AS Tingkatkan Tekanan Pada Suriah

Selasa, 11 April 2017 - 20:16 WIB
AS Tingkatkan Tekanan Pada Suriah
AS Tingkatkan Tekanan Pada Suriah
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) meningkatkan tekanan pada Rusia untuk mengendalikan rezim Suriah. Washington memperingatkan, jika terjadi lagi serangan senjata kimia maka hubungan Washington dan Moskow akan sangat buruk. AS juga telah menegaskan tidak akan ada perdamaian jika Presiden Suriah Bashar al-Assad tetap berkuasa.

Para penasihat Presiden AS Donald Trump muncul dalam talkshow di televisi untuk mempersiapkan panggung konflik diplomatik di Moskow saat Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Rex Tillerson tiba untuk bertemu Menlu Rusia Sergei Lavrov.

Pertemuan itu akan menjadi negosiasi langsung pertama sejak rudal AS menghancurkan pangkalan udara Suriah pada Jumat (7/4) lalu. Aksi AS itu untuk membalas serangan gas sarin pada 4 April yang menewaskan sedikitnya 87 warga sipil di kota Khan Sheikhun yang dikontrol pemberontak. Tillerson menyatakan, serangan senjata kimia itu terjadi setelah dua serangan serupa pada Maret lalu.

Kehadiran para penasihat militer Rusia di pangkalan udara yang digunakan untuk melancarkan serangan itu menimbulkan banyak pertanyaan mengapa mereka tidak tahu tentang senjata kimia Suriah tersebut. Tillerson berupaya tidak menuduh keterlibatan Rusia.

“Tapi jelas mereka tidak ko-mpeten dan mungkin mereka hanya dikelabui oleh orangorang Suriah. Jika Suriah melakukan serangan senjata kimia lagi, itu akan sangat merusak hubungan AS-Rusia. Saya tidak yakin Rusia ingin memiliki hubungan yang memburuk dengan AS, tapi itu membutuhkan banyak diskusi dan banyak dialog untuk lebih memahami apa hubungan yang Rusia ingin dimiliki dengan AS,” ungkapnya pada acara ABC, This Week.

Tillerson akan meminta Rusia memenuhi kewajiban terhadap komunitas internasional saat Moskow sepakat menjadi penjamin pemusnahan senjata kimia. Pejabat AS lainnya tidak segan-segan menuding keterlibatan Rusia dalam serangan senjata kimia tersebut.

“Tentu mereka terlibat. Intelijen Rusia mungkin tidak sebagus kami, tapi cukup bagus untuk tahu Suriah yang memiliki senjata kimia, menggunakan senjata kimia,” ujar Adam Schiff, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS dari Partai Demokrat yang masuk dalam Komite Intelijen DPR. Rusia menyangkal pihaknya terlibat dalam serangan senjata kimia tersebut.

Menurut Moskow, pesawat Suriah menghancurkan gudang senjata pemberontak tempat bahan kimia beracun itu di-masukkan dalam bom-bom. Serangan AS ke Suriah itu merupakan intervensi langsung pertama Washington dalam perang sipil Suriah. Banyak pihak pun mempertanyakan langkah AS selanjutnya. “Ini sesuatu yang perlu dikatakan pada Assad, ‘Cukup itu cukup’.

Ini sesuatu agar Rusia tahu, ‘Anda tahu apa? Kami tidak suka Anda melindungi rezim ini lagi’,” ucap Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) Nikki Haley dalam acara NBC, Meet the Press. Beberapa hari sebelum serangan senjata kimia, Haley dan Tillerson mengindikasikan bahwa menggulingkan Assad dari kekuasaan bukan lagi prioritas AS. Meski demikian, Haley menekankan ada perubahan sikap AS.

“Kami tidak melihat perdamaian terjadi di wilayah itu dengan pengaruh Iran. Kami tidak melihat perdamaian di kawasan dengan Rusia mendukung Assad. Kami tidak melihat perdamaian di wilayah itu dengan Assad sebagai kepala pemerintahan Suriah,” ungkap Haley. Tillerson menekankan, serangan rudal ke Suriah itu memiliki tujuan terbatas untuk mencegah penggunaan senjata kimia lebih lanjut.

“Selain itu, tidak ada perubahan pada postur militer kami,” ujarnya. Di Teheran, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan AS membuat kesalahan strategis. Khamenei berjanji Iran tidak akan meninggalkan lapangan dalam menghadapi ancaman tersebut. Pusat operasi gabungan di Damaskus yang melibatkan Iran, Rusia, dan Hezbollah yang berbasis di Lebanon, mengancam membalas serangan AS tersebut.

“Kami akan bereaksi keras pada semua agresi terhadap Suriah dan semua pelanggaran garis merah, siapa pun yang melakukannya,” kata pernyataan di website Al-Watan, surat kabar yang dekat dengan rezim Suriah.

Adapun pasukan koalisi AS dan pemberontak Suriah berhasil menggagalkan serangan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di pangkalan mereka, At-Tanf Garrison, dekat perbatasan Yordania pada Sabtu (8/4) lalu. Pasukan koalisi menyatakan, serangan di pos terluar itu melibatkan penggunaan bom mobil setelah serangan darat dan bom bunuh diri oleh lebih dari 30 pejuang ISIS.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5062 seconds (0.1#10.140)