Prancis: Aksi Terhadap Rohingya Adalah Genosida, PBB Harus Bertindak
A
A
A
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut tindakan terhadap etnis Rohingya di Myanmar sebagai genosida. Dia mendesak PBB untuk segera bertindak guna menyelesaikan kekerasan terhadap etnis minoritas di Myanmar itu.
Dalam sebuah wawancara dengan TMC di New York, Macron menyatakan, Prancis akan bekerjasama dengan seluruh negara anggota PBB untuk membantu menyelesaikan apa yang disebut dengan pembersihan etnis tersebut.
"Prancis akan bekerja sama dengan mitranya di Dewan Keamanan (DK PBB) untuk mengambil inisiatif agar PBB mengutuk pembersihan genosida dan etnis yang terus berlanjut," kata Macron dalam wawancara tersebut.
"Kita harus mengutuk pemurnian etnis yang sedang berlangsung dan bertindak," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (21/9).
Berdasarkan data PBB, sejak 25 Agustus, lebih dari 42i ribu orang Rohingya telah menyeberang dari Rakhine ke Bangladesh. Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi keamanan baru di mana pasukan keamanan dan gerombolan Buddha membunuh pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya.
Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali, yang juga menyebut pembunuhan aksi di Myanmar sebagai genosia, sekitar 3.000 orang Rohingya telah tewas dalam tindakan keras tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan TMC di New York, Macron menyatakan, Prancis akan bekerjasama dengan seluruh negara anggota PBB untuk membantu menyelesaikan apa yang disebut dengan pembersihan etnis tersebut.
"Prancis akan bekerja sama dengan mitranya di Dewan Keamanan (DK PBB) untuk mengambil inisiatif agar PBB mengutuk pembersihan genosida dan etnis yang terus berlanjut," kata Macron dalam wawancara tersebut.
"Kita harus mengutuk pemurnian etnis yang sedang berlangsung dan bertindak," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (21/9).
Berdasarkan data PBB, sejak 25 Agustus, lebih dari 42i ribu orang Rohingya telah menyeberang dari Rakhine ke Bangladesh. Para pengungsi tersebut melarikan diri dari operasi keamanan baru di mana pasukan keamanan dan gerombolan Buddha membunuh pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah dan membakar desa Rohingya.
Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh Abul Hasan Mahmood Ali, yang juga menyebut pembunuhan aksi di Myanmar sebagai genosia, sekitar 3.000 orang Rohingya telah tewas dalam tindakan keras tersebut.
(esn)