Ini Cara Rusia dan China Cegah Perang AS-Korut
A
A
A
MOSKOW - Rusia dan China sudah menyusun proposal bersama untuk mencegah perang antara Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut). Proposal ini sama-sama mengekang Washington dan Pyongyang dari aktivitas militernya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengkhawatirkan retorika perang pemerintah Presiden Donald Trump dan pemerintah Kim Jong-un yang menurutnya sudah berada di level puncak. Dia berharap dan percaya bahwa pada akhirnya akal sehat yang akan menang.
”Rusia bersama dengan China mengembangkan sebuah rencana yang sangat cerdas yang mengusulkan 'pembekuan ganda',” kata Lavrov.
“Kim Jong-un harus membekukan uji coba nuklir dan menghentikan peluncuran semua jenis rudal balistik, sementara AS dan Korea Selatan harus membekukan latihan (perang) skala besar,” kata Lavrov mengungkap poin utama proposal tersebut.
Lavrov mencatat bahwa Pyongyang pernah menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi (NPT) namun kemudian mundur dari perjanjian itu.
”Sekarang (Korea Utara) mengklaim memiliki hak legal untuk membuat senjata nuklir dan telah melakukannya,” katanya. ”Tapi Anda tahu posisi kami: kami tidak menerima kenyataan bahwa Korea Utara bisa memiliki senjata nuklir,” lanjut diplomat top Moskow ini seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (12/8/2017).
Menurut Lavrov, proposal dari Rusia dan China bertujuan untuk mencegah apa yang bisa menjadi salah satu konflik terdalam dan krisis dengan jumlah korban yang besar.
Sikap serupa juga disuarakan Kanselir Jerman Angela Merkel. Berlin, kata dia, mendukung solusi non-militer terkait krisis Korea Utara.
”Saya tidak melihat solusi militer untuk konflik ini,” kata Merkel kepada wartawan di Berlin. ”Saya melihat kebutuhan untuk bertahan di Dewan Keamanan PBB, serta kerja sama yang erat antara negara-negara yang terlibat, terutama AS dan China.”
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengkhawatirkan retorika perang pemerintah Presiden Donald Trump dan pemerintah Kim Jong-un yang menurutnya sudah berada di level puncak. Dia berharap dan percaya bahwa pada akhirnya akal sehat yang akan menang.
”Rusia bersama dengan China mengembangkan sebuah rencana yang sangat cerdas yang mengusulkan 'pembekuan ganda',” kata Lavrov.
“Kim Jong-un harus membekukan uji coba nuklir dan menghentikan peluncuran semua jenis rudal balistik, sementara AS dan Korea Selatan harus membekukan latihan (perang) skala besar,” kata Lavrov mengungkap poin utama proposal tersebut.
Lavrov mencatat bahwa Pyongyang pernah menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi (NPT) namun kemudian mundur dari perjanjian itu.
”Sekarang (Korea Utara) mengklaim memiliki hak legal untuk membuat senjata nuklir dan telah melakukannya,” katanya. ”Tapi Anda tahu posisi kami: kami tidak menerima kenyataan bahwa Korea Utara bisa memiliki senjata nuklir,” lanjut diplomat top Moskow ini seperti dikutip dari Russia Today, Sabtu (12/8/2017).
Menurut Lavrov, proposal dari Rusia dan China bertujuan untuk mencegah apa yang bisa menjadi salah satu konflik terdalam dan krisis dengan jumlah korban yang besar.
Sikap serupa juga disuarakan Kanselir Jerman Angela Merkel. Berlin, kata dia, mendukung solusi non-militer terkait krisis Korea Utara.
”Saya tidak melihat solusi militer untuk konflik ini,” kata Merkel kepada wartawan di Berlin. ”Saya melihat kebutuhan untuk bertahan di Dewan Keamanan PBB, serta kerja sama yang erat antara negara-negara yang terlibat, terutama AS dan China.”
(mas)