Serbia Tertarik Membeli Sistem Rudal S-300 Rusia
A
A
A
MOSKOW - Pemerintah Serbia sedang mempertimbangkan pembelian beberapa sistem rudal surface air-to-air S-300 Rusia. Kedua negara mulai berdiskusi mengenai ketertarikan Serbia terhadap sistem rudal pertahanan canggih Moskow itu.
Dmitri Shugaev, Direktur Federal Service for Military-Technical Cooperation, badan yang mengatur kerja sama teknik militer Rusia dengan negara-negara asing, menegaskan bahwa Serbia telah menyatakan ketertarikannya terhadap sistem pertahanan udara tersebut.
”Mitra Serbia kami mengungkapkan ketertarikan untuk mengirimkan sistem pertahanan udara S-300," kata Shugaev kepada wartawan di sela-sela pameran militer ARMY-2017 di pinggiran Moskow.
Pengamat militer Igor Korotchenko mengatakan kepada Sputnik bahwa NATO kemungkinan akan melakukan segala upaya untuk mencegah pembelian sistem senjata mutakhir Moskow tersebut.
S-300, merupakan salah satu senjata paling maju di kelasnya. Sistem rudal ini dirancang untuk mencegah serangan taktis dan strategis musuh, termasuk serangan rudal balistik jarak pendek dan menengah, dan rudal jelajah.
Senjata itu diproduksi oleh kontraktor pertahanan Almaz-Antey dari Rusia. Banyak negara telah menggunakannya, seperti Aljazair, China, Mesir, Yunani, India, Iran, Suriah, Venezuela dan Vietnam.
Berbicara kepada Radio Sputnik, Korotchenko yang juga pemimpin redaksi National Defense—sebuah publikasi pertahanan Rusia yang populer—memahami ketertarikan Serbia terhadap sistem pertahanan udara Rusia.
”Bagi Serbia, yang menjadi korban pemboman NATO pada tahun 1999, masalah penguatan pertahanan udara adalah salah satu prioritas utama dalam memperkuat pertahanan udara,” kata analis militer tersebut. ”Oleh karena itu, Serbia memiliki ketertarikan yang besar terhadap sistem pertahanan udara jarak jauh Rusia,” ujarnya, yang dilansir Minggu (27/8/2017).
Menurut Korotchenko, perundingan mengenai pengiriman S-300 ke Serbia berjalan secara aktif. Perundingan itu juga mencakup pengiriman pesawat tempur MiG-29.
“Masalahnya, dengan segala penampilan, berkisar pada harga kontrak. Jika sebuah kontrak ditandatangani, ini pasti akan menjadi langkah geopolitik yang sangat kuat, dan indikator yang sangat bagus bahwa sistem S-300 dan S-400 Rusia tetap menjadi favorit di pasar senjata global,” katanya.
Dia menambahkan bahwa NATO niscaya akan berusaha menekan Serbia guna mengganggu kesepakatan kontrak jual beli sistem S-300. ”NATO akan menentang kesepakatan ini dengan segala cara, ini akan memberikan tekanan pada Beograd, termasuk pemerasan, dengan mempertimbangkan kepentingan Serbia untuk bergabung dengan Uni Eropa,” lanjut dia.
“Oleh karena itu, pertarungan akan serius. Tekanan besar akan dilakukan di Beograd untuk mencoba menggagalkan kontrak ini,” imbuh analis militer tersebut.
Dmitri Shugaev, Direktur Federal Service for Military-Technical Cooperation, badan yang mengatur kerja sama teknik militer Rusia dengan negara-negara asing, menegaskan bahwa Serbia telah menyatakan ketertarikannya terhadap sistem pertahanan udara tersebut.
”Mitra Serbia kami mengungkapkan ketertarikan untuk mengirimkan sistem pertahanan udara S-300," kata Shugaev kepada wartawan di sela-sela pameran militer ARMY-2017 di pinggiran Moskow.
Pengamat militer Igor Korotchenko mengatakan kepada Sputnik bahwa NATO kemungkinan akan melakukan segala upaya untuk mencegah pembelian sistem senjata mutakhir Moskow tersebut.
S-300, merupakan salah satu senjata paling maju di kelasnya. Sistem rudal ini dirancang untuk mencegah serangan taktis dan strategis musuh, termasuk serangan rudal balistik jarak pendek dan menengah, dan rudal jelajah.
Senjata itu diproduksi oleh kontraktor pertahanan Almaz-Antey dari Rusia. Banyak negara telah menggunakannya, seperti Aljazair, China, Mesir, Yunani, India, Iran, Suriah, Venezuela dan Vietnam.
Berbicara kepada Radio Sputnik, Korotchenko yang juga pemimpin redaksi National Defense—sebuah publikasi pertahanan Rusia yang populer—memahami ketertarikan Serbia terhadap sistem pertahanan udara Rusia.
”Bagi Serbia, yang menjadi korban pemboman NATO pada tahun 1999, masalah penguatan pertahanan udara adalah salah satu prioritas utama dalam memperkuat pertahanan udara,” kata analis militer tersebut. ”Oleh karena itu, Serbia memiliki ketertarikan yang besar terhadap sistem pertahanan udara jarak jauh Rusia,” ujarnya, yang dilansir Minggu (27/8/2017).
Menurut Korotchenko, perundingan mengenai pengiriman S-300 ke Serbia berjalan secara aktif. Perundingan itu juga mencakup pengiriman pesawat tempur MiG-29.
“Masalahnya, dengan segala penampilan, berkisar pada harga kontrak. Jika sebuah kontrak ditandatangani, ini pasti akan menjadi langkah geopolitik yang sangat kuat, dan indikator yang sangat bagus bahwa sistem S-300 dan S-400 Rusia tetap menjadi favorit di pasar senjata global,” katanya.
Dia menambahkan bahwa NATO niscaya akan berusaha menekan Serbia guna mengganggu kesepakatan kontrak jual beli sistem S-300. ”NATO akan menentang kesepakatan ini dengan segala cara, ini akan memberikan tekanan pada Beograd, termasuk pemerasan, dengan mempertimbangkan kepentingan Serbia untuk bergabung dengan Uni Eropa,” lanjut dia.
“Oleh karena itu, pertarungan akan serius. Tekanan besar akan dilakukan di Beograd untuk mencoba menggagalkan kontrak ini,” imbuh analis militer tersebut.
(mas)