Bom Mobil Kembar Guncang Ibu Kota Somalia, 17 Tewas
A
A
A
MOGADISHU - Dua bom mobil membunuh setidaknya 17 orang di ibukota Somalia, Mogadishu, Sabtu (28/10/2017). Kelompok Islam, al-Shabaab, mengaku bertanggung jawab.
Polisi mengatakan sebuah bom mobil bunuh diri menabrak sebuah hotel, Nasahablod Two, sekitar 600 meter dari istana kepresidenan, dan kemudian militan bersenjata menyerbu gedung tersebut.
Beberapa menit kemudian sebuah bom mobil meledak di dekat bekas gedung parlemen di dekatnya.
Ali Nur, seorang petugas polisi, mengatakan bahwa 17 orang, kebanyakan polisi, tewas dalam ledakan tersebut.
"Pasukan keamanan telah memasuki sebagian kecil bangunan hotel, baku tembak terjadi yang kejam," katanya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/10/2017).
Personil polisi yang tewas telah ditempatkan dekat gerbang hotel. Korban tewas juga termasuk mantan anggota parlemen, katanya.
Pertempuran terus berkecamuk di dalam hotel dan polisi mengatakan korban tewas kemungkinan akan meningkat.
Abdikadir Abdirahman, direktur Amin ambulans, mengatakan bahwa layanan darurat telah membawa 17 orang terluka akibat ledakan di hotel tersebut.
Asap besar terlihat membumbung dari tempat kejadian dan seorang saksi melihat lebih dari selusin mobil dan noda darah yang rusak di depan hotel. Tembakan sporadis bisa terdengar di sekitarnya.
Kelompok Islam al-Shabaab, yang bertanggung jawab atas sejumlah serangan tersebut dalam perang saudara yang panjang, mengatakan bahwa mereka melakukan pemboman tersebut.
"Kami menargetkan menteri dan petugas keamanan yang berada di dalam hotel. Kami bertempur di dalam," ujar Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer kelompok tersebut, mengatakan kepada Reuters.
Dia mengatakan bahwa hotel tersebut milik menteri keamanan internal Somalia, Mohamed Abukar Islow.
Al-Shabaab berjuang untuk menggulingkan pemerintah Somalia yang didukung dunia internasional dan menerapkan interpretasi ketat terhadap hukum syariah Islam.
Bom di Mogadishu dua pekan lalu menewaskan setidaknya 358 orang, serangan terburuk dalam sejarah negara tersebut, memicu kemarahan nasional. Al-Shabaab dicurigai secara luas, namun belum mengaku bertanggung jawab.
Polisi mengatakan sebuah bom mobil bunuh diri menabrak sebuah hotel, Nasahablod Two, sekitar 600 meter dari istana kepresidenan, dan kemudian militan bersenjata menyerbu gedung tersebut.
Beberapa menit kemudian sebuah bom mobil meledak di dekat bekas gedung parlemen di dekatnya.
Ali Nur, seorang petugas polisi, mengatakan bahwa 17 orang, kebanyakan polisi, tewas dalam ledakan tersebut.
"Pasukan keamanan telah memasuki sebagian kecil bangunan hotel, baku tembak terjadi yang kejam," katanya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/10/2017).
Personil polisi yang tewas telah ditempatkan dekat gerbang hotel. Korban tewas juga termasuk mantan anggota parlemen, katanya.
Pertempuran terus berkecamuk di dalam hotel dan polisi mengatakan korban tewas kemungkinan akan meningkat.
Abdikadir Abdirahman, direktur Amin ambulans, mengatakan bahwa layanan darurat telah membawa 17 orang terluka akibat ledakan di hotel tersebut.
Asap besar terlihat membumbung dari tempat kejadian dan seorang saksi melihat lebih dari selusin mobil dan noda darah yang rusak di depan hotel. Tembakan sporadis bisa terdengar di sekitarnya.
Kelompok Islam al-Shabaab, yang bertanggung jawab atas sejumlah serangan tersebut dalam perang saudara yang panjang, mengatakan bahwa mereka melakukan pemboman tersebut.
"Kami menargetkan menteri dan petugas keamanan yang berada di dalam hotel. Kami bertempur di dalam," ujar Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer kelompok tersebut, mengatakan kepada Reuters.
Dia mengatakan bahwa hotel tersebut milik menteri keamanan internal Somalia, Mohamed Abukar Islow.
Al-Shabaab berjuang untuk menggulingkan pemerintah Somalia yang didukung dunia internasional dan menerapkan interpretasi ketat terhadap hukum syariah Islam.
Bom di Mogadishu dua pekan lalu menewaskan setidaknya 358 orang, serangan terburuk dalam sejarah negara tersebut, memicu kemarahan nasional. Al-Shabaab dicurigai secara luas, namun belum mengaku bertanggung jawab.
(ian)