Israel Sebut Pengumuman Trump Deklarasi Bersejarah, Palestina Mengecam

Kamis, 07 Desember 2017 - 05:30 WIB
Israel Sebut Pengumuman...
Israel Sebut Pengumuman Trump Deklarasi Bersejarah, Palestina Mengecam
A A A
YERUSALEM - Israel memuji pengakuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas Yerusalem sebagai Ibukotanya. Namun orang-orang Palestina mengutuk langkah tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya akan mengurangi peran Washington sebagai mediator perdamaian.

Dalam sebuah pidato penting di Washington, Trump membalikkan kebijakan AS selama beberapa dekade untuk menentang peringatan dari seluruh dunia bahwa isyarat tersebut berisiko menimbulkan kerusuhan lebih lanjut di Timur Tengah.

Presiden AS yang lalu bersikeras bahwa status Yerusalem - tempat tinggal suci agama Yahudi, Muslim dan Kristen - harus diputuskan dalam negosiasi antara kedua belah pihak.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan dalam pesan pra-rekaman video bahwa keputusan Trump telah dibuat untuk "hari bersejarah" dan merupakan "langkah penting menuju perdamaian".

Dia menambahkan bahwa setiap kesepakatan damai dengan Palestina harus mencakup Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Ia pun mendesak negara-negara lain untuk mengikuti langkah AS dengan juga memindahkan kedutaan mereka ke Yerusalem.

Ia pun menegaskan tidak akan ada perubahan untuk mengakses situs suci Yerusalem. "Israel akan selalu menjamin kebebasan beribadah untuk orang Yahudi, Kristen, dan Muslim," ujarnya seperti dilansir dari Reuters, Kamis (7/12/2017).

Namun Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa langkah Trump sama dengan mencabut peran Amerika Serikat sebagai mediator perdamaian dan menyatakan Yerusalem sebagai Ibu Kota abadi Negara Palestina.

"Dengan pengumuman ini, pemerintah Amerika telah memilih untuk melanggar semua kesepakatan dan resolusi internasional dan bilateral dan telah memilih untuk melanggar konsensus internasional," kata Abbas.

"Langkah tersebut akan melayani kelompok ekstremis yang mencoba mengubah konflik di wilayah kita menjadi perang agama yang akan menyeret wilayah ini ke dalam konflik internasional dan perang tanpa henti," imbuhnya.

Sementara itu kelompok Hamas Palestina, yang mendominasi Jalur Gaza, mengatakan bahwa langkah Trump adalah agresi mencolok terhadap rakyat Palestina dan mendesak orang-orang Arab dan Muslim untuk melemahkan kepentingan AS di wilayah Timur Tengah dan menghindari Israel.

Israel merebut Yerusalem Timur dari Arab dalam perang Timur Tengah 1967. Negara Zionis ini kemudian mencaploknya, dan menyatakan seluruh kota sebagai Ibukotanya - sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional.

Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka yang ingin mereka bangun di Tepi Barat yang diduduki Israel dan Jalur Gaza.

Perundingan damai Israel-Palestina telah dibekukan sejak tahun 2014, meskipun penasihat dan menantu Trump, Jared Kushner memimpin upaya Trump untuk memulai kembali usaha mereka namun sejauh ini upaya tersebut menunjukkan sedikit kemajuan.

Pembangunan permukiman di Tepi Barat Israel telah menjadi salah satu hambatan utama dalam pembicaraan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0838 seconds (0.1#10.140)