AS Klaim Serbuan Rudalnya Hancurkan 20% Jet Tempur Suriah
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mengklaim serbuan rudal-rudal jelajah Tomahawk terhadap pangkalan udara Shayrat, Homs, telah menghancurkan sekitar 20% pesawat jet tempur Suriah. Klaim ini disampaikan Menteri Pertahanan AS James Mattis.
Menurut Mattis, respons terukur oleh AS telah mengakibatkan kerusakan situs bahan bakar dan amunisi serta kemampuan pertahanan udara rezim Suriah.
“Pemerintah Suriah telah kehilangan kemampuan untuk mengisi bahan bakar atau mempersenjatai kembali pesawat di pangkalan udara Shayrat dan pada saat ini, penggunaan landasan pacu militernya menganggur,” klaim Mattis, seperti dilansir IB Times, Selasa (11/4/2017).
Tapi, Kementerian Pertahanan Rusia meremehkan klaim Pentagon tersebut. Menurut kementerian itu, serbuan rudal AS hanya menghancurkan enam pesawat jet tempur MiG-23 dan dan beberapa fasilitas di pangkalan udara Shayrat.
Rusia juga menyebut, dari 59 rudal jelajah Tomahawk yang ditembakkan dua kapal perang AS hanya 23 rudal yang mengenai pangkalan udara Suriah. Pemerintah Suriah sebelumnya juga menyatakan pesawat-pesawat tempurnya kembali beroperasi di pangkalan udara Shayrat sehari setelah diserang AS.
Serangan AS terhadap fasilitas militer Suriah pada Jumat dini hari pekan lalu diklaim sebagai respons atas serangan senjata kimia yang membunuh puluhan warga sipil di Khan Sheikhoun, Idlib. AS menuduh serangan senjata kimia diluncurkan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad, tapi Suriah menyangkal.
“AS tidak akan pasif berdiri sementara (rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad) melakukan pembunuhan terhadap orang tak bersalah dengan senjata kimia,” ujar Mattis.
Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer belum mengonfirmasi apakah serangan udara AS terhadap Suriah akan berlanjut atau tidak.
”Melihat orang-orang yang terkena gas (serangan gas sarin) dan terpesona oleh bom barel, (AS) memastikan bahwa jika kami melihat tindakan semacam ini lagi, kami kemungkinan akan bertindak lagi di waktu mendatang,” kata Spicer.
Menurut Mattis, respons terukur oleh AS telah mengakibatkan kerusakan situs bahan bakar dan amunisi serta kemampuan pertahanan udara rezim Suriah.
“Pemerintah Suriah telah kehilangan kemampuan untuk mengisi bahan bakar atau mempersenjatai kembali pesawat di pangkalan udara Shayrat dan pada saat ini, penggunaan landasan pacu militernya menganggur,” klaim Mattis, seperti dilansir IB Times, Selasa (11/4/2017).
Tapi, Kementerian Pertahanan Rusia meremehkan klaim Pentagon tersebut. Menurut kementerian itu, serbuan rudal AS hanya menghancurkan enam pesawat jet tempur MiG-23 dan dan beberapa fasilitas di pangkalan udara Shayrat.
Rusia juga menyebut, dari 59 rudal jelajah Tomahawk yang ditembakkan dua kapal perang AS hanya 23 rudal yang mengenai pangkalan udara Suriah. Pemerintah Suriah sebelumnya juga menyatakan pesawat-pesawat tempurnya kembali beroperasi di pangkalan udara Shayrat sehari setelah diserang AS.
Serangan AS terhadap fasilitas militer Suriah pada Jumat dini hari pekan lalu diklaim sebagai respons atas serangan senjata kimia yang membunuh puluhan warga sipil di Khan Sheikhoun, Idlib. AS menuduh serangan senjata kimia diluncurkan pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad, tapi Suriah menyangkal.
“AS tidak akan pasif berdiri sementara (rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad) melakukan pembunuhan terhadap orang tak bersalah dengan senjata kimia,” ujar Mattis.
Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer belum mengonfirmasi apakah serangan udara AS terhadap Suriah akan berlanjut atau tidak.
”Melihat orang-orang yang terkena gas (serangan gas sarin) dan terpesona oleh bom barel, (AS) memastikan bahwa jika kami melihat tindakan semacam ini lagi, kami kemungkinan akan bertindak lagi di waktu mendatang,” kata Spicer.
(mas)