Kabinet Jepang Loloskan RUU Kaisar Akihito Turun Takhta
A
A
A
TOKYO - Pemerintah Jepang menyetujui undang-undang yang akan mengizinkan Kaisar Akihito untuk melepaskan takhta Krisan. Ini adalah sebuah langkah yang akan membuat Akihito menjadi kaisar pertama yang turun takhta setelah lebih dari dua abad.
Kaisar Akihito diperkirakan akan turun tahta pada bulan Desember 2018. Saat itu, dia akan berusia 85 untuk mendukung putra tertuanya, Putra Mahkota Naruhito, naik takhta seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (19/5/2017).
Raja Jepang terakhir yang meninggalkan takhta adalah Kaisar Kokaku, yang mengundurkan diri pada tahun 1817.
Keputusan Kaisar Akihito pada awalnya disambut penolakan di beberapa tempat. Mengantisipasi perlawanan dari kaum konservatif yang menginginkan ia tetap berkuasa hingga ia meninggal, Akihito lantas membuat pengumuman kepada publik di televisi tentang keinginannya untuk turun takhta.
Kaisar Akihito sempat menjalani operasi untuk kanker prostat pada tahun 2003. Ia sempat dirawat di rumah sakit pada akhir tahun 2008 karena nyeri dada, denyut nadi tidak teratur, tekanan darah tinggi dan pendarahan internal.
Dokternya saat itu menyebut penyebab buruknya kesehatan kaisar adalah stres yang dipicu pertanyaan mengenai masa depan keluarga kekaisaran Jepang.
Monarki terpanjang di dunia, yang mengklaim dapat melacak silsilahnya 2.000 tahun lalu hingga ke dewi matahari legendaris Amaterasu, kehilangan ahli waris laki-laki. Sementara perdebatan tentang mengubah undang-undang untuk mengizinkan seorang wanita sekali lagi mengambil takhta telah terhambat oleh kaum konservatif yang menganggap gagasan tersebut tidak dapat diterima.
Konservatif keberatan jika kaisar mengundurkan diri. Kelompok ini beralasan akan mengurangi posisi sistem kekaisaran. Selain, hal ini juga menciptakan preseden berbahaya bagi generasi keluarga kekaisaran di masa depan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kaisar Akihito telah mengurangi penampilan di hadapan publik, namun telah tampak semakin lemah. Pernyataan publik tentang keinginannya untuk turun segera mendapat dukungan dari sebagian besar orang Jepang, yang masih menghormati seorang pria yang mengambil alih posisi tersebut setelah kematian ayahnya sendiri, Kaisar Hirohito, pada bulan Januari 1989.
Pemerintah Jepang secara efektif dipaksa untuk membuat revisi terhadap ketentuan Undang-undang Rumah Tangga Kekaisaran seperti yang ditetapkan pada tahun 1889 untuk mengizinkan Kaisar Akihito untuk turun takhta. Dalam pengumumannya, pemerintah Jepang menyatakan memahami dan simpati untuk keprihatinan mendalam atas apa yang disampaikan oleh Kaisar Akihito dalam pidatonya di televisi tentang tidak dapat melaksanakan tugas resminya.
Perundang-undangan tersebut telah disusun, bagaimanapun, sebagai keputusan untuk satu kali dan tidak akan berlaku untuk kaisar masa depan.
Putra Mahkota Naruhito, 57, belajar di Merton College, Oxford, dan akan menjadi kaisar ke 126 Jepang. Dia tidak memiliki ahli waris laki-laki.
Kaisar Akihito diperkirakan akan turun tahta pada bulan Desember 2018. Saat itu, dia akan berusia 85 untuk mendukung putra tertuanya, Putra Mahkota Naruhito, naik takhta seperti dikutip dari Telegraph, Jumat (19/5/2017).
Raja Jepang terakhir yang meninggalkan takhta adalah Kaisar Kokaku, yang mengundurkan diri pada tahun 1817.
Keputusan Kaisar Akihito pada awalnya disambut penolakan di beberapa tempat. Mengantisipasi perlawanan dari kaum konservatif yang menginginkan ia tetap berkuasa hingga ia meninggal, Akihito lantas membuat pengumuman kepada publik di televisi tentang keinginannya untuk turun takhta.
Kaisar Akihito sempat menjalani operasi untuk kanker prostat pada tahun 2003. Ia sempat dirawat di rumah sakit pada akhir tahun 2008 karena nyeri dada, denyut nadi tidak teratur, tekanan darah tinggi dan pendarahan internal.
Dokternya saat itu menyebut penyebab buruknya kesehatan kaisar adalah stres yang dipicu pertanyaan mengenai masa depan keluarga kekaisaran Jepang.
Monarki terpanjang di dunia, yang mengklaim dapat melacak silsilahnya 2.000 tahun lalu hingga ke dewi matahari legendaris Amaterasu, kehilangan ahli waris laki-laki. Sementara perdebatan tentang mengubah undang-undang untuk mengizinkan seorang wanita sekali lagi mengambil takhta telah terhambat oleh kaum konservatif yang menganggap gagasan tersebut tidak dapat diterima.
Konservatif keberatan jika kaisar mengundurkan diri. Kelompok ini beralasan akan mengurangi posisi sistem kekaisaran. Selain, hal ini juga menciptakan preseden berbahaya bagi generasi keluarga kekaisaran di masa depan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kaisar Akihito telah mengurangi penampilan di hadapan publik, namun telah tampak semakin lemah. Pernyataan publik tentang keinginannya untuk turun segera mendapat dukungan dari sebagian besar orang Jepang, yang masih menghormati seorang pria yang mengambil alih posisi tersebut setelah kematian ayahnya sendiri, Kaisar Hirohito, pada bulan Januari 1989.
Pemerintah Jepang secara efektif dipaksa untuk membuat revisi terhadap ketentuan Undang-undang Rumah Tangga Kekaisaran seperti yang ditetapkan pada tahun 1889 untuk mengizinkan Kaisar Akihito untuk turun takhta. Dalam pengumumannya, pemerintah Jepang menyatakan memahami dan simpati untuk keprihatinan mendalam atas apa yang disampaikan oleh Kaisar Akihito dalam pidatonya di televisi tentang tidak dapat melaksanakan tugas resminya.
Perundang-undangan tersebut telah disusun, bagaimanapun, sebagai keputusan untuk satu kali dan tidak akan berlaku untuk kaisar masa depan.
Putra Mahkota Naruhito, 57, belajar di Merton College, Oxford, dan akan menjadi kaisar ke 126 Jepang. Dia tidak memiliki ahli waris laki-laki.
(ian)