Rudal Korut Posisikan Jutaan Orang Jepang dalam 'Duck and Cover'
A
A
A
WASHINGTON - Peluncuran rudal balistik jarak menengah (IRBM) Korea Utara (Korut) yang melewati wilayah udara Jepang telah memposisikan jutaan warga Jepang dalam “duck and cover”. Komentar genting ini disampaikan Menteri Pertahanan atau Kepala Pentagon Amerika Serikat (AS) James Norman Mattis, Jumat (15/9/2017).
“Duck and cover” adalah metode perlindungan pribadi terhadap efek ledakan nuklir. Metode ini berguna untuk memberikan perlindungan kepada personel yang berada di luar radius bola api nuklir namun masih dalam jangkauan dari ledakan nuklir yang bisa menyebabkan cedera serius atau kematian.
Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut memang mengklaim sudah berhasil mengembangkan senjata nuklir jenis bom hidrogen. Namun, Pyongyang menegaskan senjata nuklirnya untuk pertahanan diri.
Baca Juga: Jumat Pagi, Korut Luncurkan Rudal di Atas Wilayah Jepang
Rudal Korea Utara yang melewati wilayah udara Hokkaido pagi ini terdeteksi jatuh di Samudra Pasifik. Pemerintah Jepang mengklaim tidak ada kerusakan baik kapal, pesawat maupun area di negara tersebut. Serpihan rudal Pyongyang juga tidak jatuh di wilayah Jepang.
Mattis tengah berkunjung ke Komando Strategis AS bersama sejumlah wartawan saat rezim Kim Jong-un meluncurkan senjatanya yang melewati wilayah udara Hokkaido.
”Kami baru saja selesai dengan telepon yang selalu kami buat untuk berkoordinasi di antara kami sendiri,” kata Mattis, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Dua Kali Rudal Korut Terobos Langit Hokkaido, tapi Tak Ditembak Jatuh
Militer AS mendeteksi peluncuran IRBM Korut dari Distrik Sunan, di Pyongyang. Menurut juru bicara Komando Pasifik AS, rudal tersebut tidak menimbulkan ancaman ke daratan AS atau wilayah Guam, wilayah AS di Pasifik AS.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan provokasi lanjutan ini hanya memperdalam isolasi diplomatik dan ekonomi terhadap Pyongyang. Sebelumnya, pada hari Senin, 15 anggota DK PBB dengan suara bulat menyetujui sanksi ke-9 terhadap Pyongyang, yang menargetkan ekspor tekstil dan impor minyaknya.
”China dan Rusia harus menunjukkan intoleransi mereka terhadap peluncuran rudal yang sembrono dengan melakukan tindakan langsungnya sendiri,” kata Tillerson dalam sebuah pernyataan. Moskow dan Beijing sendiri sudah berulang kali dan dengan tegas mencela tindakan Pyongyang.
“Duck and cover” adalah metode perlindungan pribadi terhadap efek ledakan nuklir. Metode ini berguna untuk memberikan perlindungan kepada personel yang berada di luar radius bola api nuklir namun masih dalam jangkauan dari ledakan nuklir yang bisa menyebabkan cedera serius atau kematian.
Rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Korut memang mengklaim sudah berhasil mengembangkan senjata nuklir jenis bom hidrogen. Namun, Pyongyang menegaskan senjata nuklirnya untuk pertahanan diri.
Baca Juga: Jumat Pagi, Korut Luncurkan Rudal di Atas Wilayah Jepang
Rudal Korea Utara yang melewati wilayah udara Hokkaido pagi ini terdeteksi jatuh di Samudra Pasifik. Pemerintah Jepang mengklaim tidak ada kerusakan baik kapal, pesawat maupun area di negara tersebut. Serpihan rudal Pyongyang juga tidak jatuh di wilayah Jepang.
Mattis tengah berkunjung ke Komando Strategis AS bersama sejumlah wartawan saat rezim Kim Jong-un meluncurkan senjatanya yang melewati wilayah udara Hokkaido.
”Kami baru saja selesai dengan telepon yang selalu kami buat untuk berkoordinasi di antara kami sendiri,” kata Mattis, seperti dikutip Reuters.
Baca Juga: Dua Kali Rudal Korut Terobos Langit Hokkaido, tapi Tak Ditembak Jatuh
Militer AS mendeteksi peluncuran IRBM Korut dari Distrik Sunan, di Pyongyang. Menurut juru bicara Komando Pasifik AS, rudal tersebut tidak menimbulkan ancaman ke daratan AS atau wilayah Guam, wilayah AS di Pasifik AS.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan provokasi lanjutan ini hanya memperdalam isolasi diplomatik dan ekonomi terhadap Pyongyang. Sebelumnya, pada hari Senin, 15 anggota DK PBB dengan suara bulat menyetujui sanksi ke-9 terhadap Pyongyang, yang menargetkan ekspor tekstil dan impor minyaknya.
”China dan Rusia harus menunjukkan intoleransi mereka terhadap peluncuran rudal yang sembrono dengan melakukan tindakan langsungnya sendiri,” kata Tillerson dalam sebuah pernyataan. Moskow dan Beijing sendiri sudah berulang kali dan dengan tegas mencela tindakan Pyongyang.
(mas)