Bangladesh-Myanmar Sepakati Pemulangan Pengungsi Rohingya

Jum'at, 24 November 2017 - 01:22 WIB
Bangladesh-Myanmar Sepakati Pemulangan Pengungsi Rohingya
Bangladesh-Myanmar Sepakati Pemulangan Pengungsi Rohingya
A A A
DHAKA - Bangladesh telah menandatangani kesepakatan dengan Myanmar terkait pemulangan pengungsi Rohingya. Ratusan ribu etnis Rohingya eksodus untuk menyelamatkan diri dari aksi kekerasan tentara Myanmar baru-baru ini.

Sebuah pernyataan dari kementerian luar negeri Bangladesh mengatakan bahwa orang-orang yang kehilangan tempat tinggal dapat mulai kembali dalam waktu dua bulan. Kedua belah pihak mengatakan bahwa mereka sedang mengerjakan rinciannya.

Kedua negara berada di bawah tekanan pada masalah ini dengan alasan yang berbeda.

Bangladesh ingin menunjukkan kepada penduduknya bahwa Rohingya tidak akan menjadi penghuni tetap. Negara ini sudah menampung sekitar 400 ribu pengungsi Rohingya sebelum arus masuk terakhir.

Sedangkan otoritas Burma - dan terutama pemimpin de facto Aung San Suu Kyi - ingin menanggapi seruan internasional untuk berbuat lebih banyak guna menyelesaikan krisis tersebut.

"Pengaturan tersebut menetapkan bahwa pengembalian akan dimulai dalam waktu dua bulan," bunyi siaran pers dari pemerintah Bangladesh seperti dilansir dari BBC, Jumat (24/11/2017).

Beberapa rincian lainnya akan dirilis setelah penandatanganan memorandum di Ibu Kota Myanmar, Naypyitaw

Menteri Luar Negeri Bangladesh Mahmood Ali mengatakan itu adalah "langkah pertama". Sedangkan Pejabat senior Myanmar Myint Kyaing mengatakan bahwa pihaknya siap untuk menerima Rohingya "sesegera mungkin".

Kondisi kembali ke Myanmar yang masih belum jelas membuat banyak Rohingya takut dikirim kembali. Pengungsi di Kamp Kutupalong di Bangladesh mengatakan bahwa mereka menginginkan jaminan kewarganegaraan dan tanah mereka dikembalikan.

"Kami akan kembali jika mereka tidak mengganggu kami dan jika kami bisa menjalani kehidupan seperti umat Buddha dan etnis minoritas lainnya," kata seorang pria, Sayed Hussein.

"Saya tidak mempercayai pemerintah Myanmar, suami saya pergi tiga kali dan ini adalah kedua kalinya saya pergi. Pemerintah Myanmar selalu seperti ini," kata seorang wanita, Narusha.

Rohingya adalah minoritas tanpa kewarganegaraan yang telah lama mengalami penganiayaan di Myanmar, juga dikenal sebagai Burma.

Lebih dari 600 ribu orang telah melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh. Itu terjadi sejak serangan mematikan milisi Rohingya terhadap pos polisi yang memicu sebuah tindakan militer di negara bagian Rakhine pada akhir Agustus.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5116 seconds (0.1#10.140)