AS Tolak Pernyataan OKI
A
A
A
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menegaskan bahwa Presiden Donald Trump, berkomitmen terhadap proses perdamaian di Timur Tengah. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert, menolak pernyataan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang menyatakan Washington bukan lagi mediator perdamaian Israel-Palestina dan menyebutnya sebagai retorika yang penuh dengan hasutan.
"Retorika semacam itu telah kami dengar di masa lalu dan telah menggagalkan perdamaian," katanya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (14/12/2017).
Nauert lantas mendesak semua pihak untuk mengabaikan sejumlah distorsi dan memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dikatakan oleh Trump. Ia mengatakan keputusan Trump tidak mempengaruhi batas kota, yang bergantung pada negosiasi antara Israel dan Palestina.
Namun saat ditanya apakah Yerusalem Timur juga bisa diakui sebagai Ibu Kota negara Palestina masa depan, Nauert mengatakan bahwa kepastian akan hal itu harus diserahkan kepada perundingan status akhir antara Israel dan Palestina.
"Kami mengambil posisi bagaimana kita melihat Yerusalem. Saya pikir terserah kepada orang-orang Israel dan Palestina untuk memutuskan bagaimana mereka ingin melihat perbatasan - lagi negosiasi status akhir," tukasnya.
Sebelumnya, negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI menyatakan bahwa Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina. Mereka juga menyatakan AS bukan lagi mediator perdamaian Timur Tengah.
Pernyataan ini dikeluarkan dalam pertemuan darurat yang dilakukan di Istanbul, Turki. Pertemuan ini diadakan untuk menyikapi kebijakan AS yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel beberapa waktu lalu.
"Retorika semacam itu telah kami dengar di masa lalu dan telah menggagalkan perdamaian," katanya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (14/12/2017).
Nauert lantas mendesak semua pihak untuk mengabaikan sejumlah distorsi dan memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dikatakan oleh Trump. Ia mengatakan keputusan Trump tidak mempengaruhi batas kota, yang bergantung pada negosiasi antara Israel dan Palestina.
Namun saat ditanya apakah Yerusalem Timur juga bisa diakui sebagai Ibu Kota negara Palestina masa depan, Nauert mengatakan bahwa kepastian akan hal itu harus diserahkan kepada perundingan status akhir antara Israel dan Palestina.
"Kami mengambil posisi bagaimana kita melihat Yerusalem. Saya pikir terserah kepada orang-orang Israel dan Palestina untuk memutuskan bagaimana mereka ingin melihat perbatasan - lagi negosiasi status akhir," tukasnya.
Sebelumnya, negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI menyatakan bahwa Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina. Mereka juga menyatakan AS bukan lagi mediator perdamaian Timur Tengah.
Pernyataan ini dikeluarkan dalam pertemuan darurat yang dilakukan di Istanbul, Turki. Pertemuan ini diadakan untuk menyikapi kebijakan AS yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel beberapa waktu lalu.
(ian)