Serangan Udara AS Tewaskan Komandan Senior ISIS di Afghanistan
A
A
A
KABUL - Beberapa anggota senior kelompok afiliasi ISIS di Asia Tengah terbunuh dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) di Afghanistan. Demikian pernyataan sejumlah pejabat militer AS.
Menurut sebuah pernyataan dari komando di Kabul, serangan yang terjadi pada Kamis lalu itu menewaskan Abdul Rahman. Raham diidentifikasi oleh militer AS sebagai emir ISIS-Khorasan untuk provinsi Kunar.
"Kematian Abdul Rahman menimbulkan pukulan lain bagi pimpinan senior ISIS-Khorasan," kata Jenderal John Nicholson, komandan senior AS di Afghanistan dilansir dari Reuters, Minggu (13/8/2017).
Tiga anggota senior ISIS-Khorasan lainnya termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan di provinsi Kunar timur itu. Nicholson telah berjanji untuk mengalahkan militan Islam di Afghanistan tahun ini.
Emir kelompok tersebut, Abu Sayed, dilaporkan tewas dalam sebuah serangan di markas besarnya di Kunar pada bulan Juli lalu. Ia menjadi emir ISIS ketiga di Afghanistan yang terbunuh sejak Juli 2016.
Pada bulan April, Nicholson mengerahkan bom "Massive Ordnance Air Blast", atau Ibu Segala Bom, seberat 21.600 pon (9.797 kg) terhadap posisi ISIS di provinsi Nangarhar. Itu salah satu senjata konvensional terbesar yang pernah digunakan oleh AS dalam pertempuran.
Pada hari Sabtu, pejabat Afghanistan mengatakan bahwa sebanyak 16 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, telah terbunuh oleh serangan udara AS di Nangarhar. Namun pejabat Amerika mengatakan hanya militan yang terbunuh dalam serangan tersebut.
Baca Juga: Serangan Udara AS di Afghanistan Tewaskan 10 Warga Sipil
Militer AS Bantah Serangan Udaranya Bunuh Warga Sipil Afghanistan
Sebagai bagian dari peningkatan kampanye terhadap ISIS dan Taliban, kelompok militan Islam yang dominan di Afghanistan, Angkatan Udara AS telah menjatuhkan hampir 2.000 senjata di negara tersebut pada akhir Juli. Jumlah ini berkurang 1.400 dari tahun lalu.
Meskipun ada beberapa keberhasilan di medan perang oleh pasukan operasi khusus Afghanistan dan Amerika, ISIS terus melakukan serangan mematikan di sekitar Afghanistan. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa kelompok tersebut berusaha membawa konflik Timur Tengah tersebut ke Asia Tengah.
Menurut sebuah pernyataan dari komando di Kabul, serangan yang terjadi pada Kamis lalu itu menewaskan Abdul Rahman. Raham diidentifikasi oleh militer AS sebagai emir ISIS-Khorasan untuk provinsi Kunar.
"Kematian Abdul Rahman menimbulkan pukulan lain bagi pimpinan senior ISIS-Khorasan," kata Jenderal John Nicholson, komandan senior AS di Afghanistan dilansir dari Reuters, Minggu (13/8/2017).
Tiga anggota senior ISIS-Khorasan lainnya termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan di provinsi Kunar timur itu. Nicholson telah berjanji untuk mengalahkan militan Islam di Afghanistan tahun ini.
Emir kelompok tersebut, Abu Sayed, dilaporkan tewas dalam sebuah serangan di markas besarnya di Kunar pada bulan Juli lalu. Ia menjadi emir ISIS ketiga di Afghanistan yang terbunuh sejak Juli 2016.
Pada bulan April, Nicholson mengerahkan bom "Massive Ordnance Air Blast", atau Ibu Segala Bom, seberat 21.600 pon (9.797 kg) terhadap posisi ISIS di provinsi Nangarhar. Itu salah satu senjata konvensional terbesar yang pernah digunakan oleh AS dalam pertempuran.
Pada hari Sabtu, pejabat Afghanistan mengatakan bahwa sebanyak 16 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, telah terbunuh oleh serangan udara AS di Nangarhar. Namun pejabat Amerika mengatakan hanya militan yang terbunuh dalam serangan tersebut.
Baca Juga: Serangan Udara AS di Afghanistan Tewaskan 10 Warga Sipil
Militer AS Bantah Serangan Udaranya Bunuh Warga Sipil Afghanistan
Sebagai bagian dari peningkatan kampanye terhadap ISIS dan Taliban, kelompok militan Islam yang dominan di Afghanistan, Angkatan Udara AS telah menjatuhkan hampir 2.000 senjata di negara tersebut pada akhir Juli. Jumlah ini berkurang 1.400 dari tahun lalu.
Meskipun ada beberapa keberhasilan di medan perang oleh pasukan operasi khusus Afghanistan dan Amerika, ISIS terus melakukan serangan mematikan di sekitar Afghanistan. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa kelompok tersebut berusaha membawa konflik Timur Tengah tersebut ke Asia Tengah.
(ian)