Dikunjungi Li Keqiang, Duterte Puji Bantuan China di Marawi

Kamis, 16 November 2017 - 17:51 WIB
Dikunjungi Li Keqiang, Duterte Puji Bantuan China di Marawi
Dikunjungi Li Keqiang, Duterte Puji Bantuan China di Marawi
A A A
MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte melontarkan pujian atas peran penting China dalam mengakhiri perang melawan militan di Marawi. Pujian itu diungkapkan saat kunjungan Perdana Menteri China Li Keqiang di Manila.

Duterte menyebut, China menyuplai senjata yang menewaskan Isnilon Hapilon, tokoh penting kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Duterte akan menghadiahkan senjata itu kepada China sebagai tanda apresiasi atas bantuan Beijing di Marawi. "Saya mengembalikan kepada Anda senjata itu sehingga rakyat China tahu, ini penting, ini simbol bantuan penting," ungkap Duterte kepada Li, PM China pertama yang mengunjungi Filipina dalam satu dekade.

Ada berbagai keraguan apakah senjata China itu benar-benar yang menewaskan Hapilon. Muncul pula ketidakpastian apakah militer telah menggunakan 6.100 senjata yang disumbangkan China sejak Juni tersebut. Kementerian Pertahanan Filipina menyatakan, semua senjata itu telah diberikan kepada kepolisian.

Hapilon tewas oleh anggota 8th Scout Ranger Company. Dalam halaman Facebook "Scout Ranger Books", seorang anggota pasukan itu menjelaskan tentang operasi pembunuhan Hapilon. Menurut dia, peluru yang menewaskan Hapilon berasal dari senjata yang dipasang di kendaraan lapis baja.

Anggota unit pasukan itu juga menyatakan kepada media bahwa tembakan itu berasal dari senjata yang dikendalikan dari jarak jauh dan terpasang tetap di atas kendaraan tersebut. Senjata semacam itu biasanya berjenis senapan mesin kaliber 50. "Senjata yang Anda berikan kepada kami, membantu mempercepat perjuangan militer di sana," kata Duterte, dikutip kantor berita Reuters.

Pada Jumat (10/11), dia mengatakan hal yang sama kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Duterte mengatakan kepada Putin bahwa Rusia telah membantu Filipina mempercepat perang dengan menyuplai senjata yang digunakan tentara Filipina untuk membunuh para militan di Marawi. Persenjataan Rusia itu dikirim dua hari setelah operasi militer dinyatakan selesai.

Konflik Marawi merupakan yang terbesar dan terlama di Filipina sejak Perang Dunia II. Lebih dari 1.000 orang tewas dan 353.000 orang mengungsi. Duterte menjelaskan kepada Li bahwa bantuan China datang pada momen penting, saat militer Filipina sangat membutuhkan dan tak ada orang lain yang membantu saat itu.

Pernyataan Duterte itu jelas tidak sesuai fakta karena Amerika Serikat (AS) dan Australia telah membantu dukungan teknis kepada tentara Filipina sejak awal konflik Marawi. Kedua negara juga mengerahkan pesawat pengintai untuk mengetahui lokasi penting para militan.

Li menjelaskan, China akan menyediakan USD22,7 juta untuk membantu proses rekonstruksi di Marawi. Li memuji Duterte yang tahun lalu mengesampingkan konflik dengan China dan mengunjungi Beijing. Kunjungan Duterte itu telah membuka babak baru dalam hubungan antara kedua negara.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1521 seconds (0.1#10.140)
pixels