China Desak Negosiasi Ulang soal Label Sponsor Terorisme Korut
A
A
A
SEOUL - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan Korea Utara (Korut) dalam daftar negara sponsor terorisme. Langkah tersebut didukung Korea Selatan (Korsel) dan Jepang. Meski demikian, China sebagai aliansi Korut meminta semua pihak kembali ke meja perundingan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Lu Kang menjelaskan, Beijing telah mengetahui tentang keputusan AS tersebut. "Saat ini, situasi di semenanjung Korea rumit dan sensitif. Kami masih berharap semua pihak terkait dapat berbuat lebih banyak untuk meringankan situasi dan lebih kondusif bagi semua pihak kembali ke jalur negosiasi, dialog, dan konsultasi untuk menyelesaikan isu nuklir semenanjung," kata Lu di Beijing, dikutip kantor berita Reuters.
Menurut China, langkah AS akan semakin memperumit situasi di semenanjung Korea. "Prospek semenanjung Korea bebas nuklir telah menjauh oleh satu aksi, disusul aksi lain yang tidak bertanggung jawab atau retorika menggelegar," ungkap Lu.
Peningkatan ketegangan di Korea pada tahun ini tak dapat dilepaskan dari sejumlah perang kata-kata antara AS dan Korut. Langkah Trump memasukkan kembali Korut dalam daftar negara sponsor terorisme sepekan setelah dia kembali dari lawatan ke Asia selama 12 hari.
Lawatan itu memiliki agenda utama menghentikan ambisi nuklir Korut. "Sebagai tambahan mengancam dunia dengan kehancuran nuklir, Korut berulang kali mendukung aksi terorisme inter nasional, termasuk berbagai pembunuhan di tanah asing," kata Trump di Gedung Putih.
"Ini akan ditindaklanjuti dengan sanksi dan penalti pada Korut dan orang-orang terkait serta mendukung kampanye tekanan maksimal untuk mengisolasi rezim kejam," ungkap Trump.
Jepang dan Korsel sebagai aliansi AS mendukung langkah Trump. "Saya menyambut dan mendukung langkah itu untuk meningkatkan tekanan pada Korut," kata Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe. "Korsel berharap langkah Trump akan mendukung denuklirisasi damai," papar pernyataan Kementerian Luar Negeri Korsel.
PM Australia Malcolm Trunbull juga mendukung keputusan Trump. "Kim Jong-un menjalankan operasi kriminal global dari perdagangan senjata Korut, perdagangan narkoba, terlibat kejahatan cyber, dan mengancam stabilitas wilayah dengan senjata nuklirnya," kata Turnbull di Sydney.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Lu Kang menjelaskan, Beijing telah mengetahui tentang keputusan AS tersebut. "Saat ini, situasi di semenanjung Korea rumit dan sensitif. Kami masih berharap semua pihak terkait dapat berbuat lebih banyak untuk meringankan situasi dan lebih kondusif bagi semua pihak kembali ke jalur negosiasi, dialog, dan konsultasi untuk menyelesaikan isu nuklir semenanjung," kata Lu di Beijing, dikutip kantor berita Reuters.
Menurut China, langkah AS akan semakin memperumit situasi di semenanjung Korea. "Prospek semenanjung Korea bebas nuklir telah menjauh oleh satu aksi, disusul aksi lain yang tidak bertanggung jawab atau retorika menggelegar," ungkap Lu.
Peningkatan ketegangan di Korea pada tahun ini tak dapat dilepaskan dari sejumlah perang kata-kata antara AS dan Korut. Langkah Trump memasukkan kembali Korut dalam daftar negara sponsor terorisme sepekan setelah dia kembali dari lawatan ke Asia selama 12 hari.
Lawatan itu memiliki agenda utama menghentikan ambisi nuklir Korut. "Sebagai tambahan mengancam dunia dengan kehancuran nuklir, Korut berulang kali mendukung aksi terorisme inter nasional, termasuk berbagai pembunuhan di tanah asing," kata Trump di Gedung Putih.
"Ini akan ditindaklanjuti dengan sanksi dan penalti pada Korut dan orang-orang terkait serta mendukung kampanye tekanan maksimal untuk mengisolasi rezim kejam," ungkap Trump.
Jepang dan Korsel sebagai aliansi AS mendukung langkah Trump. "Saya menyambut dan mendukung langkah itu untuk meningkatkan tekanan pada Korut," kata Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe. "Korsel berharap langkah Trump akan mendukung denuklirisasi damai," papar pernyataan Kementerian Luar Negeri Korsel.
PM Australia Malcolm Trunbull juga mendukung keputusan Trump. "Kim Jong-un menjalankan operasi kriminal global dari perdagangan senjata Korut, perdagangan narkoba, terlibat kejahatan cyber, dan mengancam stabilitas wilayah dengan senjata nuklirnya," kata Turnbull di Sydney.
(amm)