Menlu Tillerson Puji Sosok Pencegah Perang Nuklir AS dan Soviet
A
A
A
NEW YORK - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson memuji sosok perwira Uni Soviet, Stanislav Petrov, yang mencegah perang nuklir kedua negara pada tahun 1980-an. Dia sepakat dengan julukan Petrov sebagai penyelamat dunia.
Petrov telah meninggal Mei lalu di usia 77 tahun. “Baru minggu ini, dunia mengetahui adanya sedikit tokoh yang dikenal namun penting dalam sejarah Perang Dingin. Namanya Stanislav Petrov dan kadang-kadang disebut sebagai orang yang menyelamatkan dunia,” puji Menlu Tillerson dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk Non-Proliferasi Nuklir.
Tillerson kemudian menceritakan kisah perwira Soviet tersebut. Pada tanggal 26 September 1983, Petrov bertugas untuk sistem radar peringatan dini di sebuah bunker dekat Moskow. Pada satu kesempatan di tengah malam, dia melihat layar radar menunjukkan satu rudal dari AS menuju ke Uni Soviet.
Baca Juga: Stanislav Petrov, Sosok Pencegah Perang Nuklir AS-Soviet
”Saat pertama kali melihat pesan waspada, saya bangkit dari kursi saya. Semua bawahan saya bingung, jadi saya mulai meneriakkkan perintah agar tidak panik. Saya tahu keputusan saya akan memiliki banyak konsekuensi,” kata Petrov mengingat peristiwa menegangkan itu dalam wawancaranya tahun 2010 yang dirilis ulang Russia Today.
”Sirene meledak untuk kedua kalinya. Huruf merah darah raksasa muncul di layar utama kami, dengan mengatakan START. Dikatakan bahwa empat lagi rudal telah diluncurkan,” lanjut Petrov.
Dari saat hulu ledak telah lepas landas, hanya ada waktu setengah jam bagi Kremlin untuk memutuskan apakah akan menekan tombol merah sebagai pembalasan dan hanya ada waktu 15 menit bagi Petrov untuk menentukan apakah ancaman itu nyata dan melapor kepada komandannya.
”Kursi nyaman saya terasa seperti wajan panas dan kaki saya lemas. Saya merasa tidak bisa berdiri. Begitulah rasa gugup saat saya mengambil keputusan ini,” ujarnya. Semua ancaman itu rudal AS kala itu bisa diatasi, tapi dia merahasiakannya.
Petrov telah didoktrin bahwa jika terjadi serangan nyata dari AS, maka negaranya akan melakukan serangan habis-habisan. Tapi, kala itu dia mengatakan pada atasannya bahwa alarm tersebut pasti disebabkan oleh kerusakan sistem. ”Saya akui itu, saya takut. Saya tahu tingkat tanggung jawab di ujung jari saya,” katanya.
Dia kala itu berkelit bahwa peluncuran rudal dari AS adalah sinar matahari yang dipantulkan dari awan. Tindakan Petrov tidak mendapat pujian. Dia dimarahi karena tidak menjalankan pelayanan. Atasannya juga disalahkan atas masalah sistem. ”Atasan saya mendapatkan kesalahan dan mereka tidak ingin mengakui bahwa ada orang yang berbuat baik, tapi malah memilih untuk menyebarkannya,” ujarnya.
Selama lebih dari 10 tahun, kejadian itu dirahasiakan. Bahkan istri Petrov, Raisa, yang meninggal pada 1997, tidak tahu apa-apa tentang peran yang dimainkan suaminya dalam mencegah perang nuklir AS dan Uni Soviet.
Petrov telah meninggal Mei lalu di usia 77 tahun. “Baru minggu ini, dunia mengetahui adanya sedikit tokoh yang dikenal namun penting dalam sejarah Perang Dingin. Namanya Stanislav Petrov dan kadang-kadang disebut sebagai orang yang menyelamatkan dunia,” puji Menlu Tillerson dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk Non-Proliferasi Nuklir.
Tillerson kemudian menceritakan kisah perwira Soviet tersebut. Pada tanggal 26 September 1983, Petrov bertugas untuk sistem radar peringatan dini di sebuah bunker dekat Moskow. Pada satu kesempatan di tengah malam, dia melihat layar radar menunjukkan satu rudal dari AS menuju ke Uni Soviet.
Baca Juga: Stanislav Petrov, Sosok Pencegah Perang Nuklir AS-Soviet
”Saat pertama kali melihat pesan waspada, saya bangkit dari kursi saya. Semua bawahan saya bingung, jadi saya mulai meneriakkkan perintah agar tidak panik. Saya tahu keputusan saya akan memiliki banyak konsekuensi,” kata Petrov mengingat peristiwa menegangkan itu dalam wawancaranya tahun 2010 yang dirilis ulang Russia Today.
”Sirene meledak untuk kedua kalinya. Huruf merah darah raksasa muncul di layar utama kami, dengan mengatakan START. Dikatakan bahwa empat lagi rudal telah diluncurkan,” lanjut Petrov.
Dari saat hulu ledak telah lepas landas, hanya ada waktu setengah jam bagi Kremlin untuk memutuskan apakah akan menekan tombol merah sebagai pembalasan dan hanya ada waktu 15 menit bagi Petrov untuk menentukan apakah ancaman itu nyata dan melapor kepada komandannya.
”Kursi nyaman saya terasa seperti wajan panas dan kaki saya lemas. Saya merasa tidak bisa berdiri. Begitulah rasa gugup saat saya mengambil keputusan ini,” ujarnya. Semua ancaman itu rudal AS kala itu bisa diatasi, tapi dia merahasiakannya.
Petrov telah didoktrin bahwa jika terjadi serangan nyata dari AS, maka negaranya akan melakukan serangan habis-habisan. Tapi, kala itu dia mengatakan pada atasannya bahwa alarm tersebut pasti disebabkan oleh kerusakan sistem. ”Saya akui itu, saya takut. Saya tahu tingkat tanggung jawab di ujung jari saya,” katanya.
Dia kala itu berkelit bahwa peluncuran rudal dari AS adalah sinar matahari yang dipantulkan dari awan. Tindakan Petrov tidak mendapat pujian. Dia dimarahi karena tidak menjalankan pelayanan. Atasannya juga disalahkan atas masalah sistem. ”Atasan saya mendapatkan kesalahan dan mereka tidak ingin mengakui bahwa ada orang yang berbuat baik, tapi malah memilih untuk menyebarkannya,” ujarnya.
Selama lebih dari 10 tahun, kejadian itu dirahasiakan. Bahkan istri Petrov, Raisa, yang meninggal pada 1997, tidak tahu apa-apa tentang peran yang dimainkan suaminya dalam mencegah perang nuklir AS dan Uni Soviet.
(mas)