OKI: Myanmar Harus Lindungi Hak Rohingya
A
A
A
DHAKA - Kepala Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengatakatan Myanmar harus melindungi hak-hak kelompok minorita Muslim Rohingya. OKI juga mendesak pemerintah Myanmar untuk bekerja sama dengan negara-negara mayoritas Muslim untuk mengatasi krisis pengungsi.
Sekitar 75.000 orang telah melarikan diri ke Bangladesh setelah sebuah tindakan militer, dengan tuduhan pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan di luar proses hukum oleh pasukan keamanan. Aksi itu menyusul sebuah serangan terhadap sebuah pos penjaga perbatasan Myanmar pada 9 Oktober lalu.
Pemerintahan baru Aung San Suu Kyi telah menolak sebagian besar tuduhan tersebut dan menolak akses ke panel pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pemerintah Myanmar mengatakan bahwa misi PBB akan memperparah situasi di lapangan di negara bagian Rakhine.
"Myanmar harus duduk dengan Bangladesh, Indonesia dan Malaysia untuk menemukan peta jalan untuk solusi krisis," kata Yousef bin Ahmad Al-Othaimeen dari OKI, yang mewakili 57 negara bagian dan bertindak sebagai suara kolektif dunia Muslim.
"Kami meminta pemerintah Myanmar untuk menjamin hak asasi manusia bagi orang-orang Rohingya," sambung Othaimeen disitir dari Reuters, Kamis (3/8/2017).
"Myanmar tidak dapat menyangkal hak asasi manusia Rohingya. Kami juga meminta pemerintah Myanmar untuk menjamin kewarganegaraan bagi orang-orang Rohingya," katanya kepada wartawan saat melakukan kunjungan ke Dhaka.
Dalam pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, dia mengatakan bahwa sebuah solusi harus ditemukan melalui diskusi antara para pemimpin Buddhis dari Myanmar dan para pemimpin Muslim dari Bangladesh.
"Para pemimpin agama dari kedua negara harus hadir dalam diskusi semacam itu untuk membantu menyelesaikan masalah Rohingya," katanya.
Perdana menteri Bangladesh mengulangi permohonannya yang gigih dari pemerintahnya bahwa Myanmar harus mengambil kembali warganya. "Hampir 400.000 pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh," kata Hasina.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Bangladesh mengatakan Othaimeen diharapkan mengunjungi Muslim Rakhine di kamp Kutupalong dan daerah sekitarnya di kota resor selatan Cox's Bazar pada hari Jumat esok.
Myanmar melihat Rohingya sebagai imigran gelap dari Bangladesh, walaupun sekitar 1,1 juta di antaranya tinggal di negara bagian Rakhine dan mengatakan bahwa akar mereka telah berada di sana dari generasi ke generasi.
Sekitar 75.000 orang telah melarikan diri ke Bangladesh setelah sebuah tindakan militer, dengan tuduhan pemerkosaan, penyiksaan dan pembunuhan di luar proses hukum oleh pasukan keamanan. Aksi itu menyusul sebuah serangan terhadap sebuah pos penjaga perbatasan Myanmar pada 9 Oktober lalu.
Pemerintahan baru Aung San Suu Kyi telah menolak sebagian besar tuduhan tersebut dan menolak akses ke panel pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pemerintah Myanmar mengatakan bahwa misi PBB akan memperparah situasi di lapangan di negara bagian Rakhine.
"Myanmar harus duduk dengan Bangladesh, Indonesia dan Malaysia untuk menemukan peta jalan untuk solusi krisis," kata Yousef bin Ahmad Al-Othaimeen dari OKI, yang mewakili 57 negara bagian dan bertindak sebagai suara kolektif dunia Muslim.
"Kami meminta pemerintah Myanmar untuk menjamin hak asasi manusia bagi orang-orang Rohingya," sambung Othaimeen disitir dari Reuters, Kamis (3/8/2017).
"Myanmar tidak dapat menyangkal hak asasi manusia Rohingya. Kami juga meminta pemerintah Myanmar untuk menjamin kewarganegaraan bagi orang-orang Rohingya," katanya kepada wartawan saat melakukan kunjungan ke Dhaka.
Dalam pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, dia mengatakan bahwa sebuah solusi harus ditemukan melalui diskusi antara para pemimpin Buddhis dari Myanmar dan para pemimpin Muslim dari Bangladesh.
"Para pemimpin agama dari kedua negara harus hadir dalam diskusi semacam itu untuk membantu menyelesaikan masalah Rohingya," katanya.
Perdana menteri Bangladesh mengulangi permohonannya yang gigih dari pemerintahnya bahwa Myanmar harus mengambil kembali warganya. "Hampir 400.000 pengungsi Rohingya tinggal di Bangladesh," kata Hasina.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Bangladesh mengatakan Othaimeen diharapkan mengunjungi Muslim Rakhine di kamp Kutupalong dan daerah sekitarnya di kota resor selatan Cox's Bazar pada hari Jumat esok.
Myanmar melihat Rohingya sebagai imigran gelap dari Bangladesh, walaupun sekitar 1,1 juta di antaranya tinggal di negara bagian Rakhine dan mengatakan bahwa akar mereka telah berada di sana dari generasi ke generasi.
(ian)