Gerakan Langka, Para Pemimpin Agama Dunia Nyatakan Berteman

Sabtu, 17 Juni 2017 - 07:28 WIB
Gerakan Langka, Para...
Gerakan Langka, Para Pemimpin Agama Dunia Nyatakan Berteman
A A A
WASHINGTON - Sebuah gerakan langka bertajuk “Make Friends” berisi pernyataan sikap para pemimpin agama terkenal di dunia. Mereka kompak menyerukan para umat beragama untuk saling berteman.

Sebanyak 22 pemimpin agama ikut andil dalam pernyataan sikap bersama ini. Mereka mewakili Sikh, Buddha, Hindu, Islam, Yahudi dan Kristen. Dua di antara mereka adalah Paus Fransiskus dan Dalai Lama.

Gerakan langka ini untuk menghapus stigma bahwa agama kerap dipandang sebagai kekuatan yang menabur perpecahan antar-manusia. Aksi mereka juga untuk membuktikan bahwa melalui visi yang berbeda tentang iman masing-masing, mereka tetap bisa bekerjasama di dunia.

”Saran kami adalah untuk berteman dengan pengikut semua agama,” kata Ayatollah Sayyid Fadhel Al-Milani, salah satu ulama Muslim paling senior di Inggris, dalam sebuah rekaman video.

”Kontak pribadi, persahabatan pribadi, maka kita bisa menukar pengalaman yang lebih dalam,” sambung pernyataan Dalai Lama.

Paus Fransiskus memilih untuk berbicara tentang persahabatannya yang panjang dengan Rabi Yahudi Argentina Abraham Skorka, yang juga muncul dalam video tersebut.

”Kehidupan religius saya semakin kaya dengan penjelasannya, jauh lebih kaya,” kata Paus Fransiskus menceritakan tentang Skorka. ”Dan saya rasa hal yang sama terjadi padanya.”

Seruan "Make Friends" adalah sebuah inisiatif dari Elijah Interfaith Institute, sebuah organisasi antaragama yang memiliki kantor di Israel dan Amerika Serikat.

Dalam siaran persnya, panitia mengatakan bahwa misi proyek tersebut adalah untuk melawan gagasan bahwa orang-orang memandang agama masing-masing dengan penghinaan. Proyek itu berpotensi untuk mengurangi kekerasan yang dilakukan atas nama agama.

Rabi Alon Goshen-Gottstein, direktur organisasi itu mengatakan dalam sebuah konferensi pers untuk mengumumkan prakarsa "Make Friends”.

Menurutnya, proyek ini memperkenalkan perspektif teologis baru, yang menegaskan perlunya persahabatan antar-agama.

”Kami tidak dapat menyangkal bahwa di dalam buku-buku dari banyak agama Anda dapat menemukan teks yang tidak terlalu terbuka, bahkan bermusuhan, dengan orang-orang dari agama lain,” katanya dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Huffington Post, semalam (16/6/2017).

”Oleh karena itu, ketika pemimpin dunia yang paling penting menyerukan persahabatan, mereka sebenarnya menegaskan cara tertentu untuk mempraktikkan agama dan menolak yang lain.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9272 seconds (0.1#10.140)