Turki Janji Berangus Suara-suara Anti-China
A
A
A
BEIJING - Turki menganggap keamanan China serupa dengan keamanan nasionalnya dan berjanji untuk memberangus suara-suara dan laporan anti-China di media.
Pernyataan itu dilontarkan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu setelah bertemu Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada hari Kamis.
China dan Turki telah berulang kali berjanji untuk meningkatkan kerja sama keamanan dan kontra-terorisme, di tengah kekhawatiran Beijing tentang etnis Uighur dari wilayah barat Xinjiang.
”Kami menganggap keamanan China sebagai keamanan kami,” kata Cavusoglu, yang berbicara melalui penerjemah bahasa China dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Wang di Beijing.
”Kami sama sekali tidak mengizinkan (warga) Turki melakukan kegiatan yang menargetkan atau menentang China. Selain itu, kami akan mengambil tindakan untuk menghapuskan laporan media yang menargetkan China,” lanjut Menlu Turki tersebut, yang dikutip dari Reuters, Jumat (4/8/2017).
Uighur merupakan komunitas yang didominasi warga Muslim. Komunitas Uighur berbicara dengan bahasa Turki dan merupakan minoritas dari wilayah Xinjiang di China barat.
Ratusan warga Uighur yang ingin menghindari kerusuhan di Xinjiang telah melakukan perjalanan secara sembunyi-sembunyi melalui Asia Tenggara ke Turki. Komunitas itu merasa memiliki satu ikatan agama dan budaya dengan warga Turki.
Pihak Beijing mengatakan bahwa beberapa warga Uighur ikut berperang bersama kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Beijing juga menyangkal telah membatasi kebebasan beragama warga Uighur.
Para pemimpin Eropa telah khawatir dengan tindakan keras Presiden Turki Tayyip Erdogan terhadap para penentangnya sejak usaha kudeta yang gagal tahun lalu. Menurut Asosiasi Jurnalis Turki, sekitar 150 media telah ditutup dan sekitar 160 wartawan dipenjara.
Pada tahun 2015, Turki pernah membuat marah China dengan mengungkapkan kekhawatiran tentang laporan tentang larangan ibadah dan puasa oleh warga Uighur di Xinjiang selama bulan suci Ramadan. Para demonstran Turki kemudian beraksi di depan kedutaan dan konsulat China di Turki sebagai solidaritas terhadap warga Uighur.
Pernyataan itu dilontarkan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu setelah bertemu Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada hari Kamis.
China dan Turki telah berulang kali berjanji untuk meningkatkan kerja sama keamanan dan kontra-terorisme, di tengah kekhawatiran Beijing tentang etnis Uighur dari wilayah barat Xinjiang.
”Kami menganggap keamanan China sebagai keamanan kami,” kata Cavusoglu, yang berbicara melalui penerjemah bahasa China dalam sebuah konferensi pers bersama dengan Wang di Beijing.
”Kami sama sekali tidak mengizinkan (warga) Turki melakukan kegiatan yang menargetkan atau menentang China. Selain itu, kami akan mengambil tindakan untuk menghapuskan laporan media yang menargetkan China,” lanjut Menlu Turki tersebut, yang dikutip dari Reuters, Jumat (4/8/2017).
Uighur merupakan komunitas yang didominasi warga Muslim. Komunitas Uighur berbicara dengan bahasa Turki dan merupakan minoritas dari wilayah Xinjiang di China barat.
Ratusan warga Uighur yang ingin menghindari kerusuhan di Xinjiang telah melakukan perjalanan secara sembunyi-sembunyi melalui Asia Tenggara ke Turki. Komunitas itu merasa memiliki satu ikatan agama dan budaya dengan warga Turki.
Pihak Beijing mengatakan bahwa beberapa warga Uighur ikut berperang bersama kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Beijing juga menyangkal telah membatasi kebebasan beragama warga Uighur.
Para pemimpin Eropa telah khawatir dengan tindakan keras Presiden Turki Tayyip Erdogan terhadap para penentangnya sejak usaha kudeta yang gagal tahun lalu. Menurut Asosiasi Jurnalis Turki, sekitar 150 media telah ditutup dan sekitar 160 wartawan dipenjara.
Pada tahun 2015, Turki pernah membuat marah China dengan mengungkapkan kekhawatiran tentang laporan tentang larangan ibadah dan puasa oleh warga Uighur di Xinjiang selama bulan suci Ramadan. Para demonstran Turki kemudian beraksi di depan kedutaan dan konsulat China di Turki sebagai solidaritas terhadap warga Uighur.
(mas)