Ancaman Perang Nuklir Tak Halangi Turis Kunjungi Korut

Sabtu, 09 September 2017 - 06:44 WIB
Ancaman Perang Nuklir...
Ancaman Perang Nuklir Tak Halangi Turis Kunjungi Korut
A A A
SEOUL - Retorika perang nuklir yang saling diumbar Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) telah mendominasi pemberitaan media-media internasional selama beberapa pekan terakhir. Namun, ancaman perang nuklir tidak menghalangi minat turis berbagai negara untuk mengunjungi Korut.

Negara dengan rahasia yang dijaga ketat itu tetap menjadi tempat yang membuat para turis dunia penasaran untuk dikunjungi.

Sejumlah negara telah meminta masyarakatnya untuk tidak melakukan perjalanan ke negara yang dipimpin Kim Jong-un itu. AS dan Inggris menjadi salah satu contohnya.

“Masih ada ancaman uji coba rudal atau nuklir lebih lanjut, yang dapat menyebabkan ketidakstabilan lebih lanjut di negara ini,” bunyi peringatan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri Inggris.

Biasanya, ketika peringatan semacam itu dikeluarkan, operator tur membatalkan perjalanan. Kasus ini pernah terjadi ketika ada serangan teroris di Tunisia pada tahun 2015.

Tapi, faktanya operator tur untuk wisatawan ke Korut tetap beroperasi. Koryo Tours, salah satu operator terbesar untuk kunjungan ke Korut, mengatakan bahwa mereka masih melanjutkan tur mereka di negara komunis tersebut.

“Perjalanan kami terus beroperasi, situasi di lapangan bagi wisatawan di Korut tetap sama seperti tahun-tahun yang lalu, dan kami akan tetap berhubungan dengan Kedutaan Inggris di sana dan lembaga lainnya juga,” kata manajer umum Koryo, Simon Cockerell, seperti dikutip dari IB Times, Sabtu (9/9/2017).

Koryo dan operator sejenis lainnya sering menggunakan layanan menginap di hotel yang sama di pusat Kota Pyongyang. Aktivitas tur itu tetap diawasi ketat oleh para pejabat Korut.

Sebagian besar harga tur berkisar sekitar 800- 2.200 poundsterling. Setiap turis akan dibawa ke lokasi-lokasi tertentu di Korut yang disetujui oleh pemerintah Kim Jong-un.

Setiap tahun, sekitar 5.000 orang yang mengunjungi DPRK atau Korut berasal dari Eropa, dengan seperlimanya berasal dari Inggris.

Namun angka tersebut telah menyusut dalam beberapa bulan terakhir menyusul kematian mahasiswa AS Otto Warmbier yang jatuh koma ketika menjalani hukuman kerja paksa di Pyongyang. Faktor lainnya karena seringya uji coba peluru kendali (rudal).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1478 seconds (0.1#10.140)