Korut: Kecam Uji Rudal, Korsel Akan Membayar Mahal
A
A
A
SEOUL - Korea Selatan (Korsel) akan membayar dengan harga yang tinggi untuk mengecam uji coba rudal balistik antar benua Korea Utara (Korut). Begitu pernyataan yang ditulis media Pyongyang yang menjadi corong pemerintah komunis negara itu, Rodong Sinmun.
Parlemen Korsel pada tanggal 18 Juli mengadopsi sebuah resolusi yang mengecam uji coba rudal Hwasong-14 Korut pada tanggal 4 Juli lalu. Resolusi itu memperingatkan bahwa provokasi terus-menerus Korut dapat menyebabkan "kepunahan permanen" kepemimpinannya.
"Untuk itu, koran Korut tersebut menyebut Korsel akan membayar harga dengan cara yang paling keras karena berani menantang sistem rudal dan tindakan pertahanan diri kami," tulis media Korsel Yonhap, seperti dikutip dari Sputniknews, Minggu (23/7/2017).
Seoul baru-baru ini meminta dialog militer dan kemanusiaan tingkat tinggi antara kedua negara, yang oleh Korut disebut sebagai "omong kosong."
Baca Juga: Dicueki Korut, Perundingan Militer Ajakan Korsel Batal
Sebaliknya, rezim Pyongyang menuduh tetangganya di sebelah selatan itu hanya mengadili permusuhan dan ketegangan dengan resolusi ini dan tidak melakukan apapun untuk mempromosikan persatuan, apalagi penyatuan.
Sementara itu, Korut menyatakan akan terus menyempurnakan teknologi ICBM mereka.
"Tentara dan rakyat dari DPRK (Demokrat Rakyat Korea Utara) tetap tidak berubah dalam keinginan mereka untuk tidak bergeming bahkan satu inci pun dari jalan guna meningkatkan kekuatan nuklir mereka selama kebijakan permusuhan AS dan ancaman nuklir terhadap yang terakhir tidak secara fundamental dihapus," tulis Rodong Sinmun.
ICBM Hwasong-14 tampaknya memiliki kemampuan untuk mencapai negara bagian AS di Hawaii atau Alaska, meskipun dengan tingkat akurasi yang dapat diperdebatkan. Namun, tes tersebut menunjukkan lonjakan kapasitas teknologi Korut.
Seoul tetap mengulangi seruannya untuk berdialog dengan Korut pada hari Sabtu, meskipun upaya terakhirnya tampaknya telah dilecehkan.
Menteri Luar Negeri Kang Kyung-wha mengatakan kepada rekannya asal Inggris Boris Johnson melalui telepon bahwa Seoul bermaksud untuk terus mendorong melakukan hubungan dengan Korut meskipun hal itu memberlakukan sanksi terhadap rezim Kim Jong-un.
"Tekanan Korsel hanya dimaksudkan untuk membawa Korut kembali ke meja perundingan," katanya seperti dilaporkan Yonhap.
Korut berada di bawah sanksi ketat untuk uji coba rudal lanjutan dan lima uji coba nuklirnya.
Parlemen Korsel pada tanggal 18 Juli mengadopsi sebuah resolusi yang mengecam uji coba rudal Hwasong-14 Korut pada tanggal 4 Juli lalu. Resolusi itu memperingatkan bahwa provokasi terus-menerus Korut dapat menyebabkan "kepunahan permanen" kepemimpinannya.
"Untuk itu, koran Korut tersebut menyebut Korsel akan membayar harga dengan cara yang paling keras karena berani menantang sistem rudal dan tindakan pertahanan diri kami," tulis media Korsel Yonhap, seperti dikutip dari Sputniknews, Minggu (23/7/2017).
Seoul baru-baru ini meminta dialog militer dan kemanusiaan tingkat tinggi antara kedua negara, yang oleh Korut disebut sebagai "omong kosong."
Baca Juga: Dicueki Korut, Perundingan Militer Ajakan Korsel Batal
Sebaliknya, rezim Pyongyang menuduh tetangganya di sebelah selatan itu hanya mengadili permusuhan dan ketegangan dengan resolusi ini dan tidak melakukan apapun untuk mempromosikan persatuan, apalagi penyatuan.
Sementara itu, Korut menyatakan akan terus menyempurnakan teknologi ICBM mereka.
"Tentara dan rakyat dari DPRK (Demokrat Rakyat Korea Utara) tetap tidak berubah dalam keinginan mereka untuk tidak bergeming bahkan satu inci pun dari jalan guna meningkatkan kekuatan nuklir mereka selama kebijakan permusuhan AS dan ancaman nuklir terhadap yang terakhir tidak secara fundamental dihapus," tulis Rodong Sinmun.
ICBM Hwasong-14 tampaknya memiliki kemampuan untuk mencapai negara bagian AS di Hawaii atau Alaska, meskipun dengan tingkat akurasi yang dapat diperdebatkan. Namun, tes tersebut menunjukkan lonjakan kapasitas teknologi Korut.
Seoul tetap mengulangi seruannya untuk berdialog dengan Korut pada hari Sabtu, meskipun upaya terakhirnya tampaknya telah dilecehkan.
Menteri Luar Negeri Kang Kyung-wha mengatakan kepada rekannya asal Inggris Boris Johnson melalui telepon bahwa Seoul bermaksud untuk terus mendorong melakukan hubungan dengan Korut meskipun hal itu memberlakukan sanksi terhadap rezim Kim Jong-un.
"Tekanan Korsel hanya dimaksudkan untuk membawa Korut kembali ke meja perundingan," katanya seperti dilaporkan Yonhap.
Korut berada di bawah sanksi ketat untuk uji coba rudal lanjutan dan lima uji coba nuklirnya.
(ian)