Balas Kunjungan, Delegasi Israel Siap Sambangi Bahrain
A
A
A
TEL AVIV - Sebuah delegasi pemimpin bisnis Israel akan melakukan perjalanan ke Bahrain pada bulan Januari nanti. Hal itu sebagai balasan dari kunjungan delegasi Bahrain ke negara Yahudi tersebut beberapa hari yang lalu.
Aksi saling berkunjung ini terjadi di tengah munculnya laporan kedua negara sedang “pemanasan” untuk normalisasi hubungan. Kunjungan delegasi Bahrain ke Israel juga terjadi di saat dunia Arab dan Muslim marah atas pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) soal Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Rabbi Abraham Cooper, dekan asosiasi Simon Wiesenthal Center, kepada Jerusalem Post membenarkan bahwa rencana kunjungan delegasinya sebagai kunjungan balasan.
”Orang-orang Bahrain telah menyetujuinya, ini akan menjadi delegasi Wiesenthal Center. Idenya adalah untuk membangun beberapa kontak langsung, yang tidak bersifat politis, namun idenya adalah memulai kontak normal,” kata Cooper, yang dilansir Sabtu (16/12/2017).
Komentarnya muncul beberapa hari setelah delegasi Bahrain yang menamakan diri ”This is Bahrain” tiba di Israel dengan tujuan untuk mengirim pesan toleransi dan koeksistensi agama. Delegasi ini mengklaim tidak mengatasnamakan pemerintah.
Pemerintah Bahrain sendiri ikut bergabung dengan masyarakat internasional untuk mengecam keputusan Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Langkah AS ini dianggap sudah merusak proses perdamaian di Timur Tengah.
Bahrain dan Israel tidak menjalin hubungan diplomatik. Namun, seorang pejabat Bahrain sebelumnya telah menyarankan agar ada ikatan yang lebih kuat di antara kedua negara dalam menghadapi musuh bersama, Iran.
Sebuah dokumen rahasia yang dibocorkan WikiLeaks pada tahun 2011 pernah mengungkap kontak Bahrain dengan Israel di tingkat intelijen. Isis dokumen itu mengindikasikan bahwa negara Teluk tersebut bersedia untuk bergerak maju dalam berhubungan dengan Israel di bidang lain.
Aksi saling berkunjung ini terjadi di tengah munculnya laporan kedua negara sedang “pemanasan” untuk normalisasi hubungan. Kunjungan delegasi Bahrain ke Israel juga terjadi di saat dunia Arab dan Muslim marah atas pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) soal Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
Rabbi Abraham Cooper, dekan asosiasi Simon Wiesenthal Center, kepada Jerusalem Post membenarkan bahwa rencana kunjungan delegasinya sebagai kunjungan balasan.
”Orang-orang Bahrain telah menyetujuinya, ini akan menjadi delegasi Wiesenthal Center. Idenya adalah untuk membangun beberapa kontak langsung, yang tidak bersifat politis, namun idenya adalah memulai kontak normal,” kata Cooper, yang dilansir Sabtu (16/12/2017).
Komentarnya muncul beberapa hari setelah delegasi Bahrain yang menamakan diri ”This is Bahrain” tiba di Israel dengan tujuan untuk mengirim pesan toleransi dan koeksistensi agama. Delegasi ini mengklaim tidak mengatasnamakan pemerintah.
Pemerintah Bahrain sendiri ikut bergabung dengan masyarakat internasional untuk mengecam keputusan Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Langkah AS ini dianggap sudah merusak proses perdamaian di Timur Tengah.
Bahrain dan Israel tidak menjalin hubungan diplomatik. Namun, seorang pejabat Bahrain sebelumnya telah menyarankan agar ada ikatan yang lebih kuat di antara kedua negara dalam menghadapi musuh bersama, Iran.
Sebuah dokumen rahasia yang dibocorkan WikiLeaks pada tahun 2011 pernah mengungkap kontak Bahrain dengan Israel di tingkat intelijen. Isis dokumen itu mengindikasikan bahwa negara Teluk tersebut bersedia untuk bergerak maju dalam berhubungan dengan Israel di bidang lain.
(mas)