Trump: Pemutusan Kesepakatan Nuklir Iran Sangat Mungkin
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan bahwa penghentian total kesepakatan nuklir Iran adalah kemungkinan yang sangat nyata. Sementara itu, Teheran mengatakan telah merinci sebuah rencana tindakan jika Washington mundur dari kesepakatan tersebut.
"Kami akan melihat fase kedua. Ini mungkin penghentian total. Itu kemungkinan yang sangat nyata," kata Trump dalam sebuah rapat kabinet sambil membicarakan kesepakatan nuklir Iran seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (17/10/2017).
"Saya bosan dimanfaatkan sebagai sebuah negara. Kita akan lihat apa yang terjadi," kata Trump, menyebut pemimpin Iran negosiator besar yang banyak menegosiasikan kesepakatan mereka sendiri, tapi merupakan kesepakatan mengerikan bagi AS.
Pada hari Jumat, Presiden Trump memilih untuk tidak mengesahkan kesepakatan nuklir 2015, yang tidak secara formal mengakhiri kesepakatan yang diteken oleh pemerintahan Barack Obama sebelumnya dan kekuatan dunia termasuk langkah-langkah Rusia, Prancis, Jerman, Inggris, dan China.
Hal ini mengundang protes dari para penandatangan lainnya. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan bahwa dia berharap Kongres AS tidak menempatkan kesepakatan ini dalam bahaya. Ia berbicara atas nama IAEA (Badan Energi Atom Internasional), kanselir Jerman, perdana menteri Inggris, dan presiden Prancis .
Meskipun sertifikasi kesepakatan adalah prosedur terpisah berdasarkan undang-undang AS, namun mewajibkan presiden untuk melaporkan setiap 90 hari mengenai apakah Iran mematuhi dan kesepakatan tersebut tetap berlaku untuk kepentingan AS. Namun, pengumuman Trump telah membuat Kongres mempunyai waktu 60 hari guna memutuskan apakah akan menjatuhkan sanksi lagi, yang sebelumnya diangkat sebagai imbalan untuk menghentikan kegiatan nuklir Teheran.
Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif memperingatkan bahwa penolakan Trump terhadap kesepakatan tersebut hanya akan membahayakan kredibilitas Washington. Ia menambahkan bahwa Teheran tidak akan meninggalkan kesepakatan tersebut, dan juga pihak-pihak lainnya.
Peringatan lain datang dari Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, yang mengatakan bahwa Teheran memiliki "sebuah rencana."
"Kami akan mengambil langkah agar Amerika akan menyesalinya," katanya.
"Kami akan melihat fase kedua. Ini mungkin penghentian total. Itu kemungkinan yang sangat nyata," kata Trump dalam sebuah rapat kabinet sambil membicarakan kesepakatan nuklir Iran seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (17/10/2017).
"Saya bosan dimanfaatkan sebagai sebuah negara. Kita akan lihat apa yang terjadi," kata Trump, menyebut pemimpin Iran negosiator besar yang banyak menegosiasikan kesepakatan mereka sendiri, tapi merupakan kesepakatan mengerikan bagi AS.
Pada hari Jumat, Presiden Trump memilih untuk tidak mengesahkan kesepakatan nuklir 2015, yang tidak secara formal mengakhiri kesepakatan yang diteken oleh pemerintahan Barack Obama sebelumnya dan kekuatan dunia termasuk langkah-langkah Rusia, Prancis, Jerman, Inggris, dan China.
Hal ini mengundang protes dari para penandatangan lainnya. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan bahwa dia berharap Kongres AS tidak menempatkan kesepakatan ini dalam bahaya. Ia berbicara atas nama IAEA (Badan Energi Atom Internasional), kanselir Jerman, perdana menteri Inggris, dan presiden Prancis .
Meskipun sertifikasi kesepakatan adalah prosedur terpisah berdasarkan undang-undang AS, namun mewajibkan presiden untuk melaporkan setiap 90 hari mengenai apakah Iran mematuhi dan kesepakatan tersebut tetap berlaku untuk kepentingan AS. Namun, pengumuman Trump telah membuat Kongres mempunyai waktu 60 hari guna memutuskan apakah akan menjatuhkan sanksi lagi, yang sebelumnya diangkat sebagai imbalan untuk menghentikan kegiatan nuklir Teheran.
Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif memperingatkan bahwa penolakan Trump terhadap kesepakatan tersebut hanya akan membahayakan kredibilitas Washington. Ia menambahkan bahwa Teheran tidak akan meninggalkan kesepakatan tersebut, dan juga pihak-pihak lainnya.
Peringatan lain datang dari Ketua Parlemen Iran, Ali Larijani, yang mengatakan bahwa Teheran memiliki "sebuah rencana."
"Kami akan mengambil langkah agar Amerika akan menyesalinya," katanya.
(ian)