Kevin Rudd Kecam Netanyahu

Jum'at, 24 Februari 2017 - 20:30 WIB
Kevin Rudd Kecam Netanyahu
Kevin Rudd Kecam Netanyahu
A A A
SYDNEY - Mantan Perdana Menteri (PM) Australia Kevin Rudd menuduh PM Israel Benjamin Netanyahu menerpedo negosiasi perdamaian di Timur Tengah. Melalui posting di Facebook, Rudd menyebut pemimpin Israel itu menyabotase perundingan damai Amerika Serikat (AS) dengan mengubah berbagai hal pada lima menit menjelang dini hari.

Sebelumnya Netanyahu mengkritik Rudd yang mengatakan Australia harus mengakui negara Palestina. Menurut Netanyahu, pernyataan Rudd itu sama saja mendorong kehancuran Israel.

Netanyahu merupakan PM Israel pertama yang mengunjungi Negeri Kanguru tersebut. Pemimpin rezim Zionis itu berada di Australia selama empat hari. Lawatan Netanyahu disambut hangat oleh PM Australia Malcolm Turnbull. Turnbull menyebut Israel sebagai bangsa ajaib saat bertemu dengan Netanyahu pada Rabu lalu (22/2).

Netanyahu berterima kasih kepada Australia karena membela Israel dengan menolak resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengecam permukiman Yahudi di tanah Palestina.

Kini respons Rudd di akun media sosialnya sangat bertolak belakang dengan sikap Turnbull. Rudd menegaskan dia seumur hidup mendukung Israel dan secara terbuka berkampanye menolak anti-Semitisme. Meski demikian, dia menekankan sikapnya juga.

”Mendukung negara Israel tidak secara otomatis mendukung semua kebijakan Netanyahu,” tegas Rudd seperti dikutip BBC. ”Perbatasan, keamanan internal, keamanan eksternal, keuangan publik, dan pemerintahan negara Palestina telah dielaborasi secara terperinci dalam berbagai negosiasi dengan AS di era Presiden AS Bill Clinton, George Bush dan Barack Obama serta yang terbaru dalam rencana Kerry,” tulis Rudd.

Rudd menambahkan, ”Netanyahu tahu berbagai formulasi itu seperti membalik tangannya. Netanyahu juga tahu dia menerpedo semuanya, sering kali pada lima menit menjelang dini hari, sering dengan mengubah berbagai hal, sehingga membuat frustrasi pemerintahan Partai Republik dan Partai Demokrat.”

Mantan PM Australia itu juga menyebut insiden diplomatik pada 2010 yang melibatkan empat pelaku pembunuhan seorang pejuang Hamas di Dubai. Para pelaku pembunuhan itu memalsukan paspor Australia.

Akibat insiden itu, pemerintahan Rudd ketika itu mengusir diplomat Israel. ”Tidak ada permintaan maaf yang kami terima atas aksi itu,” tegas Rudd.

Sementara itu ratusan demonstran menggelar aksi di Sydney kemarin malam untuk mengecam kunjungan Netanyahu ke Australia. Mereka menyebut Netanyahu sebagai penjahat perang.

Satu helikopter kepolisian tampak terbang di atas Kota Sydney saat para demonstran mengkritik dukungan Pemerintah Australia terhadap Netanyahu dan rezim Zionis. ”Kami di sini untuk menentang dukungan Australia kepada Israel, kepada bangsa rasis apartheid,” kecam pengacara dan penulis asal Australia yang prorakyat Palestina, Randa Abdel-Fattah, kepada kantor berita AFP.

”Di sana sangat banyak rakyat Australia yang menentang ini dan kami memperkeras suara kami dan menegaskan hari ini untuk mengatakan PM Malcolm Turnbull dan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop bukan atas nama kami,” tandas Randa Abdel-Fattah.

Spanduk raksasa juga dibentangkan, menggambarkan Netanyahu dengan kumis Hitler, dan tertulis kata ”Fasis” di bawah gambar tersebut.

Unjuk rasa itu diselenggarakan oleh kelompok lokal Palestine Action Group. Mereka berencana berpawai hingga hotel tempat menginap Netanyahu, tetapi polisi menghalangi jalan menuju gedung tersebut. Para pendukung Israel juga menggelar aksi di jalanan Australia.

Surat kabar The Australian melaporkan polisi antihuruhara mengamankan seorang pria yang mendekati para demonstran pro-Palestina dengan meneriakkan ”panjang umur Israel”.

Menjelang kunjungan Netanyahu, sekitar 60 pemimpin bisnis, akademisi, pendeta, dan mantan politisi menandatangani petisi yang menyatakan Australia tidak menyambut Netanyahu. Mereka menuding kebijakan Netanyahu penuh provokasi, mengintimidasi, dan menekan rakyat Palestina.

Sementara itu Netanyahu kemarin mendukung pengampunan terhadap tentara Israel Private Azaria yang divonis penjara 18 bulan karena menembak mati warga Palestina yang terluka.

”Saya masih ingin mengampuni Private Azaria,” katanya. Netanyahu bahkan telah mengatakan dia akan mengampuni pelaku pembunuhan itu sebelum vonis pengadilan dibacakan. Setelah beberapa bulan proses pengadilan terhadap tentara Israel itu berlangsung, terjadi perbedaan pendapat publik yang semakin dalam tentang nasib pelaku pembunuhan tersebut.

Penembakan terjadi di Kota Hebron, Tepi Barat, pada Maret 2016. Aksi brutal itu sempat terekam video kelompok hak asasi manusia dan menyebar luas secara online . Dalam video itu tampak warga Palestina Sharif, 21, tergeletak dan terluka di tanah. Dia ditembak bersama warga Palestina lain.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5060 seconds (0.1#10.140)