Suriah dan Irak, Negara yang Diserang AS dengan Dalih Senjata Kimia

Sabtu, 08 April 2017 - 06:38 WIB
Suriah dan Irak, Negara...
Suriah dan Irak, Negara yang Diserang AS dengan Dalih Senjata Kimia
A A A
DAMASKUS - Serangan rudal Amerika Serikat (AS) terhadap pangkalan udara Shayrat, Suriah, diklaim Washington sebagai respons atas serangan senjata kimia pasukan Presiden Bashar al-Assad. Serangan ini mengingatkan agresi AS terhadap Irak tahun 2003 dengan alasan yang sama.

Sekutu Assad, Presiden Rusia Vladmir Putin menegaskan bahwa tindakan AS sebagai invasi. ”Agresi terhadap bangsa yang berdaulat,” kata Putin melalui juru bicaranya, Dmitry Peskov.

“Mereka (AS) melanggar hukum internasional, dan juga di bawah dalih yang diciptakan,” lanjut dia, seperti dikutip dari IB Times, Sabtu (8/4/2017).

”Tentara Suriah tidak memiliki senjata kimia,” imbuh Peskov. ”Ini telah diamati dan dikonfirmasi oleh Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), unit khusus PBB.”

Di era pemerintahan Barack Obama, rezim Assad nyaris diinvasi AS. Lagi-lagi, dalihnya melakukan serangan senjata kimia. Namun, invasi itu batal karena dicegah Rusia dan tidak didukung Kongres AS.

Selain dituduh memiliki dan menggunakan senjata kimia untuk membantai warga sipil, Suriah dan Irak saat ini nasibnya sama. Kedua negara di Timur Tengah ini sama-sama kacau akibat perang saudara dan diperparah dengan kemunculan kelompok Islamic State atau ISIS.

Berikut ini kronologi eskalasi di setiap konflik Suriah dan Irak.

Konflik Suriah

Maret 2011
Pasukan keamanan Suriah di Kota Deraa menembaki para pengunjuk rasa yang menuntut pembebasan tahanan politik. Tindakan pasukan Suriah ini memicu protes yang lebih besar dan berlarut-larut hingga pecah perang saudara.

September 2013
Pemeriksa senjata PBB menyimpulkan bahwa bahan kimia digunakan dalam serangan terhadap wilayah Ghouta, Damaskus, pada bulan Agustus yang menewaskan sekitar 300 orang. Namun, badan PBB itu tidak menyebut siapa yang bertanggung jawab. Melalui diplomasi yang dilakukan Rusia, Pemerintah Presiden Assad memungkinkan PBB untuk menghancurkan sisa-sisa senjata kimia hingga Juni 2014.

Juni 2014
Kelompok ISIS mendeklarasikan ”khalifah” di wilayah antara Aleppo dan Provinsi Diyala, Irak. AS dan Inggris saat itu memberikan dukungan “non-mematikan” kepada mereka yang disebut sebagai pemberontak moderat Suriah. Sejumlah laporan menyebut, bantuan AS jatuh ke kelompok ISIS.

September 2015
Rusia mulai meluncurkan serangan udara di Suriah atas permintan resmi Presiden Assad. Serangan ini untuk melenyapkan kelompok ISIS dan afiliasinya dari wilayah Suriah.

6 April 2017
Setelah dugaan serangan senjata kimia di Khan Sheikhoun, Idlib, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan rudal Tomahawk terhadap pangkalan udara Shayrat, Homs. Kantor berita Suriah, SANA, menyatakan ada sembilan orang tewas, termasuk anak-anak yang tidak bersalah. Enam pesawat jet tempur Suriah juga hancur.

Perang Irak

29 Januari 2002
George W Bush mengidentifikasi Irak sebagai anggota “Axis of Evil” yang jadi target serangan AS.

4 September 2002
Inggris menerbitkan berkas terkenalnya yang mengklaim bahwa rezim Presiden Saddam Hussein bisa menyebarkan senjata kimia pemusnah massal dalam tempo 45 menit.

8 November 2002
Dewan Keamanan PBB lewat resolusi 1441 memerintahkan pemerintah Irak untuk mematuhi kewajiban perlucutan senjata, sebelum masyarakat internasional mengambil tindakan militer.

Anehnya, Komisi Inspeksi dan Verifikasi PBB yang melakukan 700 inspeksi sampai Maret 2003 tidak menemukan bukti senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan Inggris dan AS.

17 Maret 2003
Setelah pemeriksa senjata PBB meninggalkan Irak dan Dewan Keamanan PBB gagal untuk mengamankan resolusi, Presiden Bush mengultimatum Saddam Hussein dan anak-anaknya untuk meninggalkan Irak dalam waktu 48 jam atau menghadapi perang.

20 Maret 2003
Operasi Pembebasan Irak oleh AS dimulai dengan serangan udara yang mengejutkan dunia. Serangan ini untuk mengintimidasi pasukan Irak dan memaksa Saddam Hussein keluar dari persembunyian.

Invasi AS ini membuat rezim Saddam Hussein lengser. Dia ditangkap dan dihukum gantung melalui pengadilan di Irak.

Lengsernya Saddam justru menjadi awal dari kekacauan Irak, di mana negara itu terus dilanda perang saudara karena perebutan kekuasaan. Kekacauan bertambah parah dengan kemunculan kelompok ISIS. Hingga kini, Irak masih menjadi negara kacau yang berjuang mengusir kelompok ISIS.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1228 seconds (0.1#10.140)