AS Berhenti Intai Konvoi ISIS atas Permintaan Rusia
A
A
A
BAGHDAD - Militer Amerika Serikat (AS) menghentikan operasi pesawat pengintai konvoi ISIS di perbatasan Suriah-Libanon. Pentagon mengklaim, berhentinya operasi itu atas permintaan Rusia.
Pesawat pengintai Pentagon telah memantau konvoi kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebanyak 11 bus yang dipenuhi ratusan militan dan anggota keluarganya.
Konvoi ISIS itu telah diberi jalan aman selama 10 hari yang lalu untuk melakukan perjalanan dari perbatasan Libanon-Suriah melintasi gurun Suriah ke perbatasan Irak. Pemberian jalur aman itu berdasarkan kesepakatan antara kelompok ISIS dengan pemerintah Libanon.
Dalam kesepakatan yang didukung Hizbullah, kelompok ISIS diberi jalur aman menuju Irak. Sebagai imbalannya, para tentara dan jasad tentara Libanon yang diculik ISIS dibebaskan. Kesepakatan itu telah membuat militer AS marah.
Sejak konvoi ISIS berangkat, pesawat tak berawak AS terus memantau pergerakannya. ”Kami dapat memanfaatkannya dan mengambil keuntungan,” kata juru bicara koalisi pimpinan AS, Kolonel Ryan Dillon, dalam sebuah konferensi pers dari Baghdad, seperti dilansir Fox News, Sabtu (9/9/2017).
Menurutnya, militer Rusia meminta pesawat tak berawak AS meninggalkan daerah tersebut melalui jalur “de-confliction” saat pasukan Suriah yang didukung Rusia berjuang untuk merebut kembali Kota Deir ez-Zor yang diduduki ISIS.
Seorang jenderal Angkatan Bersenjata AS, Jon Braga, mengatakan bahwa dia akan menahan rezim Assad di Suriah yang bertanggung jawab untuk menangani konvoi ISIS tersebut.
”Rezim yang berkuasa melewati konvoi tersebut menggarisbawahi tanggung jawab Suriah untuk bus dan teroris. Seperti biasa, kami akan melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa teroris ISIS tidak bergerak menuju perbatasan mitra kami, Irak,” ujarnya.
Seminggu yang lalu, komandan tertinggi AS di Irak, Letnan Jenderal Stephen Townsend, mengatakan bahwa dia tidak berniat membiarkan konvoi itu berhasil melintasi padang pasir.
”Ketika ISIS keluar untuk terhubung dengan mereka, kami mulai menyerang ISIS,” kata Townsend. ”Kami telah menyerang setiap militan dan/atau kendaraan ISIS yang telah mencoba mendekati konvoi tersebut, dan akan berlanjut untuk melakukannya.”
Townsend mengatakan bahwa koalisi AS tidak menargetkan warga sipil dalam konvoi tersebut, namun saat ini bahwa tidak ada pengawasan terhadap konvoi tersebut, tidak ada yang menghentikan konvoi untuk bergerak lagi.
Pemerintah maupun militer Rusia belum berkomentar atas klaim Pentagon tersebut.
Pesawat pengintai Pentagon telah memantau konvoi kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) sebanyak 11 bus yang dipenuhi ratusan militan dan anggota keluarganya.
Konvoi ISIS itu telah diberi jalan aman selama 10 hari yang lalu untuk melakukan perjalanan dari perbatasan Libanon-Suriah melintasi gurun Suriah ke perbatasan Irak. Pemberian jalur aman itu berdasarkan kesepakatan antara kelompok ISIS dengan pemerintah Libanon.
Dalam kesepakatan yang didukung Hizbullah, kelompok ISIS diberi jalur aman menuju Irak. Sebagai imbalannya, para tentara dan jasad tentara Libanon yang diculik ISIS dibebaskan. Kesepakatan itu telah membuat militer AS marah.
Sejak konvoi ISIS berangkat, pesawat tak berawak AS terus memantau pergerakannya. ”Kami dapat memanfaatkannya dan mengambil keuntungan,” kata juru bicara koalisi pimpinan AS, Kolonel Ryan Dillon, dalam sebuah konferensi pers dari Baghdad, seperti dilansir Fox News, Sabtu (9/9/2017).
Menurutnya, militer Rusia meminta pesawat tak berawak AS meninggalkan daerah tersebut melalui jalur “de-confliction” saat pasukan Suriah yang didukung Rusia berjuang untuk merebut kembali Kota Deir ez-Zor yang diduduki ISIS.
Seorang jenderal Angkatan Bersenjata AS, Jon Braga, mengatakan bahwa dia akan menahan rezim Assad di Suriah yang bertanggung jawab untuk menangani konvoi ISIS tersebut.
”Rezim yang berkuasa melewati konvoi tersebut menggarisbawahi tanggung jawab Suriah untuk bus dan teroris. Seperti biasa, kami akan melakukan yang terbaik untuk memastikan bahwa teroris ISIS tidak bergerak menuju perbatasan mitra kami, Irak,” ujarnya.
Seminggu yang lalu, komandan tertinggi AS di Irak, Letnan Jenderal Stephen Townsend, mengatakan bahwa dia tidak berniat membiarkan konvoi itu berhasil melintasi padang pasir.
”Ketika ISIS keluar untuk terhubung dengan mereka, kami mulai menyerang ISIS,” kata Townsend. ”Kami telah menyerang setiap militan dan/atau kendaraan ISIS yang telah mencoba mendekati konvoi tersebut, dan akan berlanjut untuk melakukannya.”
Townsend mengatakan bahwa koalisi AS tidak menargetkan warga sipil dalam konvoi tersebut, namun saat ini bahwa tidak ada pengawasan terhadap konvoi tersebut, tidak ada yang menghentikan konvoi untuk bergerak lagi.
Pemerintah maupun militer Rusia belum berkomentar atas klaim Pentagon tersebut.
(mas)