Ribuan Etnik Minoritas Myanmar Mengungsi ke China

Rabu, 08 Maret 2017 - 23:00 WIB
Ribuan Etnik Minoritas Myanmar Mengungsi ke China
Ribuan Etnik Minoritas Myanmar Mengungsi ke China
A A A
YANGON - Ribuan warga mengungsi dari kota perbatasan Myanmar dan China kemarin. Sebelumnya sekitar 30 orang tewas dalam pertempuran antara militer Myanmar dan pemberontak etnik di kawasan Kokang, negara bagian Shan, Myanmar. China menyeru semua pihak yang bertikai segera melakukan gencatan senjata.

Kekerasan di Kokang sejak 2015 itu mengakibatkan banyak korban tewas dan puluhan ribu orang mengungsi ke China. Warga di Kokang merupakan etnik minoritas yang berbahasa China. Pertempuran antara militer Myanmar dan minoritas etnik bersenjata di negara bagian Shan semakin meningkat sejak November.

Konflik itu membuat banyak pihak khawatir tentang kejadian pada 2015 saat para pengungsi akibat banjir menuju China dan membuat hubungan dua negara memanas. Melalui pernyataan yang dirilis kemarin, militer Myanmar menyatakan pihaknya menggunakan artileri berat untuk menyerang pemberontak yang menuju Laukkai, ibu kota Kokang, sebelum fajar pada Senin (6/3).

Pemberontak dari Tentara Aliansi Demokrat Nasionalis Myanmar (MNDAA) gagal dalam upaya menguasai Laukkai. ”Warga sipil dan beberapa personel militer tewas dalam serangkaian konflik di penjuru kota,” ungkap pernyataan militer Myanmar, dikutip kantor berita AFP.

Sumber militer menjelaskan, sekitar 7.000 warga lokal melarikan diri ke wilayah China karena pertempuran tersebut. Beijing mendesak dua pihak yang bertikai segera melakukan gencatan senjata. ”Pihak-pihak terkait harus menghentikan konflik segera dan memulihkan ketertiban di wilayah perbatasan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Geng Shuang.

Para pemberontak mengalami kekalahan besar dengan penemuan 20 jasad yang telah terbakar. Jasad itu para pemberontak yang tewas. Komunikasi telah terputus di sekitar Laukkai, tapi pertempuran terus berlanjut hingga kemarin pagi, menurut sumber kelompok pemberontak yang beraliansi dengan milisi di Kokang.

”Hampir semua warga dari Kota Laukkai melarikan diri,” kata Brigadir Jenderal Nyo Tun Aung dari Angkatan Bersenjata Arakan (AA) yang memperkirakan ribuan orang mengungsi. Sebagian besar pemberontak di wilayah perbatasan itu memiliki kaitan budaya dengan China, berbahasa China, dan menggunakan mata uang yuan.

Para pengamat yakin Beijing memiliki peran besar terhadap para pejuang etnik dan pemain penting dalam perundingan damai. Putaran selanjutnya negosiasi damai itu akan digelar bulan ini, tapi tanggal pastinya berubah beberapa kali.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4460 seconds (0.1#10.140)