Korsel Kembangkan 'Frankenmissile', Rudal Balistik Berhulu Ledak 2 Ton
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) berjanji untuk mengembangkan "Frankenmissile", sebuah rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak yang cukup dahsyat. Nantinya rudal ini akan digunakan untuk menghancurkan pangkalan militer bawah tanah dan pusat komando perang Korea Utara (Korut).
Menurut sumber militer, Korsel mempertimbangkan sebuah rencana untuk membangun rudal balistik darat ke darat yang bisa menjangkau seluruh Korut dan memuat hingga 2 ton hulu ledak.
Tindakan tersebut terungkap sehari setelah Presiden Korsel (Korsel) Moon Jae-in dan mitranya dari Amerika Serikat (AS) Donald Trump setuju untuk membatalkan pembatasan muatan rudal Korsel. Sebelumnya, Korsel dilarang memasang hulu ledak yang beratnya mencapai lebih dari 500 kilogram ke rudal balistiknya dengan jarak tempuh 800 kilometer.
Baca Juga: Terancam Korut, AS dan Korsel Sepakat Revisi Perjanjian Rudal
"Sangat penting untuk menemukan langkah-langkah yang kuat dan praktis yang dapat membuat Korut menyadari dampak dari tindakannya," ujar Presiden Korsel Moon Jae-in dalam percakapan telepon dengan Presiden AS Donald Trump.
Langkah tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan pencegahan Korsel terhadap Korut, yang diyakini memiliki kemampuan untuk melengkapi rudal jarak pendek dan menengahnya dengan hulu ledak nuklir. Korut telah menunjukkan kemampuannya melalui serangkaian uji coba nuklir, termasuk satu pada hari Minggu.
Berdasarkan pedoman rudal bilateral yang direvisi pada tahun 2012, Korsel mampu mengerahkan rudal balistik dengan jangkauan hingga 800 kilometer, menempatkan seluruh wilayah Korut dalam jangkauannya. Namun keefektifannya telah dipertanyakan karena Seoul dilarang menggunakan hulu ledak dengan berat lebih dari 500 kilogram.
Jika Korsel diizinkan untuk mengembangkan rudal baru dengan muatan lebih dari 2 ton, sekarang akan memiliki alat sendiri untuk mengatasi fasilitas militer bawah tanah Korut selain yang digunakan oleh militer AS, seperti Bunker Buster Bomb, analis mencatat.
"Tindakan tersebut secara dramatis akan meningkatkan kemampuan balas dendam Korsel terhadap Korut," kata Kwon Yong-soo, seorang profesor di Universitas Pertahanan Nasional Korea.
"Dengan rudal balistik 1 ton, Korsel dapat menargetkan hampir semua fasilitas bawah tanah Korut," sambungnya seperti dikutip dari Korea Herald, Rabu (6/9/2017).
Dalam upaya untuk memperkuat tanggapan militernya terhadap program senjata Korut, Korsel bergegas untuk membentuk sebuah brigade khusus yang ditugaskan untuk menyingkirkan kepemimpinan Korut termasuk Kim Jong-un.
Unit yang akan diluncurkan pada 1 Desember ini diharapkan dapat bekerja sama dengan unit perang khusus AS, seperti SEAL Team Six, yang juga dikenal sebagai DEVGRU, yang bergerak dalam misi untuk membunuh Osama Bin Laden.
"Kami sedang dalam proses mengkonseptualisasikan rencana tersebut," kata Menteri Pertahanan Song Young-moo, menanggapi pertanyaan para anggota parlemen mengenai apakah militer dapat melakukan "serangan pemenggalan kepala" terhadap kepemimpinan Korut.
"Saya yakin kita bisa menciptakan unit pada 1 Desember dan membuatnya beroperasi," imbuhnya.
Serangan pemenggalan kepala merupakan bagian dari skema Hukuman dan Pembalasan Berat Korea, sebuah kampanye militer yang dirancang untuk mengambil kepemimpinan Pyongyang dengan rudal balistik dan jelajah dalam hal terjadi serangan nuklir yang akan segera terjadi.
