Ribuan Orang Hadiri Pemakaman Remaja Filipina Korban Perang Narkoba
A
A
A
MANILA - Lebih dari seribu pelayat menghadiri prosesi pemakaman seorang siswa sekolah menengah atas yang tewas oleh petugas anti narkoba Filipina. Kematian remaja itu sempat memicu kemarahan publik yang jarang terjadi terkait perang narkoba di negara itu.
Baca Juga: Anak SMA Filipina Terbunuh dalam Perang Narkoba Picu Kemarahan
Kian Loyd delos Santos diseret oleh polisi berpakaian polos ke sebuah gubuk gelap yang penuh sampah di utara Manila. Ia kemudian ditembak di kepala dan ditinggalkan di sebelah kandang babi. Demikian keterangan seorang saksi yang diperkuat oleh rekaman CCTV.
Kematian remaja berusia 17 tahun itu menarik perhatian domestik besar-besaran terkait tuduhan para aktivis bahwa polisi telah secara sistematis mengeksekusi pengguna dan pengedar narkoba. Tuduhan ini lantas ditolak oleh pihak berwenang.
"Saya datang untuk mendukung keluarga. Saya menginginkan keadilan bagi Kian dan semua korban - termasuk anak saya," kata Katherine David, yang putranya yang berusia 21 tahun ditembak mati oleh polisi dengan dua orang lainnya pada bulan Januari.
Para pelayat menghadiri prosesi pemakaman di ibukota Filipina Manila. Beberapa dari mereka memakai kaos putih yang bertuliskan "Justice for Kian." Mereka memegang bunga dan bendera kecil, serta plakat yang mencela pembunuhan tersebut. Sejumlah sepeda motor dan van ikut dalam prosesi yang bergerak dari rumah delos Santos di kota Caloocan.
Peti mati Delos Santon yang dihiasi bunga diletakkan di atas sebuah truk yang berjalan perlahan melalui jalan-jalan sempit dengan dua terpal berwarna hitam dan merah. Terpal itu bertuliskan kata-kata "Run, Kian, Run" dan "Hentikan pembunuhan" yang ditampilkan di setiap sisinya.
Iring-iringan itu berhenti sejenak di depan kantor polisi dimana tiga petugas polisi terlibat dalam pembunuhan delos Santos ditugaskan sebelum melanjutkan ke gereja.
Orang tua dan pengacara delos Santos telah mengajukan sebuah laporan terhadap tiga polisi anti-narkotika pada hari Jumat.
Jika diterima, pengaduan tersebut akan mengikuti setidaknya dua kasus yang diajukan tahun lalu terhadap polisi terkait perang Rodrigo Duterte terhadap obat-obatan terlarang. Aksi ini diyakini telah membunuh ribuan orang Filipina, membuat marah kelompok hak asasi manusia dan pemerintah Barat yang khawatir.
"Kami berbaris hari ini untuk membawa Kian ke tempat peristirahatan terakhirnya dan untuk mendukung seruan keadilan bagi semua korban perang obat bius Duterte," kata Renato Reyes, sekretaris jenderal kelompok aktivis sayap kiri Bayan (Nation), dalam sebuah pernyataan .
"Kami meminta pertanggungjawaban petugas polisi yang terlibat langsung dalam pembunuhan tersebut dan juga pertanggungjawaban panglima tertinggi yang menyetujui pembunuhan tersebut," kata Reyes.
Seorang anggota Rise Up, sebuah koalisi yang berbasis di Manila untuk kelompok-kelompok yang terkait dengan gereja yang menentang perang narkoba tersebut, mengatakan kepada Reuters bahwa keluarga yang terdiri dari sekitar 20 korban bergabung dalam prosesi tersebut.
David percaya bahwa tanggapan terhadap pembunuhan Kian menandai titik balik yang berlawanan dengan perang obat bius.
"Ada perubahan besar, sebelumnya polisi bisa membunuh dan tidak ada yang memperhatikan, sekarang orang mulai menunjukkan dukungan dan simpati," katanya.
Baca Juga: Anak SMA Filipina Terbunuh dalam Perang Narkoba Picu Kemarahan
Kian Loyd delos Santos diseret oleh polisi berpakaian polos ke sebuah gubuk gelap yang penuh sampah di utara Manila. Ia kemudian ditembak di kepala dan ditinggalkan di sebelah kandang babi. Demikian keterangan seorang saksi yang diperkuat oleh rekaman CCTV.
Kematian remaja berusia 17 tahun itu menarik perhatian domestik besar-besaran terkait tuduhan para aktivis bahwa polisi telah secara sistematis mengeksekusi pengguna dan pengedar narkoba. Tuduhan ini lantas ditolak oleh pihak berwenang.
"Saya datang untuk mendukung keluarga. Saya menginginkan keadilan bagi Kian dan semua korban - termasuk anak saya," kata Katherine David, yang putranya yang berusia 21 tahun ditembak mati oleh polisi dengan dua orang lainnya pada bulan Januari.
Para pelayat menghadiri prosesi pemakaman di ibukota Filipina Manila. Beberapa dari mereka memakai kaos putih yang bertuliskan "Justice for Kian." Mereka memegang bunga dan bendera kecil, serta plakat yang mencela pembunuhan tersebut. Sejumlah sepeda motor dan van ikut dalam prosesi yang bergerak dari rumah delos Santos di kota Caloocan.
Peti mati Delos Santon yang dihiasi bunga diletakkan di atas sebuah truk yang berjalan perlahan melalui jalan-jalan sempit dengan dua terpal berwarna hitam dan merah. Terpal itu bertuliskan kata-kata "Run, Kian, Run" dan "Hentikan pembunuhan" yang ditampilkan di setiap sisinya.
Iring-iringan itu berhenti sejenak di depan kantor polisi dimana tiga petugas polisi terlibat dalam pembunuhan delos Santos ditugaskan sebelum melanjutkan ke gereja.
Orang tua dan pengacara delos Santos telah mengajukan sebuah laporan terhadap tiga polisi anti-narkotika pada hari Jumat.
Jika diterima, pengaduan tersebut akan mengikuti setidaknya dua kasus yang diajukan tahun lalu terhadap polisi terkait perang Rodrigo Duterte terhadap obat-obatan terlarang. Aksi ini diyakini telah membunuh ribuan orang Filipina, membuat marah kelompok hak asasi manusia dan pemerintah Barat yang khawatir.
"Kami berbaris hari ini untuk membawa Kian ke tempat peristirahatan terakhirnya dan untuk mendukung seruan keadilan bagi semua korban perang obat bius Duterte," kata Renato Reyes, sekretaris jenderal kelompok aktivis sayap kiri Bayan (Nation), dalam sebuah pernyataan .
"Kami meminta pertanggungjawaban petugas polisi yang terlibat langsung dalam pembunuhan tersebut dan juga pertanggungjawaban panglima tertinggi yang menyetujui pembunuhan tersebut," kata Reyes.
Seorang anggota Rise Up, sebuah koalisi yang berbasis di Manila untuk kelompok-kelompok yang terkait dengan gereja yang menentang perang narkoba tersebut, mengatakan kepada Reuters bahwa keluarga yang terdiri dari sekitar 20 korban bergabung dalam prosesi tersebut.
David percaya bahwa tanggapan terhadap pembunuhan Kian menandai titik balik yang berlawanan dengan perang obat bius.
"Ada perubahan besar, sebelumnya polisi bisa membunuh dan tidak ada yang memperhatikan, sekarang orang mulai menunjukkan dukungan dan simpati," katanya.
(ian)