NATO Desak Turki dan Belanda Redam Ketegangan
A
A
A
BRUSSELS - Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mendesak agar Turki dan Belanda meredam ketegangan yang ada. Turki dan Belanda terlibat ketegangan diplomatik sejak akhir pekan lalu.
"Perdebatan kuat adalah jantung dari demokrasi kita, tapi begitu saling menghormati. Saya akan mendorong semua sekutu untuk menunjukkan sikap saling menghormati, bersikap tenang dan memiliki pendekatan yang teratur," ucap Stoltenberg.
"Untuk berkontribusi meredam ketegangan, meredakan ketegangan dan menstabilkan situasi, penting kita sekarang fokus pada segala sesuatu yang menyatukan kita," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Minggu (13/3).
Sebelum NATO, Prancis telah terlebih dahulu mendesak Turki dan sejumlah negara Uni Eropa (UE), khususnya dengan Belanda untuk meredam ketegangan yang ada. Prancis juga menyerukan kepada otoritas Turki untuk menghindari ekses dan provokasi.
Sementara itu, Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte menyatakan tidak ingin mencari keributan dengan Turki. Rutte menuturkan, dia akan melakukan apa yang dia bisa untuk menurunkan tensi hubungan dengan Turki.
Turki sendiri sebelumnya menyatakan jika ingin hubungan dengan Belanda kembali membaik, maka Negeri Kincir Angin itu harus menyampaikan permintaan maaf resmi kepada Ankara terkait insiden terhadap dua Menteri Turki di Roterdam.
"Perdebatan kuat adalah jantung dari demokrasi kita, tapi begitu saling menghormati. Saya akan mendorong semua sekutu untuk menunjukkan sikap saling menghormati, bersikap tenang dan memiliki pendekatan yang teratur," ucap Stoltenberg.
"Untuk berkontribusi meredam ketegangan, meredakan ketegangan dan menstabilkan situasi, penting kita sekarang fokus pada segala sesuatu yang menyatukan kita," sambungnya, seperti dilansir Reuters pada Minggu (13/3).
Sebelum NATO, Prancis telah terlebih dahulu mendesak Turki dan sejumlah negara Uni Eropa (UE), khususnya dengan Belanda untuk meredam ketegangan yang ada. Prancis juga menyerukan kepada otoritas Turki untuk menghindari ekses dan provokasi.
Sementara itu, Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte menyatakan tidak ingin mencari keributan dengan Turki. Rutte menuturkan, dia akan melakukan apa yang dia bisa untuk menurunkan tensi hubungan dengan Turki.
Turki sendiri sebelumnya menyatakan jika ingin hubungan dengan Belanda kembali membaik, maka Negeri Kincir Angin itu harus menyampaikan permintaan maaf resmi kepada Ankara terkait insiden terhadap dua Menteri Turki di Roterdam.
(esn)