Baca Juga: Korsel Latih Pasukan Khusus untuk Bunuh Kim Jong-un
Menurut sumber militer, Korsel mempertimbangkan sebuah rencana untuk membangun rudal balistik darat ke darat yang bisa menjangkau seluruh Korut dan memuat hingga 2 ton hulu ledak.
Tindakan tersebut terungkap sehari setelah Presiden Korsel (Korsel) Moon Jae-in dan mitranya dari Amerika Serikat (AS) Donald Trump setuju untuk membatalkan pembatasan muatan rudal Korsel. Sebelumnya, Korsel dilarang memasang hulu ledak yang beratnya mencapai lebih dari 500 kilogram ke rudal balistiknya dengan jarak tempuh 800 kilometer.
Baca Juga: Terancam Korut, AS dan Korsel Sepakat Revisi Perjanjian Rudal
"Sangat penting untuk menemukan langkah-langkah yang kuat dan praktis yang dapat membuat Korut menyadari dampak dari tindakannya," ujar Presiden Korsel Moon Jae-in dalam percakapan telepon dengan Presiden AS Donald Trump.
Langkah tersebut dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan pencegahan Korsel terhadap Korut, yang diyakini memiliki kemampuan untuk melengkapi rudal jarak pendek dan menengahnya dengan hulu ledak nuklir. Korut telah menunjukkan kemampuannya melalui serangkaian uji coba nuklir, termasuk satu pada hari Minggu.
Berdasarkan pedoman rudal bilateral yang direvisi pada tahun 2012, Korsel mampu mengerahkan rudal balistik dengan jangkauan hingga 800 kilometer, menempatkan seluruh wilayah Korut dalam jangkauannya. Namun keefektifannya telah dipertanyakan karena Seoul dilarang menggunakan hulu ledak dengan berat lebih dari 500 kilogram.
Jika Korsel diizinkan untuk mengembangkan rudal baru dengan muatan lebih dari 2 ton, sekarang akan memiliki alat sendiri untuk mengatasi fasilitas militer bawah tanah Korut selain yang digunakan oleh militer AS, seperti Bunker Buster Bomb, analis mencatat.
"Tindakan tersebut secara dramatis akan meningkatkan kemampuan balas dendam Korsel terhadap Korut," kata Kwon Yong-soo, seorang profesor di Universitas Pertahanan Nasional Korea.
"Dengan rudal balistik 1 ton, Korsel dapat menargetkan hampir semua fasilitas bawah tanah Korut," sambungnya seperti dikutip dari Korea Herald, Rabu (6/9/2017).
Dalam upaya untuk memperkuat tanggapan militernya terhadap program senjata Korut, Korsel bergegas untuk membentuk sebuah brigade khusus yang ditugaskan untuk menyingkirkan kepemimpinan Korut termasuk Kim Jong-un.
Unit yang akan diluncurkan pada 1 Desember ini diharapkan dapat bekerja sama dengan unit perang khusus AS, seperti SEAL Team Six, yang juga dikenal sebagai DEVGRU, yang bergerak dalam misi untuk membunuh Osama Bin Laden.
"Kami sedang dalam proses mengkonseptualisasikan rencana tersebut," kata Menteri Pertahanan Song Young-moo, menanggapi pertanyaan para anggota parlemen mengenai apakah militer dapat melakukan "serangan pemenggalan kepala" terhadap kepemimpinan Korut.
"Saya yakin kita bisa menciptakan unit pada 1 Desember dan membuatnya beroperasi," imbuhnya.
Serangan pemenggalan kepala merupakan bagian dari skema Hukuman dan Pembalasan Berat Korea, sebuah kampanye militer yang dirancang untuk mengambil kepemimpinan Pyongyang dengan rudal balistik dan jelajah dalam hal terjadi serangan nuklir yang akan segera terjadi.
Baca Juga: Korsel Latih Pasukan Khusus untuk Bunuh Kim Jong-un
(ian)