Singgung Yesus, Teater Provokatif Gegerkan Kroasia
A
A
A
ZENGREB - Sebuah pentas teater provokatif yang disutradarai seniman Kroasia, Oliver Frljic, membuat publik negara itu marah. Sebab, teater yang memperagakan “Yesus memperkosa wanita Muslim” itu dianggap menghina komunitas Kristen dan Muslim.
Gereja Katolik Kroasia mengutuk dan melarang pentas teater yang memulai debutnya di sebuah festival teater. Reaksi serupa juga muncul di negara Eropa lainnya, seperti Polandia, karena sutradara itu bukan sekali ini membuat karya provokatif.
Karya teater itu yang sudah keterlaluan itu berjudul “Our Violence and Your Violence”. Keuskupan Agung Split-Makarska, dalam sebuah penyataan yang dilansir media lokal, mengatakan bahwa adegan itu telah menghina warga Kristen. Adegan teater itu juga sangat vulgar, di mana para aktris tampil dalam kondisi tanpa busana.
Pada hari Sabtu, Gereja Katolik Kroasia mendesak Kementerian Kebudayaan dan otoritas Kota Split, yang akan menjadi tuan rumah festival teater ”Marulic Days” mencegah penghinaan budaya dan pelanggaran lebih lanjut terhadap ”Tuhan, manusia dan bangsa”.
Keuskupan Agung menyatakan bahwa pihaknya telah menerima banyak keluhan dari warga Kristen. Keuskupan juga mendesak agar festival teater mempertimbangkan kembali untuk membuka acara itu.”Karena menyinggung perasaan religius dan nasional, dan juga akal sehat,” lanjut pernyataan Keuskupan yang dilansir Russia Today, semalam (23/4/2017).
”Kami mendesak semua pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan terkait aktivitas yang tidak layak atas nama Marko Marulic dan Kota Split, supaya (permainan) tersebut tidak menghina orang dan mempermalukan budaya,” imbuh pernyataan tersebut.
Marko Marulic merupakan penyair nasional Kroasia dan tokoh Renaisans humanis yang lahir di Split. Nama tokoh ini dijadikan nama festival teater.
Pentas provokatif berdurasi 72 menit itu dijadwalkan dimulai pukul 20.00 waktu setempat pada hari Senin sebagai bagian dari festival 27 tahun 'Days of Marulic'. Festival akan berlangsung hingga tanggal 28 April.
Drama tersebut terinspirasi dari “The Aesthetics of Resistance” karya Peter Weiss yang bertujuan untuk mengkritik sikap Eropa terhadap krisis pengungsi.
Gereja Katolik Kroasia mengutuk dan melarang pentas teater yang memulai debutnya di sebuah festival teater. Reaksi serupa juga muncul di negara Eropa lainnya, seperti Polandia, karena sutradara itu bukan sekali ini membuat karya provokatif.
Karya teater itu yang sudah keterlaluan itu berjudul “Our Violence and Your Violence”. Keuskupan Agung Split-Makarska, dalam sebuah penyataan yang dilansir media lokal, mengatakan bahwa adegan itu telah menghina warga Kristen. Adegan teater itu juga sangat vulgar, di mana para aktris tampil dalam kondisi tanpa busana.
Pada hari Sabtu, Gereja Katolik Kroasia mendesak Kementerian Kebudayaan dan otoritas Kota Split, yang akan menjadi tuan rumah festival teater ”Marulic Days” mencegah penghinaan budaya dan pelanggaran lebih lanjut terhadap ”Tuhan, manusia dan bangsa”.
Keuskupan Agung menyatakan bahwa pihaknya telah menerima banyak keluhan dari warga Kristen. Keuskupan juga mendesak agar festival teater mempertimbangkan kembali untuk membuka acara itu.”Karena menyinggung perasaan religius dan nasional, dan juga akal sehat,” lanjut pernyataan Keuskupan yang dilansir Russia Today, semalam (23/4/2017).
”Kami mendesak semua pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan langkah-langkah yang diperlukan terkait aktivitas yang tidak layak atas nama Marko Marulic dan Kota Split, supaya (permainan) tersebut tidak menghina orang dan mempermalukan budaya,” imbuh pernyataan tersebut.
Marko Marulic merupakan penyair nasional Kroasia dan tokoh Renaisans humanis yang lahir di Split. Nama tokoh ini dijadikan nama festival teater.
Pentas provokatif berdurasi 72 menit itu dijadwalkan dimulai pukul 20.00 waktu setempat pada hari Senin sebagai bagian dari festival 27 tahun 'Days of Marulic'. Festival akan berlangsung hingga tanggal 28 April.
Drama tersebut terinspirasi dari “The Aesthetics of Resistance” karya Peter Weiss yang bertujuan untuk mengkritik sikap Eropa terhadap krisis pengungsi.
(mas)