Pernah Jadi Korban Agresi, Presiden Serbia Tolak Mentah-mentah Gabung NATO

Minggu, 13 Maret 2022 - 13:00 WIB
loading...
Pernah Jadi Korban Agresi,...
Presiden Serbia Aleksandar Vucic menyatakan negaranya lebih baik tanpa NATO mengingat aliansi itu pernah melancarkan agresi terhadap negara tersebut. Foto/Ilustrasi
A A A
BEOGRAD - Serbia lebih baik tanpa NATO yang pernah melancarkan "agresi" di negara tersebut - saat itu bagian dari bekas Yugoslavia - pada 1999, membunuh anak-anak dan warga sipil. Hal itu diungkapkan oleh Presiden Serbia Aleksandar Vucic. Dia bersikeras bahwa militer Serbia mampu melindungi negara itu sendiri.

Vucic membuat pernyataan itu saat berpidato di Busije pada hari Sabtu. Pinggiran kota Beograd yang didominasi pengungsi itu menjadi rumah bagi orang-orang Serbia yang melarikan diri dari Serbia Krajina, sebuah republik yang memproklamirkan diri di Kroasia, karena serangan militer Kroasia pada pertengahan 1990-an.

“Beberapa orang mengatakan bahwa kita harus bergabung dengan NATO, dan saya mengatakan bahwa kita memiliki negara yang indah, terindah di dunia, dan itulah mengapa kita harus menyimpannya sendiri, dan mempertahankan langit dan kebebasannya! Itulah mengapa tentara kami adalah yang terkuat,” kata Vucic, seperti dikutip Russia Today dari media Serbia, Minggu (13/3/2022).



“Sejauh menyangkut NATO, kerja sama selalu baik, dan menyenangkan untuk memaafkan, tetapi kita tidak bisa melupakannya,” tambah Presiden Serbia.

Dia kemudian melanjutkan untuk mengingat nama-nama anak-anak Serbia yang terbunuh selama pemboman NATO di Yugoslavia.

"Tidak jauh dari sini, mereka membunuh Milica Raki. Kami akan segera menandai peringatan agresi. Dan kami tidak akan ragu untuk menyebutnya agresi, dan bukan intervensi atau kampanye," tegasnya.



Milica Raki berusia tiga tahun ketika dia dibunuh oleh munisi tandan di rumahnya di pinggiran Belgrad, Batajnica pada 17 April 1999 ketika NATO menargetkan pangkalan militer terdekat.

Setelah Rusia melancarkan serangannya ke Ukraina pada 24 Februari, wilayah Kosovo yang memisahkan diri di Serbia mendesak NATO untuk merampingkan aksesi ke blok tersebut, meskipun empat anggota aliansi tidak mengakuinya sebagai negara merdeka.

Beograd sendiri mengambil sikap netral terhadap konflik militer Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung. Pada hari Jumat, Vucic bersumpah untuk menghukum warga Serbia yang berusaha pergi ke Ukraina untuk berjuang di kedua belah pihak.

Belorad, bagaimanapun, telah mendapat tekanan yang meningkat dari Uni Eropa (UE) untuk "menyelaraskan" posisinya di Ukraina dengan anggota blok lainnya. Sementara UE menutup wilayah udaranya untuk pesawat Rusia, Serbia terus mempertahankan perjalanan udara dengan Rusia.

(ian)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1548 seconds (0.1#10.140)