Redakan Ketegangan, Eks Presiden AS Siap Menyambangi Korut
Redakan Ketegangan, Eks Presiden AS Siap Menyambangi Korut
A
A
A
NEW YORK - Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Jimmy Carter, siap membantu pemerintahan Presiden Donald Trump untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Carter yang telah berusia 93 tahun siap melakukan perjalanan ke Korea Utara (Korut).
"Ya, Saya akan pergi," ujar Carter kepada New York Times saat dia ditanyai dalam sebuah wawancara di rumahnya di Plains, Georgia.
Carter, seorang Demokrat yang menjadi presiden 1977-1981, mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan Penasihat Keamanan Nasional Trump, H.R. McMaster, yang meruapakan temannya. Namun sejauh ini mendapat respon negatif.
"Saya mengatakan kepadanya bahwa saya siap jika mereka membutuhkan saya," kata Carter seperti dikutip Reuters dari New York Times, Minggu (22/10/2017).
Dikatakan bahwa beberapa orang di Washington dibuat gugup oleh Trump dan pemimpin Korut Kim Jong Un, Carter mengatakan: "Saya juga takut, terkait situasi itu."
"Mereka ingin menyelamatkan rezim mereka. Dan kami sangat melebih-lebihkan pengaruh China terhadap Korea Utara. Terutama untuk Jong-un," yang menurut Carter sepanjang pengetahuannya tidak pernah ke China.
"Dan mereka tidak memiliki hubungan. Kim Jong-il memang pernah pergi ke China dan sangat dekat dengan mereka," terangnya.
Menggambarkan pemimpin Korut sebagai sosok yang tidak dapat diprediksi, Carter khawatir jika Jong-un berpikir Trump akan bertindak melawannya, dia bisa melakukan sesuatu yang preemptive.
"Saya pikir dia sekarang memiliki senjata nuklir canggih yang bisa menghancurkan Semenanjung Korea dan Jepang, dan beberapa wilayah terpencil kami di Pasifik, bahkan mungkin daratan kami," kata Carter.
Pada pertengahan 1990-an, Carter melakukan perjalanan ke Pyongyang atas permintaan Presiden Bill Clinton dan membuat kesepakatan dengan Kim Il-sung, kakek dari pemimpin saat ini.
"Ya, Saya akan pergi," ujar Carter kepada New York Times saat dia ditanyai dalam sebuah wawancara di rumahnya di Plains, Georgia.
Carter, seorang Demokrat yang menjadi presiden 1977-1981, mengatakan bahwa dia telah berbicara dengan Penasihat Keamanan Nasional Trump, H.R. McMaster, yang meruapakan temannya. Namun sejauh ini mendapat respon negatif.
"Saya mengatakan kepadanya bahwa saya siap jika mereka membutuhkan saya," kata Carter seperti dikutip Reuters dari New York Times, Minggu (22/10/2017).
Dikatakan bahwa beberapa orang di Washington dibuat gugup oleh Trump dan pemimpin Korut Kim Jong Un, Carter mengatakan: "Saya juga takut, terkait situasi itu."
"Mereka ingin menyelamatkan rezim mereka. Dan kami sangat melebih-lebihkan pengaruh China terhadap Korea Utara. Terutama untuk Jong-un," yang menurut Carter sepanjang pengetahuannya tidak pernah ke China.
"Dan mereka tidak memiliki hubungan. Kim Jong-il memang pernah pergi ke China dan sangat dekat dengan mereka," terangnya.
Menggambarkan pemimpin Korut sebagai sosok yang tidak dapat diprediksi, Carter khawatir jika Jong-un berpikir Trump akan bertindak melawannya, dia bisa melakukan sesuatu yang preemptive.
"Saya pikir dia sekarang memiliki senjata nuklir canggih yang bisa menghancurkan Semenanjung Korea dan Jepang, dan beberapa wilayah terpencil kami di Pasifik, bahkan mungkin daratan kami," kata Carter.
Pada pertengahan 1990-an, Carter melakukan perjalanan ke Pyongyang atas permintaan Presiden Bill Clinton dan membuat kesepakatan dengan Kim Il-sung, kakek dari pemimpin saat ini.
(ian)
Explore More