Ahli: Rudal Korut Sudah Mendekati New York
A
A
A
WASHINGTON - Korea Utara (Korut) kembali melakukan uji coba rudal yang diyakini sebagai rudal balistik antar benua (ICBM). Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, mengklaim jika seluruh wilayah Amerika Serikat (AS) telah berada dalam jangkauan rudalnya.
Klaim pemimpin Korut itu ternyata diamini oleh ahli senjata nuklir. Menurut peneliti di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin di California, Melissa Hanham, uji coba tersebut menunjukkan bahwa Alaska berada dalam jangkauan rudal Korut, dan jika rudal itu terbang selama 45 menit selama uji coba kemungkinan rudal tersebut bisa mencapai New York.
Rincian mengenai peluncuran masih tetap samar, namun Hanham mengatakan bahwa dia menduga rudal yang diuji adalah rudal Hwasong-14 sama dengan yang diluncurkan rezim Kim Jong-un pada 4 Juli lalu.
"Tes itu menunjukkan bahwa Alaska berada dalam jangkauan dan dugaan awal saya adalah bahwa mereka sekarang menguji rudal ini untuk melihat apakah bisa berlanjut lebih jauh," kata Hanham seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (29/7/2017).
"Kita perlu mendapatkan semua data poin untuk bisa menghitung rentang kurva tapi mungkin saja mereka mencoba menunjukkan bahwa memang New York tidak begitu jauh," imbuhnya.
Hanham lantas menunjukkan kisaran jarak sejauh 9.500-10.000 km, yang membutuhkan waktu terbang 45 menit, mungkin Korut berpotensi menyerang sasaran pantai timur seperti New York.
Namun analis tetap skeptis mengenai apakah Korut memiliki kemampuan untuk membuat miniatur senjata nuklir yang bisa ditembakkan pada misil semacam itu. Meski begitu, peluncuran tersebut merupakan pengingat terbaru kegagalan Presiden AS Donald Trump untuk membuat kemajuan dalam upayanya mengendalikan ambisi nuklir Kim Jong-un.
Para ahli mengatakan bahwa presiden AS telah berharap untuk membentuk "pernikahan besar" dengan China, yang akan melihat dua negara teratas di dunia menangani Pyongyang bersama-sama, dengan Beijing memberikan tekanan ekonomi pada sekutunya.
Hanham mengatakan tes Jumat malam akan membuat Gedung Putih, yang telah terhuyung-huyung dari kekalahan dramatis untuk mencabut undang-undang Obamacare, sakit kepala.
"Sayangnya, sekarang juga Washington sangat sibuk dengan hal lain. Pemungutan suara pencabutan undang-undang kesehatan merupakan pukulan luar biasa bagi partai Republik. Saya menduga hari ini banyak dari mereka di kantor tengah menjilati luka-lukanya, "katanya.
"Departemen luar negeri AS belum sepenuhnya dikelola. Saya tidak berpikir mereka siap untuk hal ini," imbuhnya.
Klaim pemimpin Korut itu ternyata diamini oleh ahli senjata nuklir. Menurut peneliti di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin di California, Melissa Hanham, uji coba tersebut menunjukkan bahwa Alaska berada dalam jangkauan rudal Korut, dan jika rudal itu terbang selama 45 menit selama uji coba kemungkinan rudal tersebut bisa mencapai New York.
Rincian mengenai peluncuran masih tetap samar, namun Hanham mengatakan bahwa dia menduga rudal yang diuji adalah rudal Hwasong-14 sama dengan yang diluncurkan rezim Kim Jong-un pada 4 Juli lalu.
"Tes itu menunjukkan bahwa Alaska berada dalam jangkauan dan dugaan awal saya adalah bahwa mereka sekarang menguji rudal ini untuk melihat apakah bisa berlanjut lebih jauh," kata Hanham seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (29/7/2017).
"Kita perlu mendapatkan semua data poin untuk bisa menghitung rentang kurva tapi mungkin saja mereka mencoba menunjukkan bahwa memang New York tidak begitu jauh," imbuhnya.
Hanham lantas menunjukkan kisaran jarak sejauh 9.500-10.000 km, yang membutuhkan waktu terbang 45 menit, mungkin Korut berpotensi menyerang sasaran pantai timur seperti New York.
Namun analis tetap skeptis mengenai apakah Korut memiliki kemampuan untuk membuat miniatur senjata nuklir yang bisa ditembakkan pada misil semacam itu. Meski begitu, peluncuran tersebut merupakan pengingat terbaru kegagalan Presiden AS Donald Trump untuk membuat kemajuan dalam upayanya mengendalikan ambisi nuklir Kim Jong-un.
Para ahli mengatakan bahwa presiden AS telah berharap untuk membentuk "pernikahan besar" dengan China, yang akan melihat dua negara teratas di dunia menangani Pyongyang bersama-sama, dengan Beijing memberikan tekanan ekonomi pada sekutunya.
Hanham mengatakan tes Jumat malam akan membuat Gedung Putih, yang telah terhuyung-huyung dari kekalahan dramatis untuk mencabut undang-undang Obamacare, sakit kepala.
"Sayangnya, sekarang juga Washington sangat sibuk dengan hal lain. Pemungutan suara pencabutan undang-undang kesehatan merupakan pukulan luar biasa bagi partai Republik. Saya menduga hari ini banyak dari mereka di kantor tengah menjilati luka-lukanya, "katanya.
"Departemen luar negeri AS belum sepenuhnya dikelola. Saya tidak berpikir mereka siap untuk hal ini," imbuhnya.
(ian)