yang dikeluarkan terhadap seorang kerabat," seperti dikutip Reuters dari Sabq.org, Minggu (7/1/2018).
"Mereka diberitahu tentang kesalahan tuntutan mereka, namun mereka menolak untuk meninggalkan Qasr al-Hokm," sambung Sabq.
"Perintah kerajaan dikeluarkan bagi para penjaga kerajaan untuk campur tangan dan mereka ditahan dan dimasukkan ke dalam penjara al-Hayer untuk mempersiapkan mereka dalam persidangan," sambung laporan itu mengutip sumber tak dikenal.
Laporan ini tidak memberikan rincian identitas para pangeran namun mengatakan bahwa pemimpin kelompok tersebut telah diidentifikasi dengan inisial S.A.S.
"Semua orang sama di depan hukum dan siapapun yang tidak menerapkan peraturan dan instruksi akan dimintai pertanggungjawaban, tidak peduli siapa dia," tambah situs itu.
Situs berbahasa Arab, Okaz, juga menurunkan laporan serupa. Meski begitu Reuters tidak bisa segera memverifikasi laporan tersebut. Pejabat Saudi tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari laporan itu.
Arab Saudi tahun lalu mengumpulkan puluhan anggota keluarga kerajaan, mantan pejabat senior dan saat ini dalam tindakan keras terhadap korupsi yang juga memperkuat kekuatan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Mereka ditahan di Ritz Hotel bintang lima di ibukota Riyadh sementara pejabat pemerintah menegosiasikan permukiman keuangan.
(ian)