Negara Bermusuhan, tapi Rocker Israel dan Iran Berkolaborasi
A
A
A
TEL AVIV - Pemandangan langka terjadi di sebuah konser musik di Tel Aviv, di mana rocker Israel dan Iran berkolaborasi dalam satu panggung. Kedua penyanyi rock itu mengabaikan permusuhan kedua negara.
Kedua penyanyi yang bernyanyi satu panggung itu adalah rocker Israel; Aviv Geffen, dan rocker Iran; Shanin Najafi. Keberanian penyanyi Iran telah memecahkan tabu bagi publik Iran yang dikenal anti-Israel. Meski demikian, Najafi berpotensi ditindak keras oleh pemerintah Iran karena kenekatannya berduet dengan penyanyi Israel di Tel Aviv.
Lagu yang dinyanyikan rocker Israel adalah ”The Hope Song”. Lirik lagu itu dia tulis setelah pembunuhan Perdana Menteri Yitzhak Rabin. Lagu itu sering dijuluki sebagai lagu “Imagine” John Lennon versi Israel.
Lagu itu tidak dinyanyikan seorang diri oleh Geffen. Tapi, Najafi juga ikut menyanyikannya. Uniknya, lagu tersebut dinyanyikan bersamaan dalam dua bahasa, yakni bahasa Ibrani dan bahasa Farsi atau Persia.
Aksi dua rocker ini berlangsung Kamis malam yang disambut tepuk tangan dari sekitar 6.000 penonton di Tel Aviv.
”Saya pikir ini adalah kesempatan besar untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Iran dan Israel bisa berdiri bersama-sama di panggung, yang sama-sama dan saling menghormati satu sama lain,” kata Geffen, 43.
”Orang bisa berbicara, orang bisa membuat musik bersama-sama dan itu semua baik-baik saja. Kami tidak pernah punya masalah sama sekali,” katanya lagi, seperti dikutip AP, Sabtu (4/3/2017).
Pada tahun-tahun awal setelah Israel berdiri tahun 1948, Israel memiliki hubungan dekat dengan Iran. Negara Persia itu merupakan rumah bagi komunitas Yahudi yang saat itu sedang berkembang. Tapi setelah Revolusi Islam pada tahun 1979, kedua negara berubah menjadi musuh bebuyutan.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayotollah Ali Khamanei kerap menjuluki Israel sebagai “setan kecil” dan menyerukan pemusnahannya.
Sementara itu, rocker Iran, Najafi mengklaim apa yang dia lakukan semata-mata untuk seni dan tidak ada kaitannya dengan politik.
”Saya sangat senang untuk memecahkan tabu ini. Saya melakukannya atas nama seni,” ucap Najafi, 36, melalui seorang penerjemah. ”Apakah seni dikerjakan untuk menyingkirkan kesenjangan dan perbedaan?,” katanya.
Najafi sendiri tidak asing dengan kontroversi. Dia terpaksa melarikan diri Republik Islam Iran lebih dari satu dekade yang lalu karena aktivitasnya. Dia kenai fatwa mati oleh pemerintah Iran karena menyanyikan lagu yang dianggap menghujat ulama Syiah.
Kedua penyanyi yang bernyanyi satu panggung itu adalah rocker Israel; Aviv Geffen, dan rocker Iran; Shanin Najafi. Keberanian penyanyi Iran telah memecahkan tabu bagi publik Iran yang dikenal anti-Israel. Meski demikian, Najafi berpotensi ditindak keras oleh pemerintah Iran karena kenekatannya berduet dengan penyanyi Israel di Tel Aviv.
Lagu yang dinyanyikan rocker Israel adalah ”The Hope Song”. Lirik lagu itu dia tulis setelah pembunuhan Perdana Menteri Yitzhak Rabin. Lagu itu sering dijuluki sebagai lagu “Imagine” John Lennon versi Israel.
Lagu itu tidak dinyanyikan seorang diri oleh Geffen. Tapi, Najafi juga ikut menyanyikannya. Uniknya, lagu tersebut dinyanyikan bersamaan dalam dua bahasa, yakni bahasa Ibrani dan bahasa Farsi atau Persia.
Aksi dua rocker ini berlangsung Kamis malam yang disambut tepuk tangan dari sekitar 6.000 penonton di Tel Aviv.
”Saya pikir ini adalah kesempatan besar untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Iran dan Israel bisa berdiri bersama-sama di panggung, yang sama-sama dan saling menghormati satu sama lain,” kata Geffen, 43.
”Orang bisa berbicara, orang bisa membuat musik bersama-sama dan itu semua baik-baik saja. Kami tidak pernah punya masalah sama sekali,” katanya lagi, seperti dikutip AP, Sabtu (4/3/2017).
Pada tahun-tahun awal setelah Israel berdiri tahun 1948, Israel memiliki hubungan dekat dengan Iran. Negara Persia itu merupakan rumah bagi komunitas Yahudi yang saat itu sedang berkembang. Tapi setelah Revolusi Islam pada tahun 1979, kedua negara berubah menjadi musuh bebuyutan.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayotollah Ali Khamanei kerap menjuluki Israel sebagai “setan kecil” dan menyerukan pemusnahannya.
Sementara itu, rocker Iran, Najafi mengklaim apa yang dia lakukan semata-mata untuk seni dan tidak ada kaitannya dengan politik.
”Saya sangat senang untuk memecahkan tabu ini. Saya melakukannya atas nama seni,” ucap Najafi, 36, melalui seorang penerjemah. ”Apakah seni dikerjakan untuk menyingkirkan kesenjangan dan perbedaan?,” katanya.
Najafi sendiri tidak asing dengan kontroversi. Dia terpaksa melarikan diri Republik Islam Iran lebih dari satu dekade yang lalu karena aktivitasnya. Dia kenai fatwa mati oleh pemerintah Iran karena menyanyikan lagu yang dianggap menghujat ulama Syiah.
(mas)