Indonesia Bahas Komitmen Kerja Sama TIK dengan ITU
A
A
A
JENEWA - Indonesia menggarisbawahi peran penting ITU (the International Telecommunication Union) dalam penyediaan program-program kerja nyata sebagai organisasi internasional yang berperan sentral dalam pengembangan dan inovasi sektor telekomunikasi, teknologi dan telekomunikasi (TIK) bagi kepentingan ekonomi dan sosial komunitas global. Hal ini disampaikan oleh Wakil Tetap RI untuk PBB, WTO, dan Organisasi Internasional Lainnya di Jenewa, Duta Besar (Dubes) Hasan Kleib, dalam kesempatan pertemuan khusus dengan Sekretaris Jenderal ITU, Houlin Zhao di Markas Besar ITU di Jenewa.
“Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk menjadi kekuatan besar digitalisasi maupun pusat ekonomi digital," ujar Dubes Kleib dalam rilis yang diterima Sindonews, Rabu (13/9/2017).
"Sebagai negara berkembang dengan populasi penduduk keempat terbesar di dunia, nilai potensi ekonomi digital Indonesia pada 2020 akan mencapai 130 miliar dollar AS. Di balik potensi tersebut, Indonesia juga memiliki tantangan tersendiri dalam hal mengatasi kesenjangan digital, mengingat 237 juta populasi Indonesia tersebar di hampir 17.000 pulau”, tuturnya.
Sekjen ITU Houlin Zhao sepakat sepenuhnya atas potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi digital. Menurut Sekjen Zhao, Indonesia memiliki seluruh kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi global player utama industri TIK yang tercermin dari pesatnya pembangunan dan pengembangan infrastruktur TIK Indonesia.
Oleh karena itu, Zhao menyampaikan keinginannya untuk lebih lanjut mengeksplorasi dan memperkuat hubungan dan kerja sama antara ITU dengan Indonesia pada sektor TIK. Zhao juga memandang pentingnya rasio tenaga kerja profesional di bidang TIK sebagai enabler pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial.
Dubes Kleib secara khusus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas fasilitasi ITU yang memungkinkan Indonesia memperoleh perpanjangan masa penggunaan/filing orbit satelit Indonesia yaitu filing satelit PALAPA-C3-K pada slot orbit 118 BT, PALAPA-PAC-C pada slot orbit 146 E dan PALAPA PAC-KU 146.
Sekjen ITU menyatakan langkah tersebut tidak lebih dari upaya menjembatani kesenjangan pengisian orbit satelit bagi kepentingan pembangunan negara-negara berkembang yang selama ini cenderung didominasi atau direservasi oleh kekuatan-kekuatan tertentu meskipun secara aktual mereka sendiri belum terlihat menempatkan device satelitnya pada titik orbitnya tersebut.
Kleib juga menyampaikan apreasiasi atas kerja sama yang baik antara tim ITU dengan Pemri atas keberhasilan penyelenggaraan Regional Preparatory Meeting (RPM) untuk kawasan Asia Pasifik pada bulan Maret 2017 di Bali, sebagai rangkaian dari 5 pertemuan kawasan untuk persiapan pertemuan ITU World Telecommunication Development Conference (WTDC) 2017 di Buenos Aires pada bulan Oktober 2017.
Menutup pertemuan, Kleib menegaskan kembali peluang kerja sama yang dapat digalang dengan ITU sebagai badan TIK terkemuka dalam sistem PBB.
“ITU merupakan mitra penting Indonesia dalam peningkatan kapasitas sektor TIK Indonesia,” ujar Kleib.
Oleh karena itu, keinginan Sekjen ITU untuk dapat berkunjung ke Indonesia pada awal 2018 merupakan kesempatan baik untuk memobilisasi momentum pengembangan sektor TIK Indonesia ke tingkat yang lebih mapan. Apalagi kemajuan dan pembangunan TIK merupakan salah satu prioritas Pemerintah Indonesia dimana penguatan ketersediaan layanan pada sektor TIK yang dapat meliputi seluruh wilayah Indonesia dapat mewujudkan pemerataan pembangunan.
“Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk menjadi kekuatan besar digitalisasi maupun pusat ekonomi digital," ujar Dubes Kleib dalam rilis yang diterima Sindonews, Rabu (13/9/2017).
"Sebagai negara berkembang dengan populasi penduduk keempat terbesar di dunia, nilai potensi ekonomi digital Indonesia pada 2020 akan mencapai 130 miliar dollar AS. Di balik potensi tersebut, Indonesia juga memiliki tantangan tersendiri dalam hal mengatasi kesenjangan digital, mengingat 237 juta populasi Indonesia tersebar di hampir 17.000 pulau”, tuturnya.
Sekjen ITU Houlin Zhao sepakat sepenuhnya atas potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi digital. Menurut Sekjen Zhao, Indonesia memiliki seluruh kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi global player utama industri TIK yang tercermin dari pesatnya pembangunan dan pengembangan infrastruktur TIK Indonesia.
Oleh karena itu, Zhao menyampaikan keinginannya untuk lebih lanjut mengeksplorasi dan memperkuat hubungan dan kerja sama antara ITU dengan Indonesia pada sektor TIK. Zhao juga memandang pentingnya rasio tenaga kerja profesional di bidang TIK sebagai enabler pertumbuhan ekonomi dan transformasi sosial.
Dubes Kleib secara khusus menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas fasilitasi ITU yang memungkinkan Indonesia memperoleh perpanjangan masa penggunaan/filing orbit satelit Indonesia yaitu filing satelit PALAPA-C3-K pada slot orbit 118 BT, PALAPA-PAC-C pada slot orbit 146 E dan PALAPA PAC-KU 146.
Sekjen ITU menyatakan langkah tersebut tidak lebih dari upaya menjembatani kesenjangan pengisian orbit satelit bagi kepentingan pembangunan negara-negara berkembang yang selama ini cenderung didominasi atau direservasi oleh kekuatan-kekuatan tertentu meskipun secara aktual mereka sendiri belum terlihat menempatkan device satelitnya pada titik orbitnya tersebut.
Kleib juga menyampaikan apreasiasi atas kerja sama yang baik antara tim ITU dengan Pemri atas keberhasilan penyelenggaraan Regional Preparatory Meeting (RPM) untuk kawasan Asia Pasifik pada bulan Maret 2017 di Bali, sebagai rangkaian dari 5 pertemuan kawasan untuk persiapan pertemuan ITU World Telecommunication Development Conference (WTDC) 2017 di Buenos Aires pada bulan Oktober 2017.
Menutup pertemuan, Kleib menegaskan kembali peluang kerja sama yang dapat digalang dengan ITU sebagai badan TIK terkemuka dalam sistem PBB.
“ITU merupakan mitra penting Indonesia dalam peningkatan kapasitas sektor TIK Indonesia,” ujar Kleib.
Oleh karena itu, keinginan Sekjen ITU untuk dapat berkunjung ke Indonesia pada awal 2018 merupakan kesempatan baik untuk memobilisasi momentum pengembangan sektor TIK Indonesia ke tingkat yang lebih mapan. Apalagi kemajuan dan pembangunan TIK merupakan salah satu prioritas Pemerintah Indonesia dimana penguatan ketersediaan layanan pada sektor TIK yang dapat meliputi seluruh wilayah Indonesia dapat mewujudkan pemerataan pembangunan.
(ian)