Momen Terlupakan saat Korut Tembak Jatuh EC-121, 31 Pelaut AS Tewas
A
A
A
WASHINGTON - Seteru sengit Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) bukan hanya terjadi di era Kim Jong-un dan Donald Trump. Tahun 1969, Pyongyang pernah melampiaskan kemarahannya dengan menembak jatuh pesawat mata-mata AS, EC-121, yang menewaskan 31 pelaut Washington.
Namun, momen itu cenderung terlupakan seiring dengan kekuatan militer AS yang terus meningkat. Momen di masa silam itu akan menjadi peringatan bagi AS untuk berhati-hati dengan kenekatan rezim Pyongyang.
Pada tahun itu, pesawat mata-mata AS ditembak jatuh oleh pesawat jet tempur Korut. Presiden Richard Nixon yang kala itu memimpin AS dilaporkan marah besar. Dia bahkan sempat memberi sinyal untuk memerintahkan serangan nuklir untuk balas dendam.
Anehnya, Korut yang tidak pernah bersedia meminta maaf atas tindakannya, tidak pernah dihukum dengan aksi militer AS.
Setahun sebelumnya, yakni bulan Januari tahun 1968, orang-orang Korut masih ingat saat kapal mata-mata AS, USS Pueblo, diserang oleh Korut. Salah satu pelaut AS tewas dalam serangan itu dan 86 lainnya ditahan selama hampir satu tahun.
Tapi, insiden masa silam itu tak membuat AS berhenti patroli di kawasan perairan internasional di dekat Korut.
“Dua ratus pesawat ‘mengeksekusi’ penerbangan tanpa insiden hanya dalam tiga bulan pertama setelah tahun 1969,” kata Kapten Dave Wright dari Angkatan Laut AS mengenang momen buruk tersebut, seperti dilansir news.com.au, Kamis (13/4/2017). Wright merupakan pejabat Angkatan Laut yang bertugas di pangkalan militer AS di Jepang tahun 2013.
Richard Mobley, mantan perwira intelijen angkatan laut AS pernah menulis sebuah analisis dari tragedi EC-121 yang dipersembahkan kepada Pusat CIA untuk Studi Intelijen pada tahun 2003.
”Korea Utara telah lama sensitif terhadap kapal-kapal dan pesawat yang beroperasi di lepas pantai mereka,” tulis dia. Menurutnya, pesawat AS pernah dirusak dan kapal Korea Selatan ditenggelamkan.
Namun, momen itu cenderung terlupakan seiring dengan kekuatan militer AS yang terus meningkat. Momen di masa silam itu akan menjadi peringatan bagi AS untuk berhati-hati dengan kenekatan rezim Pyongyang.
Pada tahun itu, pesawat mata-mata AS ditembak jatuh oleh pesawat jet tempur Korut. Presiden Richard Nixon yang kala itu memimpin AS dilaporkan marah besar. Dia bahkan sempat memberi sinyal untuk memerintahkan serangan nuklir untuk balas dendam.
Anehnya, Korut yang tidak pernah bersedia meminta maaf atas tindakannya, tidak pernah dihukum dengan aksi militer AS.
Setahun sebelumnya, yakni bulan Januari tahun 1968, orang-orang Korut masih ingat saat kapal mata-mata AS, USS Pueblo, diserang oleh Korut. Salah satu pelaut AS tewas dalam serangan itu dan 86 lainnya ditahan selama hampir satu tahun.
Tapi, insiden masa silam itu tak membuat AS berhenti patroli di kawasan perairan internasional di dekat Korut.
“Dua ratus pesawat ‘mengeksekusi’ penerbangan tanpa insiden hanya dalam tiga bulan pertama setelah tahun 1969,” kata Kapten Dave Wright dari Angkatan Laut AS mengenang momen buruk tersebut, seperti dilansir news.com.au, Kamis (13/4/2017). Wright merupakan pejabat Angkatan Laut yang bertugas di pangkalan militer AS di Jepang tahun 2013.
Richard Mobley, mantan perwira intelijen angkatan laut AS pernah menulis sebuah analisis dari tragedi EC-121 yang dipersembahkan kepada Pusat CIA untuk Studi Intelijen pada tahun 2003.
”Korea Utara telah lama sensitif terhadap kapal-kapal dan pesawat yang beroperasi di lepas pantai mereka,” tulis dia. Menurutnya, pesawat AS pernah dirusak dan kapal Korea Selatan ditenggelamkan.
(mas)