Tragedi Rohingya Memalukan, Malala: Dunia Menanti Suu Kyi Bertindak
A
A
A
LONDON - Malala Yousafzai, aktivis muda HAM, mengutuk kekerasan militer terhadap minoritas Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar sebagai tragedi yang memalukan. Menurut Malala, dunia kini menanti peraih Nobel Perdamain Aung San Suu Kyi bertindak.
Gadis Pakistan yang nyaris tewas setelah kepalanya ditembak milisi Taliban itu meminta Suu Kyi yang jadi pemimpin de facto Myanmar mengutuk kekerasan terhadap warga Rohingya. Komentar Malala disampaikan di Twitter setelah krisis kemanusiaan di Rakhine jadi sorotan dunia.
Malala mengatakan bahwa dia telah patah hati oleh laporan bahwa anak-anak muda dibunuh pasukan keamanan Myanmar. Dia pun mendesak pemerintah negara itu memberikan status kewarganegaraan kepada etnis Rohingya.
“Selama beberapa tahun terakhir, saya berulang kali mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini,” bunyi pernyataan Malala yang diunggah di akun Twitter-nya, @Malala, Senin (4/9/2017).
”Saya masih menunggu rekan peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama. Dunia sedang menunggu dan Muslim Rohingya sedang menunggu,” lanjut Malala.
Militer Myanmar menyatakan, hampir 400 orang tewas dalam kekerasan di Rakhine, dengan mayoritas korban kelompok militan Roihngya. Tapi, para aktivis Rakhine menyebut ada sekitar 1.000 orang Rohingya yang mayoritas warga sipil dibunuh tentara Myanmar.
“Hentikan kekerasan. Hari ini kita telah melihat foto anak-anak kecil yang dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar. Anak-anak ini tidak menyerang siapapun, namun rumah mereka dibakar sampai habis,” tulis Malala.
”Jika rumah mereka bukan Myanmar, di mana mereka tinggal selama beberapa generasi, lalu di mana? Orang Rohingya harus diberi kewarganegaraan di Myanmar, negara tempat mereka dilahirkan.”
Menteri Luar Negeri Inggris Borish Johnson, sebelumnya juga mengirim pesan kepada Aung San Suu Kyi yang dianggap sebagai ikon demokrasi Myanmar.
“Aung San Suu Kyi benar dianggap sebagai salah satu tokoh paling mengasyikkan di zaman kita, namun perlakuan Rohingya sangat menodai reputasi Burma,” ujar Johnson yang menggunakan nama lain dari Myanmar.
Gadis Pakistan yang nyaris tewas setelah kepalanya ditembak milisi Taliban itu meminta Suu Kyi yang jadi pemimpin de facto Myanmar mengutuk kekerasan terhadap warga Rohingya. Komentar Malala disampaikan di Twitter setelah krisis kemanusiaan di Rakhine jadi sorotan dunia.
Malala mengatakan bahwa dia telah patah hati oleh laporan bahwa anak-anak muda dibunuh pasukan keamanan Myanmar. Dia pun mendesak pemerintah negara itu memberikan status kewarganegaraan kepada etnis Rohingya.
“Selama beberapa tahun terakhir, saya berulang kali mengutuk perlakuan tragis dan memalukan ini,” bunyi pernyataan Malala yang diunggah di akun Twitter-nya, @Malala, Senin (4/9/2017).
”Saya masih menunggu rekan peraih Nobel Aung San Suu Kyi untuk melakukan hal yang sama. Dunia sedang menunggu dan Muslim Rohingya sedang menunggu,” lanjut Malala.
Militer Myanmar menyatakan, hampir 400 orang tewas dalam kekerasan di Rakhine, dengan mayoritas korban kelompok militan Roihngya. Tapi, para aktivis Rakhine menyebut ada sekitar 1.000 orang Rohingya yang mayoritas warga sipil dibunuh tentara Myanmar.
“Hentikan kekerasan. Hari ini kita telah melihat foto anak-anak kecil yang dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar. Anak-anak ini tidak menyerang siapapun, namun rumah mereka dibakar sampai habis,” tulis Malala.
”Jika rumah mereka bukan Myanmar, di mana mereka tinggal selama beberapa generasi, lalu di mana? Orang Rohingya harus diberi kewarganegaraan di Myanmar, negara tempat mereka dilahirkan.”
Menteri Luar Negeri Inggris Borish Johnson, sebelumnya juga mengirim pesan kepada Aung San Suu Kyi yang dianggap sebagai ikon demokrasi Myanmar.
“Aung San Suu Kyi benar dianggap sebagai salah satu tokoh paling mengasyikkan di zaman kita, namun perlakuan Rohingya sangat menodai reputasi Burma,” ujar Johnson yang menggunakan nama lain dari Myanmar.
(mas)