Erdogan Klaim Menangkan Referendum
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengklaim telah memenangkan referendum. Kemenangan ini memberikannya kekuatan yang besar dalam politik Turki modern.
Erdogan mengatakan 25 juta orang telah mendukung usulan untuk menggantikan sistem parlementer Turki dengan sistem presidensial. Sebanyak 51,5 persen memberikan suara 'Ya' untuk merubah sistem pemerintahan.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah Republik, kita mengubah sistem pemerintahan kita melalui politik sipil. Itulah mengapa sangat signifikan," kata Erdogan, mengacu pada kudeta militer yang dirusak politik Turki selama beberapa dekade seperti dikutip dari Reuters, Senin (17/4/2017).
Erdogan sendiri selamat dari upaya kudeta yang gagal pada Juli lalu dan menanggapinya dengan tindakan yang keras. Sebanyak 47 ribu orang ditahan dan 120 ribu lainnya dipecat atau dibekukan dari pekerjaan mereka.
Setelah referendum, Erdogan pun kembali mengulangi niatnya untuk meninjau kembali penangguhan hukuman mati. Langkah ini hampir pastik akan mengakhiri proses aksesi Ankara ke dalam Uni Eropa.
"Saya akan segera membahas masalah ini dengan Perdana Menteri Binali Yildirim dan Pemimpin Partai Devlet Bahceli," kata Erdogan. Jika proposal tersebut diajukan, dia akan langsung menyetujuinya, sembari menambahkan ia juga bisa melakukan referendum lain terkait hal tersebut.
Sebelumnya, oposisi Turki menuding jika penghitungan suara referendum telah dimanipulasi. "Ada manipulasi hasil. Menurut pengamatan kami, lawan dengan sistem presidensial menang. Kami menerima hasil tersebut dari berbagai provinsi. Mari kita lindungi pilihan kami," kata wakil ketua Partai Rakyat Republik (CHP), Erdal Aksunger.
Erdogan mengatakan 25 juta orang telah mendukung usulan untuk menggantikan sistem parlementer Turki dengan sistem presidensial. Sebanyak 51,5 persen memberikan suara 'Ya' untuk merubah sistem pemerintahan.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah Republik, kita mengubah sistem pemerintahan kita melalui politik sipil. Itulah mengapa sangat signifikan," kata Erdogan, mengacu pada kudeta militer yang dirusak politik Turki selama beberapa dekade seperti dikutip dari Reuters, Senin (17/4/2017).
Erdogan sendiri selamat dari upaya kudeta yang gagal pada Juli lalu dan menanggapinya dengan tindakan yang keras. Sebanyak 47 ribu orang ditahan dan 120 ribu lainnya dipecat atau dibekukan dari pekerjaan mereka.
Setelah referendum, Erdogan pun kembali mengulangi niatnya untuk meninjau kembali penangguhan hukuman mati. Langkah ini hampir pastik akan mengakhiri proses aksesi Ankara ke dalam Uni Eropa.
"Saya akan segera membahas masalah ini dengan Perdana Menteri Binali Yildirim dan Pemimpin Partai Devlet Bahceli," kata Erdogan. Jika proposal tersebut diajukan, dia akan langsung menyetujuinya, sembari menambahkan ia juga bisa melakukan referendum lain terkait hal tersebut.
Sebelumnya, oposisi Turki menuding jika penghitungan suara referendum telah dimanipulasi. "Ada manipulasi hasil. Menurut pengamatan kami, lawan dengan sistem presidensial menang. Kami menerima hasil tersebut dari berbagai provinsi. Mari kita lindungi pilihan kami," kata wakil ketua Partai Rakyat Republik (CHP), Erdal Aksunger.
(ian)