Ini Penyebab Ketegangan di Semenanjung Korea Versi Rusia
A
A
A
JAKARTA - Rusia mengungkapkan sejumlah hal yang menjadi faktor meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea. Menurut Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Y. Galuzin, penyebab meningkatnya ketegangan ini disebabkan oleh tindakan kedua belah pihak.
"Semua berbicara mengenai uji coba rudal Korut, yang tentu saja tidak bisa diterima, karena itu sangat jelas melanggar resolusi DK PBB. Pandangan Rusia adalah, Korut harus menghentikan uji coba rudal dan nuklir. Tapi, di sisi yang sama kita juga harus melihat situasi secara objektif dalam skala yang lebih luas, tidak hanya berfokus pada aksi Korut," kata Galuzin.
"Kita harus melihat, kita harus mengerti, atmosfir di sekitar Korut tidaklah bersahabat, sangatlah tidak aman. Sebab, dalam satu dekade terakhir, AS dan sekutunya di kawasan seperti Jepang dan Korsel, terus melakukan latihan perang dalam skala besar di Semenajung Korea, dekat dengan Korut, yang merupakan tindakan provokatif," sambungnya pada Selasa (23/5).
Dia mengatakan, latihan perang itu memancing Pyongyang untuk melakukan tindakan untuk memperkuat keamanan mereka. Galuzin juga menyebut kegiatan militer semacam ini menjadi faktor meningkatnya situasi di Semenanjung Korea dan semua orang tidak bisa menutup mata akan hal itu.
Oleh karena itu, lanjut Galuzin, Rusia mendesak semua pihak untuk menahan diri dari melakukan uji coba rudal di satu sisi, dan behenti melakukan latihan militer provokatif di sisi yang lain.
"Ini diperlukan untuk membentuk atmosfir yang bisa menghidupkan kembali pembicaraan enam pihak soal denuklirisasi Korea, yang merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah yang ada," tukasnya.
"Semua berbicara mengenai uji coba rudal Korut, yang tentu saja tidak bisa diterima, karena itu sangat jelas melanggar resolusi DK PBB. Pandangan Rusia adalah, Korut harus menghentikan uji coba rudal dan nuklir. Tapi, di sisi yang sama kita juga harus melihat situasi secara objektif dalam skala yang lebih luas, tidak hanya berfokus pada aksi Korut," kata Galuzin.
"Kita harus melihat, kita harus mengerti, atmosfir di sekitar Korut tidaklah bersahabat, sangatlah tidak aman. Sebab, dalam satu dekade terakhir, AS dan sekutunya di kawasan seperti Jepang dan Korsel, terus melakukan latihan perang dalam skala besar di Semenajung Korea, dekat dengan Korut, yang merupakan tindakan provokatif," sambungnya pada Selasa (23/5).
Dia mengatakan, latihan perang itu memancing Pyongyang untuk melakukan tindakan untuk memperkuat keamanan mereka. Galuzin juga menyebut kegiatan militer semacam ini menjadi faktor meningkatnya situasi di Semenanjung Korea dan semua orang tidak bisa menutup mata akan hal itu.
Oleh karena itu, lanjut Galuzin, Rusia mendesak semua pihak untuk menahan diri dari melakukan uji coba rudal di satu sisi, dan behenti melakukan latihan militer provokatif di sisi yang lain.
"Ini diperlukan untuk membentuk atmosfir yang bisa menghidupkan kembali pembicaraan enam pihak soal denuklirisasi Korea, yang merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah yang ada," tukasnya.
(esn)