Korut Dilaporkan Siap Duduk Satu Meja dengan AS
A
A
A
WASHINGTON - Perwakilan Korea Utara (Korut) dilaporkan tengah melakukan persiapan untuk terbang ke Washington guna melakukan pembicaraan dengan mantan pejabat Amerika Serikat (AS).Ini adalah pertemuan pertama dalam lebih dari lima tahun dan tanda bahwa Pyongyang melihat potensi membangun hubungan dengan pemerintahan Trump.
Menurut beberapa orang yang mengetahui hal tersebut, rencana pembicaraan dengan format Track 1.5 itu masih dalam tahap persiapan. Departemen Luar Negeri belum menyetujui visa bagi pejabat Korut untuk mengikuti pembicaraan yang akan berlangsung di New York dalam beberapa minggu ke depan.
"Korut telah menyatakan minatnya untuk terlibat, tetapi belum ada yang telah disetujui. Jika ini terjadi, itu akan menjadi sinyal yang menarik untuk pemerintahan baru," ucap seorang pejabat yang mengetahui pembicaraan tersebut dengan kondisi anonimitas seperti dikutip dari Washington Post, Senin (20/2/2017).
Sementara sumber lain mengatakan pembicaraan ini akan menjadi indikasi yang paling jelas bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-un, ingin berbicara dengan pemerintahan Trump. "Jika ini terjadi, saya akan menganggapnya sebagai tanda yang sangat positif dari kedua belah pihak," katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi pembicaraan sporadis Track 1.5 yang terjadi di Kuala Lumpur, Jenewa, Berlin, dan Ulaanbaatar, Mongolia. Tapi pembicaraan ini belum terjadi di AS sejak Juli 2011, sejak Kim Jong-un menggantikan ayahnya di Korut.
Pembicaraan ini rencananya diselenggarakan oleh Donald S. Zagoria dari Komite Nasional Kebijakan Luar Negeri. Zagoria pernah menjabat sebagai konsultan di Asia selama pemerintahan Presiden Jimmy Carter. Ia juga pihak yang telah menyelenggarakan putaran sebelumnya dari pembicaraan tersebut. Namun, Zagoria menolak untuk mengomentari persiapan pembicaraan terbaru ini.
Sementara Direktur Departemen Urusan AS di Kementerian Luar Negeri Korut, Choe Son-hui, kemungkinan akan memimpin delegasi Korut. Ia terkenal di mata para pejabat AS. Ia juga telah berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan resmi termasuk perundingan enam pihak tentang denuklirisasi, serta sejumlah pembicaraan Track 1.5 lainnya.
Menurut beberapa orang yang mengetahui hal tersebut, rencana pembicaraan dengan format Track 1.5 itu masih dalam tahap persiapan. Departemen Luar Negeri belum menyetujui visa bagi pejabat Korut untuk mengikuti pembicaraan yang akan berlangsung di New York dalam beberapa minggu ke depan.
"Korut telah menyatakan minatnya untuk terlibat, tetapi belum ada yang telah disetujui. Jika ini terjadi, itu akan menjadi sinyal yang menarik untuk pemerintahan baru," ucap seorang pejabat yang mengetahui pembicaraan tersebut dengan kondisi anonimitas seperti dikutip dari Washington Post, Senin (20/2/2017).
Sementara sumber lain mengatakan pembicaraan ini akan menjadi indikasi yang paling jelas bahwa pemimpin Korut, Kim Jong-un, ingin berbicara dengan pemerintahan Trump. "Jika ini terjadi, saya akan menganggapnya sebagai tanda yang sangat positif dari kedua belah pihak," katanya.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi pembicaraan sporadis Track 1.5 yang terjadi di Kuala Lumpur, Jenewa, Berlin, dan Ulaanbaatar, Mongolia. Tapi pembicaraan ini belum terjadi di AS sejak Juli 2011, sejak Kim Jong-un menggantikan ayahnya di Korut.
Pembicaraan ini rencananya diselenggarakan oleh Donald S. Zagoria dari Komite Nasional Kebijakan Luar Negeri. Zagoria pernah menjabat sebagai konsultan di Asia selama pemerintahan Presiden Jimmy Carter. Ia juga pihak yang telah menyelenggarakan putaran sebelumnya dari pembicaraan tersebut. Namun, Zagoria menolak untuk mengomentari persiapan pembicaraan terbaru ini.
Sementara Direktur Departemen Urusan AS di Kementerian Luar Negeri Korut, Choe Son-hui, kemungkinan akan memimpin delegasi Korut. Ia terkenal di mata para pejabat AS. Ia juga telah berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan resmi termasuk perundingan enam pihak tentang denuklirisasi, serta sejumlah pembicaraan Track 1.5 lainnya.
(ian)