Menhan AS ke Seoul, Korut Akan Bebaskan 10 Awak dan Kapal Korsel
A
A
A
SEOUL - Pemerintah Korea Utara (Korut) mengumumkan bahwa mereka akan membebaskan sebuah kapal asal Korea Selatan (Korsel) beserta sepuluh awaknya pada hari Jumat (27/10/2017). Pengumuman ini muncul saat Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) James Mattis terbang ke Seoul untuk melakukan pembicaraan pertahanan.
Kapal Korsel yang ditangkap aparat Pyongyang 21 Oktober lalu merupakan kepal nelayan yang memasuki perairan Korut secara ilegal. Kapal dengan tujuh awak asal Korea Selatan dan tiga awak asal Vietnam memancing ikan secara ilegal.
“Korea Utara memutuskan untuk membebaskan kapal tersebut setelah mengingat fakta bahwa semua awak kapal dengan jujur mengakui pelanggaran mereka, berulang kali meminta maaf dan meminta keringanan,” bunyi pernyataan pemerintah Korut yang dipublikasikan kantor berita negara, KCNA.
Kapal dan semua awaknya akan dibebaskan di area perairan di perbatasan militer kedua Korea. Kedua negara secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-1953 berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan sebuah perjanjian damai.
Kapal nelayan Korea Utara juga pernah ditemukan hanyut ke perairan Korea Selatan saat kehabisan bahan bakar atau pun rusak.Sebagian besar awak kapal Korut dilepaskan setelah diinterogasi oleh pejabat intelijen jika mereka ingin kembali ke negaranya.
Seorang pejabat Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan bahwa kapal nelayan yang ditangkap aparat Pyongyang dinyatakan hilang pada awal minggu ini. Kesepuluh awak kapal akan diperiksa pejabat Seouk saat mereka kembali.
Terakhir kali Korea Utara membebaskan sebuah kapal Korea Selatan pada bulan September 2010 atau sekitar sebulan setelah kapal penangkap ikan secara tidak sengaja masuk ke perairan Korut.
Sementara itu, menjelang kunjungan Presiden Trump ke Asia mulai minggu depan, Menhan Mattis telah menekankan upaya diplomatik untuk menemukan solusi damai untuk krisis di semenanjung Korea.
”Saya menyampaikan pesan bahwa semakin banyak yang kita lakukan bersama hari ini semakin besar kesempatan untuk bertahan dalam perdamaian di masa depan,” kata Mattis.
”Ini benar-benar apa adanya, untuk mempertahankan upaya (terhadap) Korea Utara dengan tegas di jalur diplomatik guna mendapatkan resolusi,” lanjut Mattis, seperti dikutip Reuters.
Kapal Korsel yang ditangkap aparat Pyongyang 21 Oktober lalu merupakan kepal nelayan yang memasuki perairan Korut secara ilegal. Kapal dengan tujuh awak asal Korea Selatan dan tiga awak asal Vietnam memancing ikan secara ilegal.
“Korea Utara memutuskan untuk membebaskan kapal tersebut setelah mengingat fakta bahwa semua awak kapal dengan jujur mengakui pelanggaran mereka, berulang kali meminta maaf dan meminta keringanan,” bunyi pernyataan pemerintah Korut yang dipublikasikan kantor berita negara, KCNA.
Kapal dan semua awaknya akan dibebaskan di area perairan di perbatasan militer kedua Korea. Kedua negara secara teknis masih berperang setelah konflik 1950-1953 berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan sebuah perjanjian damai.
Kapal nelayan Korea Utara juga pernah ditemukan hanyut ke perairan Korea Selatan saat kehabisan bahan bakar atau pun rusak.Sebagian besar awak kapal Korut dilepaskan setelah diinterogasi oleh pejabat intelijen jika mereka ingin kembali ke negaranya.
Seorang pejabat Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengatakan bahwa kapal nelayan yang ditangkap aparat Pyongyang dinyatakan hilang pada awal minggu ini. Kesepuluh awak kapal akan diperiksa pejabat Seouk saat mereka kembali.
Terakhir kali Korea Utara membebaskan sebuah kapal Korea Selatan pada bulan September 2010 atau sekitar sebulan setelah kapal penangkap ikan secara tidak sengaja masuk ke perairan Korut.
Sementara itu, menjelang kunjungan Presiden Trump ke Asia mulai minggu depan, Menhan Mattis telah menekankan upaya diplomatik untuk menemukan solusi damai untuk krisis di semenanjung Korea.
”Saya menyampaikan pesan bahwa semakin banyak yang kita lakukan bersama hari ini semakin besar kesempatan untuk bertahan dalam perdamaian di masa depan,” kata Mattis.
”Ini benar-benar apa adanya, untuk mempertahankan upaya (terhadap) Korea Utara dengan tegas di jalur diplomatik guna mendapatkan resolusi,” lanjut Mattis, seperti dikutip Reuters.
(mas)